바이러스 | Obliteration

127 23 6
                                    

          Ruangannya sunyi. Detik berlalu pun aroma buku tua menyapa membuat Soobin mendesahkan napas tatkala rasa suntuk menyerang. Entah atas dasar apa ia memutuskan untuk kembali datang ke tempat ini—tempat di mana ia bertemu Beomgyu sebelum ia pergi ke luar negeri.

"Apakah kau meminum obatmu?"

Soobin mengangguk sekilas guna menanggapi pertanyaan. Tidak ingin memberi tanggapan lebih selain anggukkan dan gelengan semata, seakan ia sedang menunggu keajaiban yang datang dari balik daun pintu usang itu. "Tolong hentikan pertanyaan kuno itu, Nyonya Kim," Soobin bergumam pelan dan wanita paruh baya yang mendengar hal itu pun lantas mengangguk mengerti.

"Apakah kau sedang mencari seseorang?"

Soobin memainkan jemari di posisi terbaringnya saat ini. Seakan wanita itu dapat membaca isi hati pun kepala dari pasien yang belakangan ini kerap mampir berkunjung. "Aku tidak tahu dia sedang berada di mana, bahkan ketika aku menghubunginya sekali pun tidak ada jawaban,"

Nyonya Kim nampak menyimak dari kursinya. Tidak berniat menyela kendati guna meluruskan sekali pun. Han Beomgyu merupakan sahabat Soobin sejak kecil, seolah tiada suatu rintangan apa pun yang dapat memisahkan mereka hingga salah satu di antaranya pergi. "Meskipun dia pergi, aku yakin akan ada warna baru di dalam hidupmu," ujarnya seraya membereskan tumpukkan berkas di meja kayu tua yang sudah menemani selama beberapa tahun belakangan.

"Entahlah,"

Soobin tidak ingin berpendapat lebih jauh dan memperkeruh keadaan ketika suasana hatinya tidak menentu. Seolah keheningan adalah suatu hal yang tidak dapat terlepas dari kehidupan Ryu Soobin, kini ia kembali merasakah hening yang berdengung di daun telinga hingga degup jantung menggema keras tatkala nyonya Kim mengatakan, "Apakah kau menyukai Han Beomgyu?"

Seoul berisik, suara gaduh kendaraan yang seakan tidak memberikan kesempatan guna membiarkan para pejalan kaki guna menyeberang. Di sana Ryu Soobin tidak dikenali dengan kaca mata hitam nan bertengger di batang hidung pun masker kesehatan tidak lupa ia kenakan. Sengaja ia mengenakan baju kebesaran supaya memiliki selera tampilan dengan rasa yang sama seperti Beomgyu.

Pukul dua siang lebih serupa seperti dini hari yang terasa begitu sepi.

Soobin mendapati seorang gadis di seberang sana—perawakannya luar biasa dengan setelan dress mini yang melekat pada tubuh pun surai hitam tergerai jatuh mengalun mengikuti angin. Pemuda itu sedikit terkejut tatkala mendapati sosoknya berjalan gontai menyeberangi jalan, presensinya nampak begitu pucat hingga jatuh terduduk di pesisir jalan. Soobin yang mendapati hal itu pun segera datang membantu. "A-apa kau tidak apa-apa?" Soobin tidak mampu berkata-kata tatkala mendapati hidung gadis itu mengeluarkan darah.

"M-maaf, Tuan—,"

"Hidungmu berdarah," ujar Soobin sedikit cemas, tak segan lagi untuk merengkuh bahu mungilnya supaya tidak limbung jatuh terkapar. Gadis itu tidak menggunakan perlindungan apa pun seperti masker kesehatan misalnya. "A-aku akan mengantarmu ke Rumah Sakit,"

"T-tidak usah—," seolah tidak akan memberikan kesempatan guna mengelak, Soobin langsung membawanya pergi kembali menyeberangi jalan guna menjangkau area parkiran mobil. Merupakan sebuah hal lumrah ketika tempat yang hendak kau jangkau berada sedikit jauh dari area parkir tempat di mana kendaraanmu merehatkan diri.

Terseok dan hampir terjatuh. Soobin tetap teguh pada pendirian guna bersikap baik dan membantu sesama, sebagai wujud nyata dari pelarian rasa sepi yang kerap menghantui. "Masuklah," gadis yang tadi sempat Soobin bantu menurut dan tidak memberi tanggapan berarti setelah kesadaran hampir hilang sepenuhnya. "Tetap terjaga, Nona. Ku mohon," kali ini Soobin tidak ragu lagi untuk menepuk pipi gadis muda tersebut setelah upaya untuk menjaganya tetap terjaga dirasa sia-sia.

BRUMOUS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang