"Perihal dia ... aku hanya bisa merindukan, tapi tidak berhak atas pertemuan."
🍁Shilla mendudukkan kepalanya dalam, gadis itu kini tengah berada di salah satu taman kota yang terkenal di Jakarta. Ia mengusap air mata yang menetes.
"Gue kangen ..." lirihnya.
"Lo seharusnya punya rasa kasihan sama orang yang diam-diam lo sakiti. Ingat, jangan pernah egois, harusnya lo bisa bedain, mana cinta yang tulus dan mana yang hanya obsesi semata!" Kalimat dua hari lalu yang dirinya dengar kembali berputar di pikirannya. Tatapan tajam yang Sivia berikan begitu sirat akan kebencian. Ya, orang yang menemui dirinya di cafe waktu itu adalah Sivia.
Shilla kembali menangis. "GUE BUKAN ORANG EGOIS! GUE CUMAN MAU BAHAGIA! GUE CUMAN MAU NGERASAIN APA YANG IFY RASAIN! APA GUE SALAH?!" histeris Shilla.
Gadis itu luruh ke tanah, isakan hebat masih terus menemani dirinya. Tatapan iba dari pengunjung lain tidak ia hiraukan. Izinkan hari ini Shilla menunjukkan siapa dirinya. Shilla yang rapuh, Shilla yang hanya sendirian tanpa siapa pun di sampingnya.
"Gue cuma mau kayak Ify, gue cuma mau ngerasain yang Ify rasain. Gue pengen punya sahabat kayak Via, gue pengen punya seseorang kayak Rio. Gue pengen itu, gue pengen itu ... gak lebih." Shilla terus meracau. Gadis itu bener-bener menunjukkan siapa dirinya sekarang.
Shilla menghapus air matanya kasar. "Nggak, gue gak boleh lemah kayak gini. Gue kuat, gue bisa dapatin itu semua!" Setelah berucap demikian, Shilla bangkit dari duduknya seraya meninggalkan taman kota itu.
__________Tok ... tok ... tok ....
Ketukan pintu yang terdengar tidak sabaran merusak moment antara Rio dan Ify. Ify melangkahkan kakinya ke arah pintu dan membuka kunci.
Setelah pintu terbuka tampaklah Sivia yang menyembul dari luar. "Kalian ngapain sih? Dari tadi kita nungguin kalian kayak orang bego. Lo juga, Yo. Kita di sini buat nengok Ify bareng-bareng ya, bukan lo doang-" Sivia terus berbicara.
Ify melengos. "Udah, kalian masuk aja."
"Kalian ganggu gue aja," kesal Rio.
"Lo nya kelamaan Bambang!" kesal Iel.
"Udah-udah, kok malah berantem sih, kalian mau minum apa?" Ify menengahi.
"Aku nggak deh, Fy. Mau pulang juga soalnya, bunda minta antar ke butik sore ini," ucap Rio.
Ify mengalihkan pandangannya ke arah Rio seraya berkata, "Ya udah, hati-hati ya, makasih udah datang."
"Iya, kamu cepat sembuh, jaga kesehatan." Rio berpesan.
Ify mengangguk sebagai jawaban.
"Gue duluan," kata Rio beralih ke sahabatnya yang lain.
"Yoi, hati-hati." Iel menyahut. Sementara Via hanya diam.
"Lo pulang sekarang, Vin?" tanya Rio.
Sejenak Alvin diam kemudian mengangguk. "Iya."
"Gue duluan, lo cepat sembuh." Alvin berucap dan tanpa canggung mengecup puncak kepala Ify sebentar.
Rio dan Ify sama-sama mematung. Begitu juga Via dan Iel yang kaget dengan apa yang Alvin lakukan barusan.
Sekian detik Rio tersadar. "Eum ... ya udah, gue sama Alvin duluan," ucapnya dan langsung berlalu begitu saja diikuti Alvin.
Ify masih diam. Apa yang Alvin lakukan?
"Fy!" Tepukan halus mendarat di tangannya. "Lo gak papa?" tanya Sivia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Us (COMPLETED)
Teen Fiction"Lo harus lupain dia!" Ify menajamkan tatapannya. "Apa maksud kamu?" "Gak jelas apa yang gue bilang?" tantang orang itu. "Gu-" "Lo harusnya sadar Alyssa! Lo sama dia itu sekarang berbeda! Lo gak bisa maksain takdir!" Ify diam. Apa yang diucapkan ora...