3. otro lado ; 3
"Kabarnya deket sama anak SMA Pancasila itu beneran? "
"Eh yang sama Leo tuh! "
"Mereka jadian? "
"Acha mau di bohongin kaya si Adam kali"
Acha mengehentikan langkahnya. Berbalik menuju siswi yang membisikkan kalimat terakhir yang didengarnya.
"Bohongin? Kak Adam dan Leo kenapa? Bohong kenapa? " tanyanya bertubi-tubi saat sampai didepan kedua sisiwi itu.
Mereka berdua saling tatap bingung harus menjawab apa. Takut juga dengan Acha melihat dia adalah satu-satunya cewek teeganas tahun ini dan berhasil menjadi hot topic karena keberaniannya. Cowok pun tak ada yang berani.
"Yaiyalah. Mana mau Leo sama wajah-wajah tukang bubur macam dia? " tiba-tiba saja Lolita, Sena dan Biel datang dan bergabung dalam percakapan itu tanpa diundang. Tipikal jelangkung muda.
"Gue gak tanya lo ya" senggang Acha tak suka. Kenapa pula senior itu selalu ada dimana-mana, mengganggunya duluan dan mengatainya. Sudah seperti arwah saja.
Lolita terkekeh meremehkan. Lalu menatap nyalang cewek yang telah menjatuhkan harga dirinya itu bahkan dengan seember air tahu. Acha pun sama, tak ada takut-takutnya dengan tiga orang gila didepannya ini. Mau cari gara-gara lagi dengan Acha? Oke air pipis yang akan di tuangkan ke kepala mereka bertiga selanjutnya.
"Ta, dah lah yuk pergi! " Biel antek-antek nya berbisik dibelakang Lolita. Sepertinya ia mulai takut karena Acha memandang Lolita seakan segan membunuhnya saat itu juga.
Ketiga orang itu pun memutuskan untuk berlalu saja, tak mau dipermalukan lagi. Tak lupa Lolita menabrak kencang bahu Acha,gaya khasnya yang sombong. Yang ditabrak menggeleng kepala heran. Sok berkuasa sekali.
Baru saja akan menengok dan bertanya kepada siswi tadi yang urung karena kedatangan mak lampir, ternyata sudah tak ada ditempatnya. Mereka kabur juga? Yasudah, toh Acha hanya penasaran semata. Tak ingin mempercayai. Acha lalu berjalan menuju kelasnya.
Saat sampai dikelas pun, mayoritas orang disana juga membicarakannya dengan Leo. Kenapa sih dengan Leo itu? Ada yang salah ya? Perasaan juga ada banyak siswi yang pernah diantar oleh siswa yang berbeda sekolah.
"Lo lagi deket beneran sama Leo SMA Pancasila Cha? " Oda baru saja datang dengan sebotol air mineral di tangannya dan duduk di sebelah Acha.
"Kenal aja. Teman satu les" jawab Acha seperlunya.
Oda lantas menggembungkan pipinya yang baru saja terisi air minum lalu mengerutkan keningnya.
"Gini. Lo engga tahu ya Leo itu siapa? " Acha mengangguk ragu. Bukankah Leo hanya siswa biasa di sekolah SMA Pancasila itu saja?
"Siapa? " tanya Oda menantang.
"Ya Leo, remaja SMA Pancasila. Emang musti jawab apalagi? " Oda menepuk dahinya pusing akan jawaban Acha. Dirinya yang salah bertanya apa Acha yang tak peka? Oda menenangkan dirinya terlebih dahulu menghembuskan nafasnya pelan.
"Gini-gini, Leo dulu sekolah disini. Pindah kesana di pertengahan tahun pertama" Oda mulai menjelaskan. Acha mengangkat alis mendengarnya. Leo pindahan dari sini? Mengapa Leo tak pernah cerita kepadanya?
"Lo tahu apa yang bisa bikin dia pindah? " Acha menggeleng yakin. Memang dia tidak tahu, Leo pindahan dari sini pun ia tak tahu.
"Pernah suatu hari kak Adam, senior kita ituloh. Yang terkenal, se geng sama kak Athala si ketua Paskib" Adam? Sekelebatan ingatannya tentang Adam yang memasangkan jaket padanya membuat pikirannya mau tak mau mengingat wajah cowok itu. Acha mengangguk setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OTRO LADO
Teen FictionBagaimana mungkin hidupku hanya dijadikan untuk kesenangan mereka, kepuasan mereka, tempatnya mereka melupkan kemarahan kepadaku? Apa aku boneka terbuat dari setiap organisme manusia yang tak sengaja diberi nyawa? Tiada hari tanpa aturan dan bandin...