Mata Lisa membola sempurna. Menatap tak percaya ke arah Rosè yang menatapnya serius.
Mulutnya menganga lebar. Mengabaikan kegiatannya yang sedang memasukkan bahan makanan ke dalam kulkas.
Menutup kulkas dengan kencang dan mengahampiri Rosè. Lisa duduk disamping gadis itu. Menatapnya penuh keseriusan.
"Bagaimana bisa?!"
Mata Rosè mengerjap-ngerjap lucu. Semakin membuat Lisa penasaran. Rosè mengangguk, pandangannya menyendu.
"Entah apa yang akan dia lakukan setelah tahu kalau aku ada disini" ucapnya dengan lirih.
Lisa memegang kedua pundak Rosè. Matanya menatap dalam mata Rosè penuh keyakinan.
"Percayalah tidak akan ada yang terjadi. Berjanjilah untuk selalu mengabariku. Kau akan aman selagi tinggal bersama anaknya Jungkook!"
Pandangan Rosè mulai kembali seperti semula. Dia sedikit tersenyum pada Lisa dan mengangguk.
"Terimakasih"
"Tak perlu, kau adalah sahabatku dan sahabat tidak mengucapkan terimakasih"
Rosè sangat bersyukur telah dipertemukan oleh Lisa. Orang yang selalu ada bersamanya dari kecil hingga besar.
Tanpa sadar air mata turun dengan deras diwajah cantiknya. Lisa menghapus air mata itu. Mengusapnya dengan sapu tangan miliknya.
Brakk....
"Woopsie... Sepertinya aku sedang melihat drama seperti di TV"
Sontak saja itu mengalihkan atensi kedua gadis itu. Lisa menatap orang itu tajam.
"Bambam bodoh! Kau ini cari mati denganku?!"
Bambam mengendikan bahunya, menutup pintu lalu menghampiri mereka sambil membawa dua buah paper bag mini.
Lalu meletakkannya diatas nakas samping ranjang milik Rosè. Dia menarik kursi dan mendudukinya dengan menyilangkan kakinya.
Kali ini Rosè benar-benar dibuat pusing oleh tingkah laku Bambam yang sok keren. Dia segera menghapus jejak air matanya dengan kasar.
"Hey! Kenapa kau sok keren sih?!" ketus Rosè. Dia memanyunkan bibirnya dengan wajah cemberut.
Alis Bambam bertaut, lalu dia berdecak sebal. Menyilangkan kedua tangannya didada.
"Aku setiap hari memang selalu keren, Rosèannè." tekannya diakhir kalimat. Merasa tak suka dengan lontaran protes dari gadis itu.
Sedangkan Lisa tak henti-hentinya menatap tajam pria itu.
"Tampan" gumamnya. Terdengar oleh kedua orang yang sedang cekcok mulut itu.
Mereka berhenti sejenak, Rosè memandang gadis itu malas.
"Kau lihatkan? Lisa saja bilang aku tampan!"
"Ck, kalian memang pasangan yang serasi"
"Tentu saja, ya kan, Baby?"
Ingin muntah saja rasanya mendengar kalimat terakhir Bambam. Sungguh menjijikan. Dia geli sendiri mendengarnya.
Agak terasa aneh saja jika kata itu terlontar dari mulut Bambam. Biasanya pria itu begitu anti dengan kata alay seperti itu.
"Memang pasangan yang aneh" cibirnya. Menatap malas kedua sejoli itu.
Memilih meninggalkannya adalah hal yang tepat sepertinya. Dia berjalan menuju kekamar ganti dengan mulut yang masih mengoceh tak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Sitter Park||HIATUS||
AzioneApa jadinya ketika seorang Park Rosèannè sang primadona di jurusannya menjadi seorang Baby Sitter? Dan lagi yang dia rawat bukan bayi kecil tetapi bayi besar? (Mohon maaf, cerita ini mengandung unsur kekerasan, pelecehan, konflik, non baku) ®©