I. 好き

1.1K 91 7
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Ia tidak pernah memercayai apa itu cinta, apalagi cinta pada pandangan pertama. Buku bacaannya memang terkadang berbumbu romansa, tapi tak pernah sedikit pun ia tertarik untuk menyicip bagaimana rasanya jatuh cinta.

Cinta—sering digambarkan dengan perasaan luar biasa menyenangkan, luar biasa indah, namun disisi lain sering pula digambarkan sebagai perasaan luar biasa menyakitkan—dan ia benci rasa sakit.

Jeon Wonwoo—sering dicibir karena tak percaya apa itu cinta. Bohong jika ia mengatakan tak pernah tertarik pada sosok manusia lain. Ia tertarik, hanya tertarik, kagum atau apalah itu. Perasaannya tak pernah sedalam itu untuk orang lain.

Manusia berhati dingin adalah julukannya, namun ia tak peduli. Jika bersikap dingin mampu melindungi dirinya dari rasa sakit, ia tak keberatan.

Tapi, tak selamanya ia sanggup bertahan. Tak selamanya dinding yang ia bangun sanggup melindunginya. Tak selamanya ia sanggup untuk menutup dirinya.

Ketika orang itu datang, semua terasa berbeda untuk Jeon Wonwoo.

Ketika orang itu masuk ke dalam kehidupannya, ia tau, kehidupannya tak akan lagi sama seperti dulu.

Senyumnya, suaranya, kehadirannya—menjadi sebuah kebutuhan untuk Wonwoo, sesuatu yang tak pernah terjadi dalam hidupnya.

Orang itu adalah Choi Seungcheol, pemuda rupawan berlesung pipi menawan yang dengan kurang ajarnya mengusik hidup tenangnya.

Keduanya bertemu di toko bunga milik Wonwoo. Seungcheol kala itu tengah berteduh dan tak sengaja merusak pot bunga milik Wonwoo—dan Wonwoo dengan wajah datar hanya menatapnya, yang lalu disalahartikan oleh Seungcheol, dan mengira yang bersangkutan marah besar.

Masih jelas diingatan Wonwoo, bagaimana Seungcheol memohon maaf karena tidak bisa mengganti rugi sebab dompetnya tertinggal di meja kantor, dan bagaimana lelahnya Wonwoo menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak marah dan tidak berniat untuk menuntut ganti rugi sedikitpun.

Hari berikutnya, Seungcheol datang dengan senyum lebar sembari menyodorkan beberapa lembar won dan mengatakan bahwa itu adalah ganti rugi untuk pot yang ia rusak. Wonwoo menerimanya dan berpikir jika urusan diantara mereka telah selesai.

Nyatanya ia salah. Hari-hari berikutnya, Seungcheol selalu datang. Setiap hari, tanpa jeda, meski hujan badai menghadang, meski tokonya tutup, Seungcheol selalu datang. Entah untuk membeli bunga—yang katanya untuk menghias meja kerjanya atau dibagikan kepada karyawan di perusahaannya. Atau datang dengan dua cup kopi atau coklat hangat dan aneka makanan rasa strawberry.

Seungcheol selalu datang dengan membawa cerita. Entah cerita tentang betapa membosankan hidupnya—tepatnya pekerjaannya, cerita tentang karyawannya yang selalu salah paham ketika ia membagikan bunga atau cerita tentang anjing miliknya yang begitu lucu yang menurutnya akan pantas bersanding dengan kucing anggora putih milik Wonwoo. Jangan tanya Wonwoo, sampai sekarang ia masih tidak mengerti maksud perkataannya itu.

Hanahaki Disease - 花吐き病 [ woncoups ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang