otro lado ; 4

23 3 5
                                    

4. otro lado ; 4

"Nih kak. Video yang kemarin" Bram menoleh mendapati Acha menyodorkan flashdisk berwarna hitam miliknya.

"Wih! udah selesai?" Bram mengubah badannya seratus persen menghadap Acha. mengambil flashdisk nya dan menatap Acha kagum.

"Yah, bantuan aplikasi" jawab Acha terenyum. kemudian menunduk sopan saat menyadari teman-teman Bram menatapnya.

"Gue duluan kak" Acha berpamitan kepada siswa-siswa yang nongkrong di dudukan depan kelas mereka.

Tentu saja sekarang Acha sedang berjalan di koridor kelas XII. Tepatnya koridor senior jurusan IPS. Banyak mata yang menatapnya berjalan-jalan di koridor ini. Jarang ada junior yang berani melewati koridor senior, bahkan hampir tidak pernah.

"Eh eh, Acha!" teriak seseorang. Langkah Acha yang ingin bergerak menuruni tangga menjadi urung. Celingak-celinguk mencari siapa yang memanggil namanya.

"Hei, sini!" oh, disana. Ada satu dari segerombolan siswa yang sedang nongkrong didepan kelas mereka melambai kepada Acha. Bukankah itu geng berandalan yang duduk bersamanya di kantin terakhir kali?

Acha tak lagi mempertanyakannya. Ia memutar tungkainya menuju senior yang tadi melambainya.

"Ada apa kak?" tanyanya saat sampai. Acha mengatakannya tanpa minat. Berbeda sekali dengan para siswi lainnya yang akan salah tingkah jika berada di posisi Acha.

"Nanti malam ada acara enggak?" Acha melirik nametag sang pembicara. oh bukankah itu lelaki yang memberinya pertanyaan bertubi-tubi waktu dikantin? Handy Addison -namanya.

"Ada" jawab Acha percaya diri.

"Yah, padahal mau ngajak jalan. Kalau boleh tahu Acha keluar sama siapa?" Acha merotasi bola matanya malas. Mereka bahkan tak dekat, bahkan Acha baru saja mengetahui namanya. Kenapa Handy ini cerewet sekali.

"Keluar dengan Leo. Memangnya kenapa?" Acha mengatakannya dengan lantang. Sekumpulan siswa yang awalnya tertawa diam dengan sendirinya. Melirik satu sama lain.

Oh, Acha tahu. Dengan cepat ia menoleh ke samping. Adam duduk disamping Acha yang berdiri. Sedang menatap lurus kedepan dengan punggung yang disenderkan. Memang dari awal Adam diam saja, namun terkesan kesal raut wajahnya sekarang.

"Engga ada urusan lagi kan? Gue duluan kak. Lain kali kalau ga ada kerjaan mending ke jalan tol, biar dicipok sama truk besar daripada gabut kayak gini ya kan? Agar tidak terjadi polusi dimana-mana" pamit Acha menggurui. Dengan sopan membungkuk terlebuh dahulu sebelum beranjak pergi dari sana.

Apa ini? Berandalan sekolah itu kenapa tunduk sekali dengan Acha?

Adam menolehkan kepalanya. Menatap kepergian Acha dalam diam. Perasaan kesal dan balas dendam membuncah kembali di dalam hatinya.

×××

"Dam udah Dam!" Ogi ingin menarik lengan Adam namun ditepis kasar oleh sang empu. Adam kembali meninju samsak diruang Gym pribadi Ogi.

Teman-temannya juga disana. Duduk beriringan menatap Adam dengan napas terengah-engah. Bagaimanapun usaha mereka sudah tak mempan lagi jika Adam sudah seperti ini.

Adam membabi buta meninju samsak didepannya. Kepalanya terus dipenuhi wajah brengsek itu yang berbahagia. Tak munafik, Adam ingin sekali membunuh si brengsek itu. Mencabik-cabiknya, memotonginya menyalurkan nafsu gilanya.

Ia sudah lelah menyakiti diri sendiri. Harusnya ia mencari mangsa untuk memperpuas hasratnya. Rasanya sangat menggumpal didalam hati.

Brak!

OTRO LADO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang