바이러스 | Fiendish

186 15 9
                                    

         Beomgyu itu tahu setiap beluk jalanan sempit di kota Seoul, maka tidak heran apabila Soobin kerap menjulukinya sebagai sebuah peta hidup karena tidak pernah membiarkannya tersesat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

         Beomgyu itu tahu setiap beluk jalanan sempit di kota Seoul, maka tidak heran apabila Soobin kerap menjulukinya sebagai sebuah peta hidup karena tidak pernah membiarkannya tersesat. Namun ketika Soobin mendapati Beomgyu sedang memejamkan mata di bawah langit sendu, bocah lelaki itu memiliki julukan baru untuk sahabatnya yang satu itu. "Sedang jadi pawang hujan, ya?" tanya Soobin seraya duduk di sebelah Beomgyu, dibalas tawa malu-malu.

"Tidak juga, tapi belakangan ini aku rasa langit sedang bersahabat denganku. Karena dia selalu mendengar harapanku ketika aku ingin melihat langit yang cerah, kau percaya padaku tidak?" Beomgyu justru balik bertanya, dibalas anggukan kepala yang begitu mantap pada diri Soobin yang kini tengah menatapnya bersemangat. Bocah lelaki yang sudah mendapatkan lampu hijau pun memejamkan mata seraya mengatupkan telapak tangannya, entah apa yang saat ini sedang dilakukannya tapi Soobin merasa bahwa suasana dingin di sekitar mereka berangsur menghangat. Dibuat terkagum-kagum ketika tahu bahwa langit yang semula redup kini berpihak pada mereka, tiba-tiba saja harinya menjadi cerah.

Sejak hari itu Beomgyu tidak pernah mengecewakan Soobin terlebih di mana ia membutuhkan cuaca yang bagus untuk bercocok tanam, bocah lelaki yang menggemaskan itu mulai menjajal hobi sang ibunda dalam hal bertani, menanam tumbuh-tumbuhan herbal, dan bunga yang indah apabila sudah bermekaran. "Bukitnya cukup tinggi, berhati-hatilah!" Soobin sedikit meninggikan nada bicara ketika menangkap sosok Beomgyu berjalan mendahuluinya, mendaki bukit ala-ala seperti apa yang kerap mereka dapati di acara televisi mengenai petualangan di alam bebas, begitu menantang dan sarat akan adrenalin.

Biasanya mereka datang bersama pengawal, sih. Tapi khusus untuk hari ini saja mereka ingin bebas dari pengawasan yang selalu membuntuti ke mana pun keduanya pergi, anggap saja bahwa saat ini mereka sedang melarikan diri, tidak akan lama-lama karena baik Soobin atau Beomgyu masih membutuhkan atap untuk bernaung dan tidak ingin mengambil risiko di mana nama mereka akan dihapus dari daftar kartu keluarga. Bisa menghabiskan hari tua tanpa harta warisan nantinya, toh tidak enak juga kalau sudah tua tapi masih harus bekerja, pikir Soobin dalam diam sementara Beomgyu sudah sampai di puncak seraya mengatakan, "Panas sekali, lahan di sini masih botak, harus ditanami sesuatu. Setidaknya bisa melindungi kita dari terik matahari."

Soobin mengerjapkan matanya beberapa kali. "Mau ditanami apa, sih? Tanaman yang bisa melindungi kita dari terik matahari itu banyak sekali, lho. Aku bingung apabila harus memutuskannya sendiri, kau bisa bantu tidak?"

Beomgyu nampak berpikir. "Bagaimana kalau pohon kencur? Kunyit? Jahe? Ubi?"

Setelah kejadian di mana Beomgyu merekomendasikan tanaman yang sekiranya tidak dapat memenuhi kriteria yang dimaksud, Soobin pun tahu bahwa ketika meminta saran dalam hal tanaman ia tidak dapat mengandalkan sang sahabat. Anggap saja bahwa lahan botak yang Beomgyu maksud itu masih belum ditanami apa pun hingga saat ini karena mereka tidak dapat memutuskan, setidaknya hingga Soobin tahu bahwa ia memiliki bibit unggul dan itu berada di tangan Beomgyu selaku sahabatnya di sini. Pohon yang dimilikinya itu pasti akan terlihat sangat indah apabila ditanam di puncak dan bukannya di kaki bukit, tak bergeming untuk beberapa saat Soobin lantas mengecek ponsel di dalam sakunya. Takut-takut ada pesan yang belum terbaca.

BRUMOUS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang