BAB IX

17 1 0
                                    

Permainan kecapi yang dimainkan Haocun dan Qixuan telah selesai. Semua orang yang mendengarkan permainan mereka berdua memberikan tepuk tangan yang meriah. Tidak bisa dipungkiri, perpaduan permainan alat musik mereka terdengar sangat merdu di telinga.

Mereka saling melengkapi.

Setelah permainan itu selesai, tibalah saatnya bagi Haocun untuk mengumumkan pertunangannya dengan nona Qixuan.

Haocun mengangkat tinggi gelas araknya. "Mulai hari ini, saya dan nona Qixuan...".

"Tuan Haocun!!!". Teriak Jingmi nyaring. Kontan membuat mata semua orang yang hadir tertuju padanya. Haocun pun jadi berhenti bicara. "Nona Mei Yin menghilang!!!".

Gelas arak yang berada pada genggaman Haocun, jatuh berserakan di lantai. "Shen, segera cari Mei Yin!". Begitu beliau memberi perintah kepada Shen, ia segera berjalan menghampiri Jingmi dan Jianying yang berdiri mematung di depan aula utama.

"Jelaskan padaku, sekarang!".

Sosok mereka bertiga segera menghilang dari pandangan semua orang.

Pesta pertunangan berakhir dengan kekacauan.

***

Mei Yin membuka matanya perlahan. Kepalanya pusing dan pandangannya masih sedikit buram. Ia memegangi kepalanya yang terasa berat untuk diangkat, mencoba mengingat kembali apa yang terjadi padanya tadi.

Seingat Mei Yin, ia sedang menyendiri di taman belakang sambil menangis. Ia tidak menyangka nasibnya begitu sial. Sudah patah hati, sekarang ia malah diculik orang yang tidak ia kenal. Ia tidak sempat melihat rupa orang yang menculiknya karena wajah orang itu ditutupi kain. Ia pun dibius dari belakang, tidak sempat memberi perlawanan. Benar-benar sial.

Mei Yin memandang ke sekelilingnya. Berharap ia menemukan petunjuk lokasi tempat ia disekap. Sayangnya ia hanya tahu kalau ia sedang berada di sebuah gubuk di tengah hutan. Tidak ada petunjuk lainnya.

Mei Yin mendekap tubuhnya sendiri. Ia mulai menangis ketakutan. Ini hal baru baginya, ia tidak pernah mengalami hal menakutkan seperti ini sebelumnya. Penjagaan yang ketat di setiap sudut kediaman mereka, memiliki dua pengawal pribadi yang tangguh, membuat Mei Yin selalu dalam keadaan aman.

Ia benar-benar menyesal karena keluar sendirian malam ini. Ia seharusnya tetap duduk manis di acara tersebut meski harus sakit hati. Ia harusnya tidak memiliki perasaan terkutuk ini.

Mungkinkah dewa marah padanya sehingga ia diberi hukuman seperti ini, karena memiliki perasaan terlarang terhadap kakaknya?

"Kak... Aku takut...".

***

"Kenapa Xiao Yin bisa keluar sendirian?!". Tanya Haocun dipenuhi aura membunuh. Jingmi dan Jianying sampai gemetaran ditatap seperti itu.

Mereka berdua tahu kalau tuan Haocun punya sikap yang dingin dan acuh tak acuh. Tapi mereka belum pernah melihat ekspresi wajah tuan Haocun yang seperti ini. Sangat menakutkan. Beliau penuh dengan aura membunuh.

"I-ini salah kami tuan Haocun". Jawab Jingmi terus gemetar sampai ingin menangis.

"Nona muda sedikit pusing tadi dan ingin menghirup udara segar. Tapi nona Mei Yin tidak mengizinkan kami untuk mengikutinya". Jianying menjelaskan awal mula kenapa mereka bertiga sampai bisa terpisah.

"Dan kalian membiarkan dia pergi begitu saja?!". Jelas sekali kalau Haocun tidak mau menerima alasan apapun dari mereka. Si kembar telah melakukan kesalahan yang fatal.

"Kami bersalah tuan!". Kata Jingmi dan Jianying bersamaan. "Kami pantas dihukum!".

"Kalian pasti akan ku hukum! Setelah kalian membawa kembali adikku hidup-hidup!".

"Kami mengerti Yang Mulia!". Jawab si kembar tegas lalu segera menghilang dari pandangan Haocun.

Xiao Yin bertahanlah... Kakak pasti akan menemukanmu...

***

Keadaan diluar gubuk begitu sunyi seperti kuburan. Para penjahat yang menculik Mei Yin sepertinya sedang tidak berjaga diluar gubuk. Mei Yin sedang berpikir, jika si penculik hanya satu orang, dia mungkin bisa melarikan diri.

Tapi bagaimana jika penculiknya lebih dari satu orang?

Mei Yin mengacak-acak rambutnya merasa frustasi. Gaun merah indahnya jadi berantakan karena sudah berjam-jam tertidur diatas lantai yang kotor saat dia pingsan tadi. Sekarang ia baru menyesal karena tidak pernah berlatih ilmu pedang dan ilmu beladiri dengan serius. Jika saja ia sehebat Jingmi dan Jianying, ia tidak akan mengalami kesulitan seperti sekarang ini.

Namun meskipun Mei Yin tidak bisa apa-apa, dia tetap harus melakukan sesuatu sebelum dia mati konyol di tempat ini. Mei Yin tidak bisa hanya duduk diam, menunggu bala bantuan datang.

Bagaimana jika mereka tidak kunjung menemukannya?

Pokoknya, ia harus beraksi sekarang!

Mei Yin mencoba melepaskan ikatan di tangan dan kakinya. Kalau hanya seperti ini, ia bisa melakukannya.

Hanya butuh beberapa detik saja dan seluruh ikatan di tangan dan kakinya terlepas. Mei Yin mengatur pernafasannya dan mulai bergerak perlahan. Ia berhati-hati agar si penculik tidak menyadari kalau Mei Yin hendak kabur.

Mei Yin mengintip dari balik jendela. Keadaan diluar gubuk begitu gelap, ia tidak bisa melihat dengan jelas. Penerangan melalui bulan malam ini tidak cukup membantu. Tapi Mei Yin yakin, diluar gubuk ada dua orang yang sedang tertidur lelap.

Ini kesempatannya untuk kabur.

Jantung Mei Yin berdetak kencang. ia berjalan perlahan mendekati sebuah pintu yang hanya ada satu-satunya di gubuk itu, sambil terus berbicara pada dirinya sendiri agar tetap tenang. "Kau pasti bisa, tenanglah, kau pasti bisa...".

Ia membuka pintu itu pelan-pelan, ia berharap pintu ini mau bekerjasama dengannya agar tidak mengeluarkan suara berdecit. "Jangan bangun, ku mohon kalian jangan dulu bangun...". Mei Yin terus saja berbicara sendiri seperti sedang merapalkan mantra.

Saat pintunya terbuka, Mei Yin mencondongkan badannya. Kepalanya berputar ke kiri dan ke kanan seperti burung hantu. Sekali lagi ia memeriksa keadaan.

Aman...

Ia tidak ingin membuang waktu lagi. Mei Yin segera menentukan, ke arah mana dia akan bergerak secepat kilat. Dia ingin pulang dan tidur nyenyak di atas tempat tidurnya yang empuk dan hangat.

Sayangnya, baru beberapa langkah, Mei Yin menginjak sebuah ranting dan membuat kedua penculik itu bangun. Sial, karena keadaan sekelilingnya begitu gelap, Mei Yin tidak bisa melihat dengan jelas.

"Berhenti!!!". Teriak si penculik.

Mei Yin berlari sekuat tenaga agar tidak tertangkap lagi. Lagi-lagi ia menyesal karena malas berolahraga. Lihat saja, baru sebentar ia berlari ia sudah kelelahan.

Namun tekatnya untuk lolos dari bahaya sangat besar, sehingga tidak sedikitpun ia menurunkan kecepatan berlarinya. Entah ia sudah berlari berapa lama, dan entah ia sudah ada dimana. Yang ia tahu, ia harus terus berlari dan bertemu kakaknya.

Dengan panik ia menerobos setiap dahan pohon dan semak belukar yang menghalangi jalannya. Ia terus masuk ke dalam hutan. Tanpa menyadari kalau dia sudah berada di tepi jurang.

Ketika ia mulai sadar kalau tubuhnya seperti melayang, semua sudah terlambat. Sedetik kemudian, ia jatuh ke jurang.

"Kakaaaakkkkkk......!!!!!!!".

CINTA SEINDAH MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang