U

34 2 0
                                    



Jaket hitam hasil kembaran satu kelas kelas itu dilemparnya asal, tak sengaja menyenggol bingkai foto kecil dengan ornamen bintang di sisinya. Suara jatuh tubrukan antara kaca dengan kayu membuat si pelempar bergegas mendekat, memastikan bingkainya tak pecah. Sebenarnya bukan bingkainya yang disayangkan, tapi gambar seorang gadis yang tengah tersenyum di dalam bingkai itu.

Hembusan nafas lega terdengar dari mulut Jefri, sembari memandangi objek yang tengah dipegangnya.

"Cepet pulang ya cantik."

Ditaruhnya kembali bingkai itu ke tempat asal.

"Iya gua tahu lo suka liat gunung, tapi nggak capek apa muncak mulu?" Tanyanya seorang diri.

Jefri lalu merebahkan diri, mencoba melepaskan kepenatan di sore hari. Meski beberapa kali panggilan telepon terdengar, ia sama sekali tak menggubris. Bukannya enggak mau menjawab, tapi lagi mager aja.

Sejak pulang dari kediaman gadis itu, Jefri tak lagi menuju tempat yang sebelumnya menjadi tujuan. Daripada mengisi perut, ia lebih memilih untuk mengosongkan pikiran setelah berdebat panjang dengan Ajeng.

Topiknya masih sama, perasaan. Jefri ke Ajeng gimana, Ajeng ke Jefri gimana.

Jefri meringis, kepalanya menggeleng kecil masih tak paham sembari mengingat apa saja yang telah ia lakukan selama ini terhadap adik kelasnya itu.

Jika diingat kembali, dia hanya memberikan perhatian-perhatian kecil, tidak lebih. Namun cowok itu tidak sadar justru perhatian kecil yang ia berikan berdampak besar pada Ajeng.

Enggak, ini sudah melenceng dari rencana awal. Seharusnya tidak seperti ini akhirnya. Seharusnya Ajeng nyaman tanpa melibatkan perasaan, seperti Jefri.

Sejak awal Jefri mendekati Ajeng bukan karna perasaan suka, namun ada karna ada perasaan lain yang seperti menyuruhnya untuk melindungi gadis itu. Ingat, bukan perasaan suka.

Dan entah kenapa semuanya jadi berjalan tidak sesuai yang ia harapkan.

Ajeng jatuh cinta pada Jefri.

Jefri bangun, kembali melirik bingkai dari posisinya. Foto seorang gadis yang senyumannya tidak pernah pudar, dan itu yang membuat Jefri suka.

"Yu, gue harus gimana? Adek lo salah paham sama gue."

Arggghhhhh Jefri rasanya mau mati aja, padahal sebelumnya ia tidak pernah memiliki hubungan serumit ini.

Jefri menunduk, kedua tanganya berkali-kali digunakan mengusap wajah dengan kasar. Sembari menepis air mata yang sejak tadi antri ingin meloloskan diri.

"Yu, pulang ya biar kita bisa jelasin ke adek lo," Ucapnya sendiri lagi.

Kini kepalanya mengadah, menoleh ke sudut meja belajar yang terdapat tumpukan koran lama yang dibiarkan berserakan.



"Seorang pelajar dinyatakan hilang saat mendaki gunung **** akibat cuaca buruk"


"Setelah lima bulan lamanya, akhirnya pencarian seorang pelajar asal Surabaya dihentikan"



Gadis itu, cinta pertama Jefri yang hilang.



_____



Yok bisa yok

[✔]Fakboi | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang