"Jin! Woojin! Jin!"
Suara menggelegar terdengar di lobby fakultas Woojin, bikin pemuda yang dipanggil itu jengah. Apalagi Lucas si pemanggil, melambai-lambaikan tangannya dari jauh, membuat mereka jadi tontonan.
Dasar Kingkong Wakanda!
"Cas, ya ampun, malu!" bukan Woojin, tapi Doyeon pacar Lucas yang menggeplak punggung lebar si pemuda dengan buku diktat setebal catatan dosa. All hail Queen Doyeon! Tapi Lucas cuma meringis saja, bahkan sampai mereka mendekat ke tempat Woojin daritadi duduk di depan Kantor TU Fakultas.
"Agak kalem sedikit bagus sih, cas. Mengimbangi nyonya. Doyeon anggun jadi wajah Kampus ini kok pacarnya mirip bocah kelebihan gula." Kalimat Woojin barusan membuat Doyeon memutar mata.
"Percaya, Jin, puas kuomeli. Tapi memang telinganya terlalu tebal. Jadi harus aku yang mengalah." Lucas yang terang-terang sedang digunjingkan malah terbahak menggusak rambut sang nyonya. "Eh, Jin, kumpul yuk. Orang tuaku hari ini sampai besok keluar kota, jadi rumah sepi. Please, ayo kumpul sekalian temani aku di rumah."
Doyeon memang punya orang tua yang sibuk. Seringkali Doyeon mengajak teman-temannya untuk berkumpul menemaninya meramaikan rumah. Bahkan jika rumahnya jadi berantakan setelahnya, Doyeon tidak pernah protes. Doyeon jadi punya waktu lebih untuk berkumpul dengan teman-temannya saat mereka membersihkan sisa-sisa kekacauan yang mereka buat.
"Boleh, aku jemput Sohye dulu. Dia sedang riset untuk praktik kuliahnya." Woojin tanpa bicara panjang langsung mengambil ponsel dari saku celananya. Menghubungi kontak bernama Sohyeku disana.
"Ya sudah, nanti langsung ke rumahku ya, Jin. Aku ada kelas sebentar setelah ini. Langsung masuk saja, Sohye tahu kodeku." Doyeon menarik Lucas untuk melanjutkan jalan mereka ke kelas.
Belum jauh mereka berjalan, tiba-tiba Lucas berbalik dan berteriak "Jin! Balikan saja, aku restui!" Sambil mengacungkan jempolnya dan tentu saja diiringi cengiran khas Lucas. Yang langsung menghilang karena hadiah cubitan maut oleh Doyeon.
Sementara Woojin hanya melengos malas dan mengirim jari tengahnya pada Lucas.
"Tahu tidak-"
"Tidak" Belum selesai si pemuda bicara, sudah dipotong oleh Sohye. Melihat wajah masam Woojin membuat Sohye terbahak-bahak. "Ya, ya, ya, aku mendengarkan. Ada apa?" Sohye melap air mata tak terlihat di sudut matanya.
"Lucas. Membuatku keki." Woojin berkata enteng sambil mengambil 1 pack biskuit rasa es krim di rak.
"Apa yang baru? Bukannya dia memang begitu?" Sohye menjawab sambil lalu. Matanya sibuk mencari minuman kalengan berwarna biru. Kesukaan Woojin.
"Hari ini Lucas berpura-pura menjadi ayahmu, rupanya. Dia berteriak menyarankan kita berdua berpacaran lagi, karena dia sudah 'merestui'." Woojin menggeleng pelan, menyesali tingkah sahabatnya itu. "Kurasa otaknya sudah geser."
Pernyataan Woojin membuat Sohye terbahak-bahak sampai pengunjung di sebelah mereka menoleh heran. Woojin langsung menunduk minta maaf pada si pengunjung dan mengusap wajah Sohye. Gemas.
"Pelankan tertawamu, kita sedang di minimarket, bukan bukan lapangan voli tempatmu latihan."
"Dulu kau bilang tertawaku indah. 'Sohye, tertawa saja, yang lepas. Jangan ditahan-tahan. Aku suka melihatmu tertawa'." Sohye menirukan cara Woojin berbicara.
"Dulu aku minus 15. sekarang sudah operasi, sudah bisa melihat jelas".
"Minus 15 darimana, yang pakai kacamata kan aku." Sohye menaikkan kacamatanya dengan jari tengah, meledek Woojin. "Lucas kan memang begitu, bocah kelebihan energi. Biarkan saja." Lanjutnya enteng sambil berjalan ke kasir. Keranjang belanjaan di tangan Sohye penuh sekali.
"Dulu kau akan marah padaku, kalau aku tidak melakukan ini." Woojin terkekeh sambil mengambil keranjang berat dari tangan Sohye.
"Kan berat, Jin. Dasar tidak peka. Tapi kau dulu juga sering memarahiku. Apalagi kalau aku begini." Sungut Sohye sambil meraup beberapa coklat batangan dari rak di kasir.
"Ya bagaimana, kau ngotot diet. Tapi sering makan coklat. Kalau berat badanmu naik, siapa yang kau marahi? Aku. Yang benar saja." Woojin menggeleng sambil mendengus kesal. Mengenang masa lalu memang kadang menyenangkan. Tapi kenangan yang ini membuatnya mengomel tak habis-habis.
Woojin, akhirnya menghentikan omelannya dan berkata singkat. "Dulu kita konyol, ya?"
"Sangat. Untung kita putus." Sohye tersenyum cerah sambil berterimakasih pada kasir minimarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rana Rasa
FanfictionWoojin menyayangi Sohye Sohye menyayangi Woojin Match made in heaven, right? Right? Or, there are more to this story besides 2 person cares for each other?