(13). SEHARI BERSAMA HARIMAU TALUN

64 2 0
                                    

Harimau Talun pergi ke tepi hutan, jauh dari tempat tinggalnya untuk berolahraga dan menyegarkan pandangan. Selama ini pemandangan yang dilihatnya, hanya hutan dan hutan, warna hijau dan hijau lagi. Ketika mendekati kota terdekat, ia dengar suara orang dan kendaraan. Hal ini membuat dirinya penasaran, ingin mengetahui lebih lanjut. Ia pun terus berjalan hingga sampai perbatasan hutan. Ia penasaran ada apa di kota yang tampaknya penuh dengan keramaian.

Sesampainya di tepi kota, Harimau Talun terkejut begitu melihat berbagai jenis dan warna kendaraan berseliweran ke sana ke mari. Suara klakson bersahutan, dtimpali suara teriakan orang. Harimau Talun juga melihat orang-orang berjalan ke sana ke mari dengan berbagai macam dan warna pakaian. Banyak di antara mereka yang tinggal di gedung tinggi.

Harimau Talun terus berjalan hingga sampai ke dalam kota. Ia lihat seorang lelaki berjalan di tepi jalan. Ia dekati lelaki itu dan mencoba untuk berbicara dengannya, namun begitu lelaki itu melihat Harimau Talun, serta merta ia lari tunggang langgang dengan penuh ketakutan. Harimau Talun berteriak, "Hei, mengapa kamu takut kepadaku?". "Ya, aku takutlah. Aku takut kamu menerkam dan memangsaku", ujar lelaki itu.

"Jangan takut kepadaku. Aku datang bukan untuk memangsa dan mencari makan".

"Kalau begitu, untuk apa kamu datang ke kota ini?".

"Aku datang untuk mengetahui keadaan kotamu. Aku tinggal di hutan tidak jauh dari kota ini. Ini kali pertama aku meninggalkan hutan untuk mengunjungi kotamu. Aku senang melihat berbagai kendaraan yang berwarna warni, bangunan-bangunan yang menjulang tinggi, juga pakaian kalian yang indah-indah. Kalian benar-benar hidup bahagia".

"Memangnya bagaimana kalian hidup di hutan?".

"Hidup di hutan itu penuh dengan penderitaan dan perjuangan yang melelahkan. Pagi-pagi kami harus keluar untuk mencari makanan baik di darat maupun di atas pepohonan. Kami harus berburu. Masing-masing pulang membawa hasil buruan untuk diberikan kepada anak-anak. Itu kalau beruntung. Kalau lagi apes, kami pulang dengan tangan hampa dalam keadaan sangat lelah. Kami para hewan tidak dapat melindungi diri dari udara dingin dan hujan, sementara kalian tinggal di rumah yang melindungi kalian dari segala macam perubahan cuaca. Pakaian kalian juga memberikan kehangatan. Betapa bahagianya hidup kalian dan betapa sengsaranya kami".

"Hidup kami tidak seluruhnya bahagia seperti yang kamu bayangkan, harimau. Banyak di antara kami yang menderita dalam hidupnya dan....".

"Jangan mencoba membohongiku", potong harimau dengan nada marah, "Aku sama sekali tidak iri dengan keadaan kalian. Aku datang bukan untuk menetap selamanya di kota ini dan tidak pula ada keinginan untuk menguasai salah satu rumah di kota ini".

"Aku tidak mengada-ada kok. Itu kenyataan. Jika kamu ingin mengetahui sendiri seperti apa keadaan sebenarnya, silahkan lakukan".

"Ya, aku ingin mengetahui hal itu sendiri".

"Tetapi kamu harus berjanji untuk tidak melukai seorang pun meskipun kamu sangat marah dan dalam kondisi bagaimana pun".

"Baik aku berjanji dan kamu bisa pegang janjiku".

Lelaki itu berjalan bersama Harimau Talun menuju salah satu pusat perbelanjaan besar yang khusus menjual bahan makanan. Ketika Harimau Talun mendekati kerumunan orang, mereka sangat ketakutan. Lelaki pendampingnya menenangkan mereka. "Maaf, kalian tidak perlu takut kepada harimau ini. Ia datang hanya untuk melihat-lihat keadaan di sini". Di sebuah toko yang menjual sembako, Harimau Talun melihat banyak orang membawa bahan makanan dalam jumlah yang sangat banyak. Barang yang baru dibelinya itu mereka letakkan dalam kendaraan. Harimau Talun bertanya kepada lelaki pendampingnya, "Apakah mereka akan menghabiskan semua makanan itu?",

"Ya, mereka akan menghabiskannya. Tidak sedikit dari mereka yang makan berlebihan. Makan bukan agar mereka bisa hidup, tetapi makan dan minum hanya untuk menuruti nafsu yang tidak akan ada puasnya. Akhirnya banyak di antara mereka yang kegemukan dan tertimpa berbagai macam penyakit".

"Kami, hewan-hewan di hutan hanya makan secukupnya. Sisanya, kami biarkan untuk yang lain".

"Kami bangsa manusia, makan lebih banyak dari yang kami perlukan dan tidak memperdulikan yang lain. Ah, seandainya kamu bisa hadir dalam sebuah jamuan, mungkin kamu akan terheran-heran menyaksikan kelakuan sebagian dari bangsa kami".

"Memangnya, apa yang mereka lakukan?".

"Dalam banyak jamuan, makanan dan minuman yang berbagai macam dan semuanya sedap dan lezat tersedia dihidangkan. Banyak di antara mereka yang mengambil dalam jumlah yang melebihi keperluannya. Kalaulah makanan dan minuman itu mereka habiskan sih, itu tidak terlalu menjadi masalah. Paling-paling nanti banyak tamu lain yang tidak kebagian, tetapi yang sangat memprihatinkan adalah makanan dan minuman itu banyak tersisa di atas piring mereka. Mereka tidak mampu menghabiskannya. Sisa makanan itu akhirnya jadi mubazir karena nantinya akan dibuang".

"Ya Allah, itu berarti mereka serakah".

"Ya, istilah kami mereka itu lapar mata bukan lapar perut".

Kemudian lelaki itu mengajak rekannya, Harimau Talun menyisir jalan dalam kota. Tiba-tiba sebuah kendaraan tua lewat. Kenalpotnya mengeluarkan banyak asap yang tebal. Harimau Talun dan lelaki itu nyaris tidak bisa bernafas. Keduanya terbatuk-batuk.

"Apakah polusi seperti ini ada di tempat tinggal kamu?".

"Udara di hutan itu segar dan bersih".

Lelaki dan harimau itu melanjutkan perjalanannya. Di sebuah taman, mereka melihat ada dua orang lelaki sedang bertengkar. Raut muka keduanya memperlihatkan kemarahan yang amat sangat. Setelah lelaki pendamping Harimau Talun itu melerai kedua lelaki itu, Harimau Talun bertanya, "Mengapa mereka bertengkar?".

"Mereka berebut tempat parkir kendaraannya".

"Apakah memang tidak ada tempat lain?".

"Ada sih ada, tetapi letaknya jauh dari tempat ini".

"Seberapa jauh?".

"Hanya beberapa langkah saja?"

"Hanya beberapa langkah lalu tidak ada yang mau mengalah?", tanya Harimau Talun penuh keheranan. Ia tidak habis pikir, bagaimana bangsa manusia yang katanya makhluk berakal sampai bersitegang dan bertengkar bahkan nyaris baku hantam hanya karena berebut lahan parkir. Bukankah salah satu dari mereka bisa mengalah, memarkirkan kendaraannya di tempat lain. Kendati jauh dari tempat yang dituju, toh jaraknya hanya beberapa langkah saja, tidak akan menguras energi. "Oh, betapa malangnya bangsa manusia", Harimau Talun pun menarik nafas penuh keprihatinan.

"Bagaimana pendapatmu tentang pemandangan yang baru saja kamu saksikan?, tanya lelaki pendamping Harimau Talun.

"Perselisihan yang diakibatkan hal sepele seperti ini hampir tidak pernah terjadi di hutan".

Kemudian Harimau Talun dan lelaki pendampingnya meneruskan perjalanan. Setiap kali Harimau Talun menyaksikan kejadian yang dilakukan bangsa manusia, ia selalu heran mengapa hal itu bisa terjadi.

Pada petang hari, setelah Harimau Talun merasa cukup melihat-lihat keadaan kota, lelaki pendamping bertanya, "Nah, setelah kamu menyaksikan sendiri suasana dan keadaan kota ini lengkap dengan berbagai ulah bangsa kami, apakah ada yang ingin kamu sampaikan?".

"Ya, aku sangat prihatin dengan keadaan kalian, bangsa manusia. Ternyata di balik aneka warna yang sedap di pandang mata itu terdapat kesengsaraan yang tiada tara. Orang-orang yang membawa barang dengan kendaraannya, ternyata beban hidupnya tidak dapat menjadi ringan dengan kendaraan-kendaraan itu. Beban hidup mereka lebih berat dari beban hidup kami di hutan. Beban hidup kami hanya sekadar mencari makanan dengan berburu. Kami di hutan hidup dengan udara bebas polusi, bebas perasaan iri dengki. Kami hidup bahagia. Kami hidup tenang. Anak-anak kami bebas bermain ke sana ke mari. Apa yang kami rasakan di hutan, selama pengamatanku seharian tadi, tak seorang pun dari bangsa manusia yang merasakannya".

"Lalu sekarang apa yang hendak kamu lakukan?".

"Aku akan kembali ke surgaku, maksudku ke hutanku. Aku segera akan tinggalkan neraka ini, eh maaf kota ini".

* * *

50 CERITA ANAK INSPIRATIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang