Ify berjalan menyusuri trotoar, air mata yang terus mengalir kini bersatu dengan derasnya air hujan. Tidak akan ada yang menyangka gadis itu sekarang menangis.
Sungguh, apa yang dilakukan Rio beberapa menit lalu semakin membuatnya terluka.
"Aku pulang," ucap Ify seraya meninggalkan halte, namun tangannya dicekal oleh Rio. Tanpa aba-aba, Rio kembali memeluknya erat, melebihi pelukan yang sebelumnya.
"Ken-"
"Diam, Fy. Izinin aku ngerasain nyamannya saat sama kamu, sebentar saja, aku mohon ..." lirih Rio tepat di telinga Ify.
Mendengar nada lirih itu Ify terpaku, bahunya kembali bergetar. Mengapa takdir mempermainkannya?
Sekian menit posisi mereka bertahan, berakhir dengan Ify yang menarik tubuhnya pelan. Tanpa ada sepatah kata yang terucap, Ify berlalu dari hadapan Rio.
"Kenapa harus gini?!" jerit Ify.
__________Rio mengendarai mobilnya dengan keadaan yang tidak baik-baik saja, bagaimana tidak? Rambut acak-acakan, baju sekolah yang sudah tidak rapi, dan jangan lupakan ekspresi lelah yang sangat terlihat jelas.
Berkali-kali Rio menghela napas, menetralisir rasa sesak yang bersemayam di hatinya. Penolakan halus yang Ify berikan benar-benar membuatnya menjadi seperti orang kehilangan arah.
Tidak ingin mengambil resiko, Rio menghentikan mobilnya. Pemuda itu mencengkram erat setir, perlahan kepalanya ia sandarkan. Memejamkan mata, seolah ingin menghilangkan beban yang dirasakannya saat ini.
Sekelebat bayangan persahabatan antara dirinya, Ify, dan Shilla muncul di ingatannya. Dulu, persahabatan mereka bisa dikatakan sangat erat. Tapi sekarang, semuanya berubah. Satu-persatu mereka melangkah menjauh. Meninggalkan serangkai kisah yang sulit untuk dilupakan.
Ketika sedang mengingat kembali semuanya, dering telpon mengagetkan Rio. Sekilas ia melirik nama yang tertera di layar.
Shilla.
Ada apa gadis itu menelpon? pikir Rio.
Setelah lama menimbang, akhirnya Rio memutuskan untuk menerima panggilan itu.
Saat panggilan tersambung, terdengar helaan lega dari sebrang sana. "Iya, Shill, ada apa?" tanya Rio.
"Kamu di mana, Yo? Dari tadi aku hubungin kamu tapi gak ada balasan sama sekali." Shilla terus mengoceh tanpa henti membuat Rio menjadi tambah pening.
"Kamu-"
"Shill, stop! Aku gak kenapa-kenapa, dan sebentar lagi aku pulang," kata Rio memotong ucapan Shilla dan mematikan sambungan telpon.
"Aaarrrggghh!" teriak Rio mengacak rambutnya, seraya kembali menjalankan mobil.
Di sisi lain di sebuah cafe Shilla mencak-mencak.
"Aaarrrgggh! Rio kenapa, sih? Ini pasti gara-gara Ify! Awas aja 'tu anak! Habis lo!" teriak gadis itu sehingga mengundang tatapan sinis dari pengunjun yang lain. Tapi ia tidak menghiraukannya.
Masih belum habis kekesalan yang dirasa Shilla, seseorang menghampirinya dan menatap tajam ke arahnya.
Merasa terganggu dengan sosok itu, Shilla mendelik. "Kenapa? Ada masalah sama gue?!"
Orang itu berdecih sinis. "Lo seharusnya punya rasa kasihan sama orang yang diam-diam lo sakiti. Ingat, jangan pernah egois, harusnya lo bisa bedain, mana cinta yang tulus dan mana yang hanya obsesi semata!" tajam orang itu dan berlalu meninggalkan Shilla.
___________Ify sampai ke rumah dengan keadaan basah kuyup, tubuh bergetar dan wajah pucat. Belum sempat gadis itu mengetuk pintu, ia luruh ke lantai.
"Ify!" kata terakhir yang Ify dengar, lalu semuanya gelap.
________
KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Us (COMPLETED)
Teen Fiction"Lo harus lupain dia!" Ify menajamkan tatapannya. "Apa maksud kamu?" "Gak jelas apa yang gue bilang?" tantang orang itu. "Gu-" "Lo harusnya sadar Alyssa! Lo sama dia itu sekarang berbeda! Lo gak bisa maksain takdir!" Ify diam. Apa yang diucapkan ora...