(4). TIGA SAHABAT

109 5 0
                                    


Kera, anjing dan badak adalah tiga serangkai sahabat yang saling mengenal sejak kecil. Mereka sering bermain dan makan bersama. Kera membawa pisang dan kacang tanah. Anjing membawa tulang. Badak membawa rerumputan. Dengan akrabnya mereka duduk, makan bersama. Mereka saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Jika kera menemukan sepotong tulang besar di hutan, segera ia membawa dan memberikannya kepada anjing. Ketika anjing lewat pohon pisang, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia naik ke pohon pisang, mengambil beberapa buah untuk dihadiahkan kepada sahabatnya, kera. Jika badak menderita kelelahan, kedua sahabatnya, kera dan anjing mengumpulkan reremputan dari hutan dan membawanya ke rumah badak.

Pada satu hari, ketiga sahabat ini bertemu di suatu tempat. Setelah mereka makan bersama, mereka bermain seperti biasanya. Setelah beberapa saat, mereka beristirahat di atas padang rumput yang hijau. Ketika mereka sedang asyik bercengkrama, seekor singa tampak mengendap-endap di balik pepohonan, mengintip ketiga sahabat ini. Sang singa mengamati ketiga sahabat ini untuk dijadikan mangsa guna mengganjal perutnya yang sudah lama keroncongan.

"Awas, singa...singa", teriak kera.

Rasa takut membuat ketiga sahabat ini tidak dapat berpikir panjang. Dengan sigap kera loncat ke atas pohon. Anjing langsung lari menjauh. Setelah beberapa saat, kera dan kucing baru sadar bahwa sahabatnya yang satu lagi, badak tidak dapat bergerak cepat. Kini nyawanya terancam.

Kera berdiri di atas pohon, mengamati sahabatnya, badak yang nyawanya sedang terancam, sedangkan anjing, setelah berlari jauh, ia berhenti dan mengengok ke belakang. Dari kejauhan ia melihat sahabatnya, badak kini sedang berhadapan dengan singa.

Kera sangat ingin untuk loncat dari atas pohon untuk membela sahabatnya, tetapi ia berkata dalam hati, "Apa yang akan aku lakukan jika aku turun ke medan pertempuran melawan singa? Dengan sekejap mata singa akan melahapku. Singa tidak akan merasa kenyang dengan memangsa tubuhku yang kecil ini. Ia pasti akan memangsa badak juga. Aku dan badak mau tidak mau akan sama-sama mati. Kalau begitu, aku tidak perlu turun sekarang".

Singa semakin mendekati badak sementara air liurnya bercucuran. Ia mulai berjalan mengelilingi mangsanya. Sementara itu, badak bersiap siaga, pasang kuda-kuda untuk bertempur, membela diri.

Melihat pemandangan ini, kera merasa senang. Ia berharap melihat sikap badak yang siap siaga dan pasang kuda-kuda itu, singa menjadi takut atau mundur. Kera menghela napaf lega. Namun, ternyata singa tidak mundur, bahkan kedua matanya semakin berbinar. Aumannya semakin keras seakan-akan memberi peringatan bahwa beberapa detik lagi akan menyerang dan menerkam badak.

Kera membayangkan bagaimana badak itu diterkam singa. Tubuhnya dicabik-cabik lalu dimakan dengan lahapnya. Membayangkan pemandangan yang menyeramkan ini, membuat dirinya tanpa sadar mematahkan ranting dari dahan tempat ia berdiri dan melemparkannya ke arah singa, tetapi singa itu tidak bergeming. Ia tetap berjalan mengelilingi badak dan langkahnya semakin mendekat.

Ketika itu, kera bersiap siaga di tempat. Badak merasa semakin ketakutan. Ia merasa perlawanannya akan sia-sia. Ia arahkan pandangannya ke atas, ke arah kera. Sahabatnya ini merasakan bahwa pandangannya ini sebagai tanda perpisahan. Ia tidak akan lagi bertemu dengan sahabat setianya ini, atau menemukan tubuhnya yang sudah tercabik-cabik, sisa santapan singa.

"Apakah aku dapat melihat sahabatku terbunuh, tubuhnya dimakan dan yang tersisa hanya serpihan dagingnya di sana sini? Apakah setelah itu masih ada arti kehidupan?", tanya kera dalam hatinya.

Kera mulai merasakan bahwa gigi singa yang akan mencabik-cabik tubuh badak seakan-akan juga akan mencabik-cabik jantungnya. Ia merasa bahwa singa itu juga akan memakan jantungnya pada saat singa itu akan melahap daging badak. Pada saat itu, kera memutuskan untuk loncat dan membela sahabatnya, apa pun yang bakal terjadi kelak.

Kera itu pun loncat ke bawah dan mulai membuat singa sibuk. Kini perhatian singa itu di arahkan ke kera yang berusaha untuk menangkapnya. Beberapa saat kemudian, anjing pun datang dan lari ke sana ke mari di hadapan singa.

Perhatian singa benar-benar terkuras untuk mengejar kera dan anjing sehingga pikirannya tidak lagi mengarah kepada badak.

Melihat betapa singa dibuat repot oleh kedua sahabatnya itu, badak pun segera lari, sementara kera kembali loncat ke atas pohon, dan dengan sigap anjing juga lari menjauh di antara pepohonan.

Singa hanya berdiri melongo, tidak berhasil menangkap seekor pun dari ketiga sahabat ini. Dengan geram, ia meninggalkan tempat dan mencari buruan lain. Sementara itu ketiga sahabat bertemu di balik lembah. Mereka saling berpelukan, berlinang air mata, dalam suasana yang bercampur antara geli dan bahagia.

"Kalian berdua telah menggadaikan nyawa demi menyelamatkan nyawaku", kata badak.

"Apakah teman hanya dikenal ketika dalam kesempitan dan kesusahan?", sahut anjing dan kera.

Pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini:

· Persahabatan sejati terkadang memerlukan pengorbanan untuk mempertahankannya.

· Mari kita merenungkan nasib sahabat baik kita yang sedang dirundung kesusahan atau sedang sangat memerlukan sesuatu. Mari kita berembug bagaimana membantunya.

***

50 CERITA ANAK INSPIRATIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang