Hari beganti hari, waktu seakan terlalu cepat untuk berlalu. Perasaan baru kemarin Minggu, udah Minggu lagi.
Sore yang biasa, tidak ada jadwal meeting yang biasa dilakukan seorang Jefri.
Maklum statusnya masih sendiri.
Seperti sudah menjadi tradisi 3 minggu belakangan ini Jefri hanya berdua ditemani motor kesayangannya menikmati alun alun kota. Sekalian liatin orang pacaran, begitu pikirnya.
Kalau dulu dia yang diliatin, sekarang dia yang ngeliatin.
Sedari tadi tak sedikit pasang mata yang mengarah pada Jefri, mungkin karena aneh banget ngeliat cowok tampan begini bisa duduk solo di bangku alun alun. Nggak sedikit juga cowok yang keliatan berkali kali muterin kepala ceweknya waktu ngelewatin Jefri.
"Liatin aku aja, pacar kamu tuh aku, bukan dia."
Kira-kira begitu yang Jefri tangkap dari seorang yang tengah erat menggandeng si cewek, kayak apasih takut banget diambil orang.
Pesona seorang Jefri Brawijaya emang nggak pernah bisa ditolak.
Tak lama ponsel dalam sakunya bergetar, sebuah logo tim sepak bola asal Malang memenuhi layar diiringi dengan nada panggilan.
Dahi Jefri mengerut kecil membaca kontak si penelepon, seolah bilang 'si anjing tumben nelpon'.
"Apaan?" Tanya Jefri to the point. Nggak salam nggak apa langsung cerocos aja.
"Lo dimana?"
"Gue ada dimana bukan urusan lo, ngapain lo nelpon? Udah gak ada stok cewek lagi sampe belok ke gue?"
"Lo juga jomblo ngapain masih kelayapan? Udah nggak ada stok cewek lagi sampe ngabisin bensin muterin alun-alun sendirian?" Jawab Yuda di seberang tak mau kalah.
"Ampas."
"Lo dimana?"
"Sesuai omongan lo tadi."
"Njing beneran di alun-alun?!"
"Iya nggak usah sok kaget gitu, lo nelpon gua tujuannya mau apa udah."
"Cepetan ke rumah Tio, Joni abis kalah uno."
Mendengar itu, tanpa babibu Jefri segera menutup telpon dan melajukan motor ke rumah Tio. Kata Joni dan kalah jadi satu kalimat merupakan durian runtuh bagi anak tongkrongan, karena setelah itu meja ruang tengah Tio akan dipenuhi berbagai makanan hasil gojekan mereka.
Joni sebagai korban pasrah aja dibabuin, karena dia nggak ambil pusing, bapaknya punya toko bangunan, uangnya banyak, nggak akan habis.
Bisa dikatakan Joni ini teman yang stoknya terbatas, bahkan bisa dibilang terancam punah. Jadi harus mereka lestarikan sebisa mungkin.
Di persimpangan masuk perumahan Tio, matanya tak sengaja menangkap pemandangan yang kurang enak.
"Ck udah ganti tahun masih aja mainnya bully-bullyan," Ucapnya sendiri.
Ia dapat melihat seorang gadis menunduk di depan 3 oknum yang diduga pelaku bullyan, sampai salah satu dari mereka menarik rambut gadis itu hingga sedikit terjengkang.
Buru-buru Jefri mengerem motornya mendadak. Matanya mendelik, memastikan kalau gadis itu benar dia.
Tanpa babibu, Jefri segera turun mendekat.
"Bisa lepasin tangannya?" Kata Jefri dengan nada tenang namun menindas, tangan kanannya menggenggam tangan yang menarik rambut gadis itu.
Sontak membuat mereka terkejut dengan kedatangan Jefri yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]Fakboi | Jaehyun
FanfictionTidak ada yang tahu jati diri seorang Jefri Brawijaya adalah fakboi berpenampilan softboi. ©Najadhk, 2020