BAB XIV

22 1 0
                                    

Matahari bersinar terang di siang itu, di lembah neraka. Pohon bambu yang tumbuh lebat di salah satu taman belakang kediaman Haocun berhasil menghalau teriknya matahari, membuat Nuwa dapat duduk dengan tenang melewati hari. Sudah beberapa hari ini Nuwa tidak bersemangat melakukan apapun. Semenjak nona Mei Yin menghilang rasanya Nuwa ingin mati saja karena tidak dapat membantu apa-apa. Ia hanya bisa berharap agar tuan Haocun dan lainnya bisa segera menemukan nona muda yang diasuhnya sejak masih bayi. Ia sangat merindukan Mei Yin yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri.

Hari ini lagi-lagi keinginan Nuwa untuk bertanya tentang kabar nona Mei Yin semakin besar. Ia ingin segera menerobos ruang kerja tuan Haocun, kalau saja nona Qixuan tidak sedang berada di dalam ruangan itu.

"Hah...". Nuwa menghembuskan nafas sedikit kesal.

Memang Nuwa sendiripun merasa kalau keputusan tuan Haocun untuk bertunangan dengan nona Qixuan tidaklah buruk. Ia malah senang jika Yang Mulia segera menikah, dengan begitu perasaan suka nona mudanya bisa segera menghilang dan Mei Yin bisa ceria kembali. Bahkan mungkin nanti Mei Yin bisa secepatnya menyukai orang lain kemudian bisa menemukan pasangan yang lebih cocok ketika dia sudah beranjak dewasa.

Bukannya tuan Haocun tidak cocok menjadi pendamping hidup untuk Mei Yin, tapi bagaimanapun beliau adalah kakak Mei Yin. Dan meskipun mereka tidak punya ikatan darah yang sama tapi Nuwa tidak setuju jika tuan Haocun dan nona Mei Yin memiliki perasaan yang menyimpang. Nuwa merasa, hal itu tidak benar.

Iya kan?

"Hah...". Lagi-lagi Nuwa menghembuskan nafas panjang. Ia merasa bingung, sedih dan kesal disaat bersamaan.

Bingung bercampur sedih memikirkan keberadaan Mei Yin yang tak kunjung ditemukan dan kesal karena nona Qixuan sangat betah menempeli tuan Haocun. Nona muda dari keluarga Wang itu, benar-benar sudah bertindak terlalu jauh. Meskipun memang benar kalau dialah yang nantinya akan menjadi nyonya di rumah ini, namun posisinya sekarang ini masihlah berstatus tunangannya tuan Haocun dan belum menjadi istri yang sah. Tidak seharusnya dia memonopoli tuan Haocun dan membuat Nuwa jadi susah untuk menemuinya.

Entah tindakan nona Qixuan itu disengaja atau tidak disengaja, tapi nona Qixuan terus saja tidak memberinya izin untuk masuk ke dalam ruang kerja tuan Haocun.

Sungguh sangat menyebalkan.

"Kau baik-baik saja, ibu asuh?". Tanya Shen pada Nuwa yang sedang sibuk melamun, sampai ia tidak menyadari kalau Shen sudah berdiri dibelakangnya.

"Tuan Shen". Nuwa terkejut ketika sadar ada seseorang yang memanggilnya.

Nuwa segera menghampiri Shen dan memberi hormat. Bagaimanapun status Shen lebih tinggi dari Nuwa yang hanya seorang ibu asuh.

"Bagaimana perkembangan kabar dari nona Mei Yin, tuan Shen?". Wajah Nuwa bercampur antara lega dan cemas. Akhirnya ia bisa bertanya kepada seseorang.

Shen menggelengkan kepalanya lemah. "Masih belum ada berita dari si kembar".

"Lalu tuan Haocun?". Pikiran Nuwa kembali dihantui rasa takut. Ia terus berdoa dalam hati agar nona mudanya selamat.

"Beliau sangat cemas tentunya, hanya saja beliau tidak akan pernah menunjukkannya". Jawab Shen yakin. Menjadi pengawal pribadi Haocun setelah sekian tahun lamanya, membuat Shen jadi sedikit banyak tahu tentang sikap Haocun meskipun ekspresi yang ia tunjukkan tetap saja dingin.

"Kalau memang benar tuan Haocun cemas, lalu kenapa beliau tidak segera mencari nona Mei Yin sendiri?". Nuwa tidak menyangka kalau tuan Haocun masih bisa duduk tenang disaat genting seperti ini.

"Aku yang melarang beliau untuk pergi sendiri mencari nona Mei Yin. Akan sangat beresiko jika tuan Haocun sendiri yang pergi ke pegunungan langit. Bisa-bisa dalam waktu dekat akan terjadi peperangan". Jelas Shen panjang lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA SEINDAH MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang