Rio, Alvin, Via, dan Gabriel sudah berkumpul di parkiran. Mereka sudah siap dengan kendaraan masing-masing terkecuali Via, tentunya gadis chubby itu akan ikut bersama Gabriel.
"Shilla mana? Dia gak ikut bareng?" tanya Iel.
Rio menggeleng. "Gak tau, dari tadi gue nggak sama dia."
"Udahlah, ayo berangkat. Nanti juga Shilla ada, dia satu rumah sama Ify, kan?" timpal Via.
"Iya sih, ya udah. Yuk," ucap Rio dan langsung menancap gas meninggalkan ketiganya.
"Ye ... 'tu anak malah main pergi aja, ayo susul," kata Via. Alvin dan Iel mengangguk dan mereka pun pergi meninggalkan bangunan sekolah yang mulai sepi.
Perjalanan dari sekolah menuju rumah Ify bisa ditempuh dengan waktu 30 menit saja, itu pun jika keadaan jalan raya yang tidak macet. Seperti hari ini misalnya, jalanan tidak terlalu ramai sehingga mereka tidak perlu berlama-lama merasakan panasnya sinar matahari.
__________Keempatnya sudah berada di rumah Ify, rumah bercat putih dengan gaya classic yang elegant ditambah halaman depan yang luas membuat mereka betah berlama-lama di sini. Via memencet bel rumah itu, 'tak lama keluar seorang ibu paruh baya lengkap dengan lap tangan di bahunya.
"Eh, ada Non Via. Mau jenguk Non Ify, ya?" tanya Bi Imah -asisten rumah tangga- ramah.
Sivia tersenyum dan mengangguk, tidak lupa menyalami sosok ringkih itu. "Iya, Bi. Via mau ketemu Ify, ada?"
"Ada kok, Non. Non Ify demam dari semalam ditambah dengan pe-"
"Ah iya, kalau gitu mending sekarang kita ke kamar Ify aja gimana?" ucap Via cepat, memotong ucapan Bi Imah. Bi Imah sendiri hanya bisa menunduk, ia sadar dengan apa yang dilakukannya barusan.
"I-iya, a-ayo." Rio berucap gugup, 'ntah kenapa ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Via dan Bi Imah.
Iel sendiri hanya diam memperhatikan, dirinya tidak tau harus berbuat apa. Sementara Alvin? Entahlah, pemuda itu hanya berdiri tegak tanpa ada ekspresi apa pun di wajahnya.
"Mm ... kalau gitu ayo masuk Non, Den. Biar Bibi buatkan minum dulu," ucap Bi Imah. Via dan yang lainnya mengangguk seraya memasuki rumah megah nan nyaman itu.
Memasuki ruang tamu, mereka berempat langsung disuguhi dengan pemandangan sofa-sofa mewah yang membentuk lingkaran, di ruang berikutnya yaitu ruang tengah, mata mereka dimanjakan dengan beberapa rak buku serta bermacam-macam buku yang tersusun dengan rapi.
Iel berdecak kagum, ini kali pertamanya ia datang ke rumah Ify. Meskipun ia dan Ify telah bersahabat sejak lama, tapi ia tidak terlalu dekat dengan gadis itu. Berbeda dengan Rio dan Via yang sudah sering keluar masuk ke rumah ini.
Alvin mengedarkan pandangannya, ia menatap figur-figur foto yang tersusun rapi memenuhi dinding. Tatapannya terhenti ketika melihat satu foto yang berisikan anak kecil tengah tersenyum manis dengan rambut yang dikucir kuda. Dalam hati ia tersenyum. Gadis itu tetap sama, batinnya.
"Kita mau nunggu di sini atau langsung ke atas? Kayaknya Shilla sama orang tua Ify belum pulang." Suara nyaring Via membuyarkan lamunan Alvin, kini dirinya sudah kembali ke alam sadarnya.
"Kita langsung ke atas aja," ucap Rio cepat. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan gadis mungil itu. Tanpa menunggu lebih lama, mereka berjalan beriringan menuju kamar Ify di lantai dua.
Di hadapan keempatnya kini terdapat tulisan 'Ify's Room' dengan ukuran yang cukup besar. Tanpa ragu, Via langsung membuka pintu itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Toh, ia sudah biasa keluar masuk kamar ini, Ify juga tidak akan marah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story About Us (COMPLETED)
Dla nastolatków"Lo harus lupain dia!" Ify menajamkan tatapannya. "Apa maksud kamu?" "Gak jelas apa yang gue bilang?" tantang orang itu. "Gu-" "Lo harusnya sadar Alyssa! Lo sama dia itu sekarang berbeda! Lo gak bisa maksain takdir!" Ify diam. Apa yang diucapkan ora...