Kami berjalan menuju ruang makan yang letaknya tak jauh dari tenda Alvaro. Suara pintu yang baru saja dibuka oleh Alvaro membuat semua orang mengalihkan pandangannya. Langkah Alvaro yang mendadak berhenti pun membuatku yang berjalan di belakangnya sontak ikut menghentikan langkahku.
Semua orang menatap kami dengan tatapan bingung sekaligus terkejut.
"Silahkan makan" ucap Alvaro yang membuat mereka melanjutkan aktivitasnya dan menyantap makanan yang ada di meja masing-masing. Sedangkan aku dan Alvaro baru saja mengambil tray makanan beserta dengan beberapa lauk pilihan kami. Aku yang sudah selesai mengambil makanan terlebih dahulu berjalan menuju tempat kosong yang disisakan untukku oleh beberapa rekan dokterku.
"Lo... kok bisa dateng bareng dokter itu?" tanya Nike yang dilanjuti dengan tatapan penuh curiga oleh rekan dokter lainnya yang duduk di sekitarku.
"Kalian pacaran?" pertanyaan Rendy membuatku menghentikan tanganku yang hendak memasukkan se-sendok nasi ke dalam mulutku.
"Ngak lah!" balasku dengan ketus.
Setelah mendengar balasanku, mereka lanjut menyantap makanan masing-masing. Sedangkan aku berusaha menghabiskan makanan yang ku ambil secepat mungkin. Setelah memasukkan sendok terakhir ke dalam mulutku, aku melihat Alvaro yang baru saja berdiri dari tempat duduknya sambil membawa tray makanan yang sudah kosong.
"Gue duluan ya" ucapku sambil berdiri dari tempat dudukku.
"Fix, ada sesuatu di antara mereka" ujar Orin sambil mengangkat sendoknya, dilanjutkan dengan anggukan kepala dokter lainnya.
"Apaan sih! Ngak ah, ga mungkin!" ucap Fani sambil berdiri dari tempat duduknya dengan kesal.
"Eh Fan, mau kemana?" teriak Wira.
"Bukan urusan lo!" balas Fani.
"Telen dulu bisa kali" ucap Alvaro yang sedang berjalan di sampingku.
Akibat terlalu terburu-buru, aku tersedak makanan yang hendak ku telan.
"Kan udah gue bilang, kita masih punya cukup waktu. Lo ngapain sih makan buru-buru?" tanya Alvaro sambil menepuk pundakku dengan perlahan.
Setelah batukku berhenti dan berhasil menelan makanan tersebut, aku mengangkat tanganku dan menyingkirkan tangan Alvaro yang tadi sempat menepuk pundakku.
"Terima kasih" ucapku sebelum berjalan meninggalkannya.
Sesampainya di tenda Alvaro, anak kecil itu masih saja tertidur.
"Masih belum bangun juga"
"Iya"
Saat mataku tidak sengaja bertemu dengan mata Alvaro, suasana menjadi canggung. Tidak ada yang memulai percakapan, hanya jangkrik yang mengeluarkan suaranya.
"Uhm, kalau gitu gue keluar cuci muka sebentar"
Aku membalasnya dengan anggukan. Setelah Alvaro keluar dari tendanya, aku mengambil bangku yang ada di dalam tenda dan meletakkannya tepat di sebelah ranjang di mana anak kecil tersebut masih tertidur dengan pulas. Aku memegang jari-jari tangannya yang ukurannya jauh lebih kecil dari jariku. Aku tidak mengenalnya, bahkan aku tidak tau siapa namanya. Tapi, aku tidak sabar untuk menatap kedua matanya dan mendengarkan suara dari pria kecil yang menggemaskan ini.
Alvaro masuk ke dalam tendanya sambil membawa handuk kecil yang ia pakai untuk mengelap mukanya tadi. Langkahnya terhenti saat melihat Hanna yang tertidur di samping anak kecil tersebut sambil memegang tangannya. Ia menutup tubuh Hanna dengan jas dokternya, mencegah tubuhnya yang dapat kedinginan saat terkena hembusan angin malam. Ada senyum yang menghiasi wajahnya.
"Istri sama anak udah tidur?" tanya Julian saat Alvaro baru saja keluar dari tendanya.
"Apaan sih" ucap Alvaro sambil menyembunyikan fakta bahwa ia baru saja terkejut akibat kehadiran Julian yang tidak terduga olehnya.
"Keliatannya lo deket sama cewe itu" Julian menyesuaikan langkahnya dengan Alvaro.
"Iya, kenal" balas Alvaro singkat.
"Kok bisa?"
"Ya bisa aja"
"Ceritain dong"
Alvaro menghentikan langkahnya dan menatap Julian yang sedari tadi berusaha untuk menggali informasi darinya.
"Jul"
"Ya?"
"Kalau lo ga ngantuk, mending lo bantuin dokter lainnya jaga di Medic Center "
"Tenang, semuanya aman terkendali kok tadi gue udah cek"
"Kalau gitu gue aja yang tidur, gue ngantuk"
"Eh, lo mau tidur di mana?"
"Tenda lo" ucap Alvaro sambil berjalan menuju tenda Julian, meninggalkannya yang masih berdiri pada posisi yang sama.
"Tenda gue? Eh eh, ngak ya! Alva! Nanti kalau kita di kira yang macem-macem gimana?" teriak Julian sambil mengejar Alvaro yang sudah beberapa langkah di depannya.