7. otro lado ; 7
Hari dimana Ulangan Tengah Semester dilaksanakan hari ini. Semua pelajar sedang mengerjakan materi ulangan terakhir saat ini.
Disaat teman-temannya berbisik satu sama lain untuk meminta contekan, lain hal nya dengan Acha yang sudah duduk manis di tempatnya. Semua soalnya sudah ia kerjakan pun sudah ia koreksi kembali. Acha melirik jam tangannya. Masih 20 menit lagi jam pulang sekolah.Acha berdiri maju kedepan untuk mengumpulkan tugasnya. Membuat atensi seluruh teman teman serta guru pengawasnya teralihkan padanya.
"Sudah selesai kamu?" tanya guru lelaki pengawasnya sembari menurunkan sedikit kacamatanya menerima lembaran kertas dari Acha.
"Ya pak. Saya boleh pulang kan?" Pengawasnya mengangguk. Lalu Acha kembali ke bangkunya untuk mengambil tas dan segala peralatan sekolahnya.
"Diumumkan untuk pelajar yang bernama Dasyanash Lainsley agar menuju ke ruang guru sepulang sekolah. Sekali lagi, untuk siswi Dasyanash Lainsley agar menuju ke ruang guru sepulang sekolah"
Baru saja menyampirkan ranselnya di kedua punggung, suara dari mikropon sekolah berhasil membuat Acha menghembuskan nafas gusar.
Acha pun dengan lemas memutuskan untuk ke ruang guru sekarang saja. Akan lama jika sampai menunggu pulang sekolah. Ia juga ada jadwal les tambahan selama Ulangan minggu ini. Ulah siapa lagi?
Sepanjang koridor penghubung antara kelasnya dengan ruang guru sangat sepi. Setidaknya membuat Acha bersyukur untuk sehari saja ia akhirnya tak mendengar berbagai macam omelan siswa siswi di sepanjang koridor seperti biasanya.
Acha mengetuk pintu ruang guru beberapa kali. Lalu melangkah masuk saat terdengar suara agar menyuruhnya masuk dari dalam.
Matanya mengelilingi ruangan tersebut. Harus kemana dia? Lalu kegiatannya berhenti pada satu titik. Walikelasnya, sedang duduk bersama beberapa guru di meja panjang bagian pojok ruangan. Dan, apa itu? Kepala sekolah juga disana?
"Loh. Kok sudah disini? Waktu jam pulang kan masih lama" Ucap salah satu guru. Pak Yono, guru bahasa khusus.
"Iya pak. Saya sudah mengerjakan soal-soal saya. Tadi sudah ijin ke pengawas untuk pulang lebih awal" Reaksi semua guru disana tampak tak mengenakkan. Mereka saling tatap satu sama lain. Rupanya akan mengatakan sesuatu yang penting kepada Acha nanti sepulang sekolah. Namun siapa sangka Acha datang lebih cepat?
"Jadi, ada apa ya Pak, bu?" Tanya Acha kemudian.
Kepala sekolah nampak menghembuskan nafas gusar didepan sana. Di tangannya terdapat kertas panjang berwarna coklat menggembung, yang Acha ketahui adalah uang. Acha tiba-tiba mengingat perkataan mamanya beberapa hari yang lalu bahwa gurunya sudah disogok dengan uang. Perasaannya jadi tak enak.
"Ambil kembali. Bilang ke mamamu, sekolah kami tak kekurangan uang sama sekali. Jadi ini sama sekali tak perlu" Kepala sekolah menyodorkan segepak uang itu kepada Acha. Dengan posisi keterkejutannya, Acha mengambil uang itu ragu.
"Kamu pikir sekolah kami ini apa? Rendahan sekali mengirim kami uang agar kami tutup mulut. Dan dengan jaminan menghakimi kasusmu dengan tak sungguh-sungguh, yang benar saja. Satu siswa kami mendapat sakit mental yang serius, dan sekolah digemparkan kembali membuat siswa-siswi yang lain resah. Itu semua ulahmu. Dan dengan gampangnya mengirim uang untuk menjejal mulut kami?" Kepala sekolah berbicara panjang lebar. Para guru-guru hanya menunduk namun diam-diam membenarkan perkataan itu dari dalam hati mereka.
"Mulai minggu depan, kamu akan kami wawancarai. Itu kesempatan pertama. Kesempatan kedua, ada di minggu selanjutnya lagi. Ingat baik-baik! Cari jawaban memohon yang pas agar kami mau berbelas kasihi mu dengan uangmu" Acha menunduk. Dalam hati ia merasa bersedih. Mamanya yang melakukannya, ia yang dibawa-bawa. Ini semua bukan kemauannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
OTRO LADO
Teen FictionBagaimana mungkin hidupku hanya dijadikan untuk kesenangan mereka, kepuasan mereka, tempatnya mereka melupkan kemarahan kepadaku? Apa aku boneka terbuat dari setiap organisme manusia yang tak sengaja diberi nyawa? Tiada hari tanpa aturan dan bandin...