Sekarang Rosè sudah berada di kampusnya. Dia duduk dibangku kantin kampus. Menunggu sahabat seembrionya. Lisa dan BamBam.
Dia merotasikan matanya, sungguh menyebalkan harus menunggu kedua makhluk biadap itu.
Saat ini dia hanya bisa mengacak-acak makanan yang telah ia pesan. Rasa nafsu makannya hilang entah karena apa.
Entah apa yang akan dilakukan oleh tuhan sekarang. Lihat saja, saat ini tuhan sedang mengujinya agar bersabar pada kedua sahabatnya itu.
Bibirnya mengerucut, lihat saja. Lisa dan Bambam datang sambil bertele-tele. Sok-sokan bercanda. Udah jalannya lama banget.
Ingin sekali Rosè memukul keduanya agar mendapat benjolan yang sama dan dari orang yang sama pula.
Lisa duduk, begitu juga Bambam. Namun keduanya belum menyadari tatapan tajam dari Rosè. Bahkan mereka berdua masih saja bercoletah ria.
"Ekhem..."
Serempak, mereka berdua menoleh ke sumber suara.
Lisa memasang cengiran khasnya "Eh- ada Rosè" dia menggigit bibir bawahnya disertai cengirannya.
"Kalau ada aku memangnya kenapa? Takut ke ganggu?" mereka berdua diam.
"Jadi... Ada yang mau menjelaskan?" lanjutnya.
"Eumm.... Gi–" ucapan Lisa terpotong oleh Bambam.
"Jadi gini, aku sama Lisa itu sebenarnya udah pacaran dari kemarin. Cuman belum sempat kasih tahu ke kamu Rosè" jelas Bambam secara gamblang.
"Alasannya?"
"Karena kami belum siap" ucap Lisa dan Bambam bersamaan.
"Gk mau tahu, PJ sekarang juga! Laper nih" Rosè mengerucutkan bibirnya dan memasang tampang melas.
"Ogah, kemarin udah aku traktir. Anggap aja PJ gk jadi amal" ucap Bambam.
Rosè mendengus sebal, lalu matanya beralih menatap Lisa dengan pandangan memohon.
"Enggak" Tolaknya. Untuk kali ini, Rosè benar-benar badmood.
Memilih untuk pergi adalah keputusan yang bagus untuknya. Daripada dia harus menjadi obat nyamuk. Lebih baik dia pergi dari situ.
Disepanjang perjalanan, gadis itu hanya bisa menggerutu. Menyumpah serapahi kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara itu.
Saat sudah sampai di ruang fakultasnya. Dia memilih diam, tak membuka pintu dan masuk. Dia sedang mendengarkan suara seseorang yang sedang dihindarinya ini.
Bagaimana bisa Jungkook tahu aku berada di fakultas ekonomi?, batinnya.
Kemudian ia melangkah mundur dan segera bersembunyi dibalik tembok ketika mendengar suara derap langkah Jungkook yang akan keluar dari kelasnya.
Nafasnya tercekat, Jungkook seperti merasakan kehadirannya. Namun ia tepis jauh-jauh dan memilih melanjutkan perlajanannya.
Rosè bernafas lega, setidaknya untuk saat ini dia tidak akan bertemu dengan Jungkook dalam beberapa jam, bukan?
Tangannya memegang knop pintu pelan lalu mendorongnya.
"......"
Sunyi, tiba-tiba keadaan didalam menjadi sunyi. Dia memberanikan diri menatap kearah mereka semua. Seolah tak tahu apa-apa.
"Ada apa?" tanyanya setenang mungkin.
"Rosè, tadi kepala dekan datang mencarimu. Setelah jam kuliah habis kau disuruh untuk menemuinya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Sitter Park||HIATUS||
AksiyonApa jadinya ketika seorang Park Rosèannè sang primadona di jurusannya menjadi seorang Baby Sitter? Dan lagi yang dia rawat bukan bayi kecil tetapi bayi besar? (Mohon maaf, cerita ini mengandung unsur kekerasan, pelecehan, konflik, non baku) ®©