Dari apa yang didapati melalui media massal, Soobin tahu setidaknya sudah ada beberapa orang yang positif terdampak virus yang ia yakini merupakan Covid-99.
Pemuda itu menjatuhkan diri di atas kasur. Kembali larut di dalam bayang pun angan ketika ia berhasil menguak bahwa dalang di balik semua ini adalah Seojum, yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayah kandungnya sendiri. Setelah mengonsumsi vitamin—yang Soobin yakini merupakan obat penenang dari psikiater yang didatangi, kini ia mulai terantuk menahan godaan untuk terlelap. Semua ini karena Beomgyu yang memaksanya untuk mengonsumsi obat-obatan tersebut. "Semuanya akan baik-baik saja, aku ada di sini menemanimu,"
"Jangan bersikap seolah kau akan pergi setelah aku tertidur, karena aku yakin efek obat tidur ini begitu kuat sehingga aku akan tidur cukup lama,"
Beomgyu terkekeh pelan menanggapi, "Sekali lagi aku tegaskan bahwa itu bukan obat penenang atau semacamnya, nyonya Kim bilang bahwa belakangan ini kau kekurangan nutrisi karena jarang makan. Itu merupakan suplemen makanan, tidak lebih dari itu," ujarnya, lalu merebahkan diri di sebelah Soobin—menatap langit kamar yang sama sebelum kembali menambahkan, "Apabila kau merasa mengantuk itu wajar, karena kau kelelahan. Aku akan menemani, sebagaimana kau yang selalu ada di sisiku sebagai sahabat. Tidak peduli apa kekuranganmu, aku akan berada di sini,"
"Kau bisa pergi apabila merasa bosan,"
"Kenapa kau berpikir seolah aku akan pergi?" tanya Beomgyu diiringi tawa pelan. "Bahkan ketika aku menderita demam sehingga muntah di pakaianmu, kau sama sekali tidak merasa keberatan dan memilih untuk menetap. Kali ini aku akan melakukan hal yang sama,"
Keduanya larut di dalam diam, hingga Beomgyu sadar bahwa Soobin sudah terlelap. Hujan di luar masih menguasai di tengah malam yang tidak segan lagi untuk menampakkan diri sebagai penguasa langit. Sempat mengobrol sejenak dengan psikiater yang menangani Soobin, Beomgyu mendapati sebuah kabar mengenai kesehatannya sendiri dan Soobin. Sungguh mengejutkan, namun dirasa akan lebih baik apabila Soobin tidak mengetahui kebenarannya.
Dini hari menyapa tatkala Soobin membuka mata, di sana ia mendapati dirinya tenggelam di dalam ruang gelap. Netranya terkatup-katup menatap tetesan air pada permukaan kaca jendela terbingkai kotak tingkap berwarna cokelat kusam. Soobin memejam ketika udara dingin meniupi telapak kaki telanjang di antara selimut yang tersingkap.
Krak!
Pandangannya tertuju pada daun pintu. Menelisik jauh dengan indra pendengarannya, ia mendengar suara benda jatuh jauh di luar sana. Di jam rawan seperti saat ini Soobin rasa ia harus melangkah turun untuk sekadar memastikan. "Beomgyu, apa yang kau lakukan?!" tanya Soobin tatkala sampai di dapur, sumber suara yang baru saja mengusik jam tidurnya. "Jarimu terluka,"
"Ah, tidak apa,"
Soobin tidak serta-merta terdiam dan langsung pergi mengambil kotak perlengkapan alat kesehatan di counter dapur. Aroma besi berkarat langsung pekat tercium ketika Soobin membersihkan jari telunjuk Beomgyu yang terluka. "Apa yang baru saja kau lakukan, huh?" Soobin jelas merasa tidak habis pikir dengan sahabatnya sendiri.
Beomgyu yang mendapati hal itu hanya dapat terkekeh pelan. Seolah tidak ada hal lain yang dapat dilakukan. "Aku sedang memotong buah apel," salah satu jarinya menunjuk sebuah apel di dekat wastafel dapur yang konon menjadi tersangka di balik insiden berdarah ini.
Sebuah plester tersemat rapi pada jemari. Setidaknya kini Soobin dapat bernapas lega setelah darah Beomgyu berhenti mengalir dari telunjuknya, kini ia hanya harus membereskan kekacauan yang ada. "Lain kali minta bantuan kepada pelayan di sini, jangan bertindak gegabah," ujar Soobin seraya merapikan peralatan yang baru saja digunakannya kembali ke dalam kotak.
![](https://img.wattpad.com/cover/216724583-288-k437918.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BRUMOUS [Completed]
FanficRyu Soobin membutuhkan arah, pun prosedur bagaimana cara menyukai tanpa harus memiliki. ft. choi soobin + choi beomgyu ▍©NunaQueen