1. otro lado ; 1
"Lihat tuh, sombong amat dah muka nya" Acha, si topik dari pembicaraan mereka menggeleng kepala heran. Ia bahkan pertama kalinya menginjakkan kakinya di sekolah ini, dan para siswi itu sudah sok kenal sekali dengannya.
Bahkan hampir sepanjang koridor utama, kumpulan siswi-siswi disana yang melihatnya akan berbisik. Ada yang mengatakan dirinya cantik, namun tak pantas dengan tampang sombongnya.
Sekolah gila. Jika tak karena mamanya memaksa belajar disini pun ia tak sudi.
Setelah lama berjalan, Acha akhirnya sampai di tempat tujuannya, ruang guru. Ia mengetok beberapa kali sebelum dipersilahkan masuk oleh salah satu guru yang kebetulan akan memasuki ruangan itu.
"Dasyanash Lainsley? Pindahan dari Kanada itu? " yang diberi pertanyaan mengangguk sekilas lalu menangkap name tag yang tertanda di saku dada guru perempuan itu. Julaeni -namanya.
"Baiklah, Asya. Ibu adalah wali kelas kamu, bisa dipanggil bu Heni" ucapnya. Bisa begitu ya? Padahal di name tag -nya tak ada huruf H sebagai penengah.
"Oh sudah bel. Ayo Asya ibu antar ke kelas kamu" Acha berjalan keluar ruangan dan menelusuri koridor sekolah membuntuti wali kelasnya.
Setelah menaiki dua lantai, Acha di arahkan ke ruang kelas yang tak jauh letaknya dari tangga utama. Tepatnya kelas ke-4 dari tangga utama.
"Permisi, maaf menganggu sebentar. Kelas ini kedatangan siswi baru. Uhm, Asya" Acha yang merasa terpanggil memasuki kelas itu. Acha menelusuri setiap sisi kelas itu, kesan pertama; kelas yang bagus. Perpaduan warna darkgrey dan putih, bangku softbrown, dan loker dengan berbagai warna yang diletakkan di belakang deretan bangku.
"Dasyanash Lainsley. Acha saja" singkat.
Mayoritas penghuni disana diam, mengira bahwa Acha akan melanjutkan kalimatnya. Namun setelah beberapa detik hening, mereka menaikkan alisnya heran. Dua guru yang berdiri disampingnya pun memandangnya dengan ekspresi yang sama.
"Ah, iya sudah begitu saja mengingat kalian masih ada jam pelajaran ya. Uhm- Asya duduknya disana, di sebelah Oda" Acha langsung saja berjalan melihat hanya ada satu bangku kosong di bangku pojokan deretan kanan.
"Sudah kalian lanjutkan belajar anak-anak. Mohon bantuannya sama Asya ya, mari bu Tati" setelah itu wali kelasnya berjalan keluar kelas. Acha pun segera mengeluarkan buku mata pelajaran fisika -nya setelah diutus guru didepan sana yang Acha baru ketahui namanya bu Tati.
×××
Bel jeda belajar akhirnya mengakhiri pelajaran fisikanya hari ini. Sangat melelahkan pikiran. Acha sudah sangat lapar
Segera saja ia keluar bersama anak yang lain menuju ke kantin. Sebenarnya ia tak tahu dimana letak kantin sekolah ini. Tetapi melihat semua tujuan siswa-siswi disana cenderung sama, jadi ia menyimpulkan bahwa itu adalah jalan menuju kantin.
Tepat sekali. Dari jauh kantin sekolah sudah terlihat. Begitu megah. Bangkunya yang tertata rapi dengan beberapa bangku menyerupai sofa. Ada yang membundar, sejajar, ada juga yang dibentuk zig-zag. Sudah menyerupai kafe saja.
Acha lalu berbaris mengambil makanannya. Di sekolah ini, ada makan siang yang sudah dimasakkan dan mengantre untuk mengambil makanannya. Juga di buka beberapa jajanan yang lain misalnya; baso, cilok, mie ayam dan lain sebagainya untuk makanan samping.
Saat akan mengambil makanannya, tiba-tiba saja Acha di dahului oleh sekitar 3 siswi. Menyenggol -nya dengan keras pula, terlihat disengaja. Dilihat dari bet -nya berwarna hijau, rupanya senior pantas saja seenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OTRO LADO
Teen FictionBagaimana mungkin hidupku hanya dijadikan untuk kesenangan mereka, kepuasan mereka, tempatnya mereka melupkan kemarahan kepadaku? Apa aku boneka terbuat dari setiap organisme manusia yang tak sengaja diberi nyawa? Tiada hari tanpa aturan dan bandin...