BAB IV

32 3 24
                                    

Mei Yin 13 tahun

Siang itu, langit bersinar begitu cerah. Udara mulai terasa hangat di kulit. Di koridor kediaman Haocun terdengar suara langkah kaki seseorang. Orang itu berlari sangat cepat seolah sedang membelah angin. Nafasnya terengah-engah. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis muda itu sehingga tidak sedetikpun mengurangi kecepatan larinya.

Dia terus saja berlari mencari sosok kakak yang selalu dirindukannya.

Ketika Mei Yin menemukan sosok kakaknya yang sedang membaca di taman belakang kediamannya, Mei Yin segera menghampiri.

Menyadari kalau ada seseorang yang tengah berdiri didepannya, Haocun mendongakkan kepalanya. Gerakannya begitu lembut saat menatap sosok Mei Yin yang sedang berdiri memelototinya. Apapun yang dilakukan Haocun selalu terlihat indah bagaikan sebuah mahakarya.

Mei Yin menatap sosok indah kakaknya dengan tatapan yang memancarkan kilatan kemarahan. Nafasnya memburu, membuat Mei Yin hanya terus melihat Haocun tanpa mengatakan apa-apa.

"Ada apa adikku? Bukankah seharusnya kau belajar di sekolah sekarang?". Tanya Haocun memecah keheningan.

Mei Yin masih belum bicara. Dia terus menatap marah kakaknya dan berusaha mengendalikan pernafasannya agar kembali tenang.

Haocun sedikit memiringkan kepala. Mencoba mengartikan tatapan aneh yang diberikan adiknya itu. "Apakah ada hal penting yang ingin adik sampaikan padaku?".

Mei Yin menarik nafas panjang. Nada suaranya terdengar ketus. "Apa benar kakak akan bertunangan dengan nona Qixuan?!".

"Qixuan? Siapa itu?". Yang ditanya malah balik bertanya. Membuat Mei Yin semakin kesal.

"Kakak?!

Bisa tidak kakak serius, sekali saja saat berbicara denganku?!". Mei Yin menghentakkan kakinya tambah kesal.

Haocun hanya tersenyum melihat tingkah adiknya. Buat Haocun apapun yang dilakukan oleh Mei Yin selalu terlihat lucu dimatanya. Sebab itulah Haocun hanya akan menanggapi tingkah Mei Yin dengan sebuah senyuman.

"Kakak sungguh tidak mengenal yang namanya Qixuan, adikku...".

Mei Yin mengerutkan dahinya, menatap tak percaya dengan kebohongan kakaknya itu. Semua orang di lembah neraka sedang ramai membicarakan tentang pertunangan antara Yang Mulia Haocun dengan nona Qixuan dan sekarang kakaknya bilang kalau dia tidak mengenal nona Qixuan yang akan menjadi tunangannya?!

Lelucon macam apa ini?!

"Shen... Siapa gerangan nona Qixuan itu?". Kali ini Haocun bertanya kepada Shen yang memang sedari tadi sudah berada di samping Haochun.

Shen adalah pengawal pribadi Haocun. Jadi dimana pun tuannya pergi, disitu juga pula dia berada.

"Nona Qixuan adalah putri dari tetua fraksi barat, Yang Mulia... Kemarin tuan Wang Zeming mengirimkan surat lamaran kepada anda tapi sepertinya anda belum membalas surat itu Yang Mulia... Apakah anda sudah lupa?". Shen menjelaskan perihal nona Qixuan.

"Oohhh... Rupanya ada surat seperti itu ya kemarin...". Haocun mengangguk-anggukkan kepala. Dia sudah mengerti sekarang.

Shen dan Mei Yin menatap penuh 'kekaguman' akan tingkah Haocun. Jangankan untuk membalas surat itu, mereka yakin dia pasti belum membaca isi suratnya.

Entah Haocun memang terlalu polos tentang masalah yang menyangkut pernikahan seperti ini ataukah dia cuma pura-pura bodoh. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti apa yang sedang dipikirkan oleh Haocun. Ekspresinya susah untuk ditebak bahkan jalan pikirannya sangat sulit dimengerti.

"Apa kakak akan menerima pertunangan itu?!". Saat ini hati Mei Yin tidak tenang. Dia takut untuk mendengar jawaban kakaknya. Tapi ia tetap harus bertanya agar rasa penasarannya bisa hilang.

CINTA SEINDAH MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang