Suara ketukan pintu menggema ketika jarum jam menunjukkan tepat pukul 11 malam, menarik diri Soobin yang sudah terpejam di atas tempat tidur guna terbangun dan menghampiri sumber suara ketika dirasa bahwa tidak ada seorang pun yang membukakan pintu tersebut. "Ya, aku datang." ujarnya ketika langkah gontai masih menempuh jarak guna menyambut tamu tidak diundang itu, seharusnya ia merasa marah namun emosinya seketika mereda ketika mendapati sosok yang saat ini berdiri di sana seraya membawa sebuah pot tanaman di dalam dekapan, nampak mengukirkan kurva lebar pada wajah.
"Apakah aku mengganggu tidurmu?" Ia bertanya.
Soobin menggelengkan kepalanya sementara napasnya tercekat sebab keadaan, sempat merasa tidak percaya karena semua ini begitu mendadak sehingga membuatnya berpikir dua kali untuk sekadar memastikan bahwa apa yang saat ini disaksikannya merupakan sebuah kenyataan, dan bukan gimik atau buah dari halusinasinya sebab tidak mampu menahan rindu semata. "Tidak, sama sekali tidak." ujar Soobin berterus terang, membiarkan sosoknya untuk masuk ke dalam ruangan seluas hampir setengah lapangan sepak bola itu. Berlalu hingga menuju kamar sang tuan rumah, dibuat terpana ketika mendapati suasana yang hampir serupa dengan yang lalu.
"Tidak ku sangka bahwa kau masih mempertahankan kamar ini, seperti apa yang aku dapati sebelum pergi dulu." Ia sedikit berkeliling tempat tersebut guna sedikit bernostalgia, koleksi action figure yang dimilikinya masih terawat dengan baik, begitu pun juga dengan mainan robot yang kerap dimainkan sewaktu mereka kecil nampak masih tertata rapi di rak. Sungguh apabila kau memiliki barang yang sekiranya begitu berharga dan ingin dirawat dengan baik, maka Soobin merupakan ahlinya. "Oh, iya. Masih ingat dengan ranting kayu yang kau tancapkan di tanah? Ya, aku rasa kau benar untuk tidak menilai sesuatu hal dari sampulnya saja, kini ia tumbuh dengan baik meski begitu lambat. Apakah itu wajar?"
Soobin mengangguk ketika duduk di atas ranjang. "Ya, tapi tidak apabila pohon yang sudah kau rawat itu berusia satu tahun. Toh, apa yang aku berikan padamu itu merupakan batang pohon sakura, akan tumbuh meskipun begitu lambat."
"Sakura? Ku kira kau memberiku bibit pohon uang."
Mereka terkekeh di antara sunyi, berlalu setidaknya hingga Soobin tidak ambil pusing untuk segera meraih sosok yang sedari tadi berada di hadapannya, tidak berniat untuk memalingkan pandangannya sebab tidak ingin kembali merasa kehilangan. Ia langsung terduduk di atas pangkuan Soobin, tanpa ada sepatah kata pun yang lolos dari masing-masing mereka ketika kehangatan menjalar. Sementara salah seorang di antaranya menenggelamkan wajah pada sweater berwarna hitam yang memiliki aroma khas musim gugur, tiba-tiba saja suara diiringi tawa kecil yang begitu menggemaskan lolos begitu saja, "Eh, kau ini kenapa?"
Soobin menggeleng kuat, membuat Beomgyu terkekeh dan mengusap puncak kepala sang sahabat layaknya seekor anak anjing. "Aku ini baru saja datang dari luar, lho. Kalau-kalau membawa virus dan menjangkiti dirimu, bagaimana?"
"Peduli setan dengan virus, lagipula aku sudah memiliki serum penawar dan semuanya akan baik-baik saja." Ia mengeratkan pelukannya, seakan tidak ada sesuatu hal yang dapat membuat kondisinya memburuk karena Beomgyu sudah ada di sini. Semuanya akan baik-baik saja setelah sekian lama menghabiskan waktu bersama sunyi, kini Soobin dapat mendengar riuh suara kicauan burung dan menangkap pancarona indah, sebab warna di dalam hidupnya telah kembali. Begitu pun juga dengan adiratna yang senantiasa dijaganya itu sudah berada di sisi, dan tidak akan dilepaskan lagi. "Aku tidak peduli apabila harus mati sekali pun karena memelukmu, untuk sekali ini saja biarkan aku untuk bersikap sedikit egois. Apakah kau merasa keberatan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BRUMOUS [Completed]
FanficRyu Soobin membutuhkan arah, pun prosedur bagaimana cara menyukai tanpa harus memiliki. ft. choi soobin + choi beomgyu ▍©NunaQueen