Setibanya di rumah sakit, Alvaro turun untuk mengambil obat-obatan yang sudah diletakkan di lobby rumah sakit. Ia berkata bahwa ia tidak akan mengambil lebih dari 5 menit, maka dari itu aku hanya diam menunggunya di dalam mobil.
Tak lama setelah itu, aku mendengar suara yang sudah lama tidak ku dengar. Suara notifikasi handphone yang tidak pernah ku dengar semenjak aku tiba di Medic Center. Tidak percaya dengan apa yang baru saja ku dengar, aku mengangkat handphoneku dan menatapnya lebih dekat. Puluhan notifikasi yang terlewatkan dari hari-hari sebelumnya mulai masuk dan aku pun mencoba untuk menghubungi ibuku.
"Halo? Ma?" ucapku saat teleponku berhasil terhubung.
"Hanna? Kamu gimana di sana? Kok baru telepon sekarang? Mama dengar kemarin ada gempa lagi, kamu gapapa kan?" mama sudah menyerbuku dengan sejumlah pertanyaan.
"Mama sejak kapan jadi wartawan? Hanna baik-baik aja kok, sejak tiba di Medic Center koneksi Hanna hilang karena jaringan di sana terputus dan kebetulan Hanna lagi pergi dari Medic Center hari ini, makanya baru bisa hubungin mama"
"Syukur deh kalau kamu gapapa, yaudah baik-baik ya. Sekarang kamu istirahat aja, mama ga akan ganggu kamu lama-lama"
"Tunggu"
Aku menarik nafas sambil memejamkan mataku, memberanikan diri untuk mengucapkan apa yang sudah ada di dalam benakku.
"Hanna..kangen sama mama"
Aku tidak mendengar balasan apa-apa dari mama, apakah ia terlalu kaget bahwa kata-kata tersebut baru saja keluar dari mulut anaknya dan menutup teleponnya?
"Ma?" ucapku, memastikan bahwa mama masih berada di sana.
"Iya, mama juga kangen. Makanya kamu jaga kesehatan dan pulang dengan baik-baik ya"
Ucapan mama membuatku tersenyum tipis, aku menyesal baru mengucapkan hal seperti ini sekarang. Kalau saja aku dapat mengucapkannya kepada mama sejak dulu. Sayangnya, keinginanku itu terkalahkan oleh gengsi dan ego-ku sendiri.
Tepat setelah panggilan teleponku dan mama berakhir, aku mendapat panggilan telepon dari Liora.
"Na, lo kemana aja sih? Gue kira lo ketimpa bangunan pas gempa kemarin, lo gapapa kan? Yang lainnya juga baik-baik aja kan?"
"Ngak lo ngak nyokap, semuanya serbu gue dengan pertanyaan. Iya gue baik-baik aja kok, yang lain juga"
"Thank God"
"Lo sendiri? Gimana kondisi di sana?""Nothing special, semuanya berjalan seperti biasa"
Melihat Alvaro yang sedang berjalan menuju mobil, aku mendadak panik.
"Nanti gue telepon lagi ya, gue harus-"
"-eh eh tunggu gue belom selesai ngomong, pokoknya lo harus bawain gue oleh-oleh ya jangan lupa dan jaga kesehatan juga. Jangan sampe..."
"Sorry lama, ada satu obat yang ketinggalan tadi" Alvaro yang baru saja masuk ke dalam mobil membuatku terdiam, begitu juga dengan Liora yang tiba-tiba berhenti berbicara. Aku memutar leherku dengan perlahan dan memberi kode kepada Alvaro melalui raut wajahku. Mengerti dengan kode tersebut, ia merapatkan mulutnya.
"Na? Gue ga salah denger kan? Lo lagi sama...cowo ya?"
"Ah, nanti gue hubungin lo lagi ya Ra. Bye!"
"Awas ya lo, pulang nanti harus cerita sama gue pokoknya gue-"
Sebelum Liora berbicara lebih panjang lagi aku mengakhiri telepon itu terlebih dahulu.