Lisa dan Rosè terus saja beradu mulut meski banyak yang melihat, tapi tak ada satu pun yang mau memisahkan mereka berdua. Orang-orang hanya memperhatikan sambil sesekali berbicara tentang mereka.
"Bukankah itu Rosèannè dari fakultas ekonomi?"
"Yahh, kau benar. Dia adalah primadona di fakultasnya"
"Yang sedang beradu mulut dengannya juga cantik"
"Itu namanya Lalisa, sahabat Rosè. Ku dengar mereka selalu menempel bagaikan amplop dengan perangko"
"Jika dilihat dari dekat, dia terlihat lebih cantik"
"Hanya saja dia itu murid beasiswa"
"Ekhem...."
Suara pelan itu mampu membuat para murid berhenti bergosip. Alih-alih mereka malah menatap orang itu dengan kagum.
Lisa dan Rosè pun juga ikut menoleh, sekejap mengabaikan pertengkaran mereka.
Deggg
Mata Rosè membulat sempurna sedangkan Lisa mulutnya terbuka lebar. Tak menyangka akan bertemu dengan orang itu lagi.
"Jeon Jungkook...." Gumam Rosè lirih.
"Yakk, Jeon Jungkook! Sedang apa kau disini huh?!" ucap Lisa dengan sedikit teriak.
Ctakkk....
Sebuah sentilan berhasil mendarat dikening Lisa untuk kedua kalinya namun berbeda orang.
"Lisa, kamu harus sopan!" Ucap wakil kepala dekan.
Lisa cengengesan lalu meminta maaf.
"Saya mengenalnya kok, Pak. Dia Jeon Jungkook si manusia paling brengsek" Ejek Lisa sambil memandang jijik Jungkook.
"Jaga ucapanmu, Lalisa! Dia kepala dekan universitas kita yang baru"
Jdarrr...
Bagaikan tersambar petir, Lisa menatap tak percaya kearah sosok itu.
"Aku tidak percaya"
Jungkook berjalan mendekat kearah Lisa, lalu membisikkan sesuatu ditelinganya.
"Bersikaplah yang sopan jika kau masih ingin kuliah disini" bisiknya. Lalu melangkah mundur kembali. Bulu kuduk Lisa merinding.
"Tak usah hiraukan, dia adalah anak dari rekan bisnis saya" ucap Jungkook.
Sedangkan Rosè masih mencerna semuanya. Dia harus segera pergi, sebelum Jungkook melihatnya. Baru bersiap-siap ingin pergi, suara mengintimidasi sudah memanggilnya.
"Kau mau kemana, Park Rosèannè?" Ucapnya sedikit ditekan pada akhir kalimat.
Rosè menghentikan langkahnya, badannya tiba-tiba saja menegang. Sungguh dia belum siap dengan ini semua. Sudah lima belas tahun. Lima belas tahun mereka tak bertemu. Dia sudah melupakannya. Tapi kenapa sekarang tuhan memunculkan orang itu dihadapannya?! Tidak, ini pasti mimpi terburuk yang dibuat tuhan untuknya.
Rosè tak menjawabnya, dia malah melangkahkan kakinya maju. Tak mempedulikan Lisa yang sedari tadi terus memanggil namanya.
Berharap ini cuman mimpi namun nyatanya ini adalah fakta. Dia menggeleng kuat, masih tidak percaya dengan semuanya.
Dia mempercepat langkahnya menuju halaman belakang universitas. Lalu berjalan mendaketi sebuah pohon besar. Dia bersembunyi dibalik pohon itu.
Suara isak tangisnya pecah, dia sudah tak tahan dengan permainan tuhan kali ini. Dia terus saja terisak meluapkan seluruh emosinya. Air katanya bahkan makin deras membanjiri pipi gembilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Sitter Park||HIATUS||
ActionApa jadinya ketika seorang Park Rosèannè sang primadona di jurusannya menjadi seorang Baby Sitter? Dan lagi yang dia rawat bukan bayi kecil tetapi bayi besar? (Mohon maaf, cerita ini mengandung unsur kekerasan, pelecehan, konflik, non baku) ®©