(10). BADAK YANG PELIT

53 2 1
                                    

Suatu sore, seekor badak memandang tumpukan rerumputan yang ia timbun di rumahnya. Hatinya merasa senang. Ia berkata dalam hati, "Saat ini hewan-hewan sedang menderita krisis makanan. Hujan sudah lama tidak turun. Rerumputan pun sedikit yang tumbuh". Kemudian dengan perasaan penuh kebahagiaan ia melanjutkan, "Aku akan hidup mewah. Hidup bahagia sendirian merupakan sesuatu yang indah".

Pagi hari, seekor kijang bangun dari tidur. Ia tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. "Barangkali aku akan dapat sesuatu yang dapat mengganjal perutku di rumah tetanggaku, jerapah", katanya dalam hati. Kijang itu mengetuk pintu jerapah seraya mengucapkan salam, "Assalamualaikum, tetanggaku jerapah".

"Waalaikumussalam".

"Maaf, pagi-pagi seperti ini aku terpaksa bertamu. Sebetulnya memang kurang pantas tetapi aku sangat lapar. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. Apakah kamu berkenan memberi sedikit rumput untuk mengganjal perutku".

Mendengar itu, jerapah berlinang air mata. Dengan nada sedih ia berkata, "Selamat datang, sahabatku yang baik hati, tetapi sayang seribu sayang, sejak kemarin aku pun tidak memiliki apa-apa untuk dimakan. Semalam aku tidak bisa tidur karena kelaparan. Kalau begitu mari kita sama-sama mencari sesuatu untuk kita makan".

Kijang dan jerapah keluar untuk mencari makanan. Dalam perjalanan, mereka melewati rumah kera. Kijang dan jerapah bertanya apakah kera memiliki makanan.

"Alhamdulillah, kami masih menyimpan sedikit pisang dan kacang tanah. Mari, kita makan bersama-sama".

"Terima kasih atas kebaikanmu, kera, tetapi mohon maaf kami tidak bisa memakan makanan seperti itu, kami hanya makan rerumputan", ujar kijang dan jerapah dengan sopan.

"Ayo kita pergi ke rumah tetangga kita, badak", kata kijang.

Kedua sahabat ini, kijang dan jerapah yang sedang kelaparan pergi menuju rumah badak. Keduanya mengetuk pintu.

"Assalamualaikum, sahabat kami, badak".

"Waalaikumussalam", sahut badak dengan nada malas. Matanya memandang kedua tamunya dengan penuh kekhawatiran, jangan-jangan tamunya itu akan minta makanan.

"Apakah kamu punya makanan? Kami sangat kelaparan".

"Nah, betul kan?", ujar badak dalam hati. Dengan pura-pura bersimpati ia berkata,

"Dari mana aku dapat memperoleh makanan? Kalian kan tahu, hujan sudah lama tidak turun, rerumputan pun sulit untuk tumbuh".

"Terima kasih", sahut kijang dan jerapah.

"Sama-sama. Mungkin lain waktu aku bisa membantu kalian".

Dengan langkah yang lunglai, kijang dan jerapah meninggalkan rumah badak. Mereka sudah sangat kelaparan, sementara badak memandang keduanya dengan pandangan mencemooh.

"Ayo, menjauhlah dari rumahku, hewan-hewan. Biarkan aku menikmati makanan yang melimpah ini sendirian".

Sambil memandang timbunan rerumputan yang melimpah, badak dengan angkuhnya berkata dalam hati,

"Apa untungnya sih jika hewan-hewan lain ikut makan bersamaku? Apa pula ruginya jika hewan-hewan itu mati kelaparan? Makananku yang melimpah ruah ini membuat diriku tidak perlu bantuan hewan lain. Betapa bahagianya dirimu, wahai badak!".

Kijang dan jerapah pergi ke sungai untuk minum. Ketika kuda nil yang sedang berendam melihat mereka, ia berkata, "Apa yang terjadi dengan kalian berdua, sahabat? Kalian tampak kurus sekali".

"Sejak kemarin kami belum makan. Hujan sudah jarang turun. Rerumputan pun sulit kami dapatkan".

"Di tepi sungai ada beberapa tumbuhan air. Mungkin kalian menyukainya".

50 CERITA ANAK INSPIRATIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang