PROLOG

81 6 0
                                    

“ Kehidupan itu bagaikan sebuah permainan game, siapa yang dapat bertahan sampai akhir itulah pemenangnya.”

Terdengar suara riuh dari arah kantin SMA Candralaya. Di sana terdapat segerombolan laki-laki yang dikenal dengan geng pemilik otak di atas rata-rata. Namun tidak dengan sikap mereka yang justru tidak sebanding dengan otak genius yang mereka miliki. Seperti sekarang mereka sedang merencanakan sesuatu untuk salah satu temannya.

“Karena kemaren lo udah kalah dari kita, sekarang lo harus terima tantangan dari kita semua,” Ucap Arka, salah satu dari temannya. Sedangkan yang diajak bicara justru acuh tak acuh sambil menyeruput jus jeruknya.

Karena  baginya hal tersebut sudah sangat wajar terjadi di antara ketigannya. Barang siapa yang kalah dalam sebuah permainan yang mereka ciptakan bertiga, maka akan ada yang mendapat hukuman. Itu lah mengapa membuatnya terlihat santai-santai sekali.

“Lagian gue juga cuma baru kalah sekali dari kalian,” Katanya santai

“Justru itu, karena baru kalah sekali jadinya kita harus ngasih tantangan yang luar biasa buat lo. Bener ngga Ar?” Ucap Deri.

“Bener BUANGET,” Jawab arka antusias.

“Keliatan banget lu berdua pengin ngerjain gue,” Ucap pemuda tersebut sambil melanjutkan minumnya.

“Pasti lah, kapan lagi gue punya kesemparan emas buat ngerjain lo, HAHAHA!,” Kata mereka kompak sambil bertos riya. Sedang pemuda tersebut hanya mampu memutar bola matanya malas melihat tingkah kedua temannya.

“Dari pada ngulur-ngulur waktu, kita mulai saja. Tantangan buat lo adalah... JENG..JENG..JENG..” Ucap Arka sambil menatap Deri dengan kerlingan mata dan senyum jahilnya. “Lo harus jadian sama Mala,” Lanjut mereka berdua berbisi pada Brahma.

“Apa-apaan maksud lo berdua!” Kata Brahma terlonjak kaget. “Bisa yang lebih waras ngga lo berdua,” Lanjutnya.

“Ya, kita kan tau si Mala itu dari Zaman kelas 10 selalu ngejar-ngejar lo. Kita kan baik pengin memberi kesempatan ke dia buat ngerasain jadian sama lo. Siapa tau lo cocok sama dia, bener ga ar?” Kata Deri.

“BETUL,” Kata Arka sambil mengacungkan jempolnya ke atas.

“Tapi lo taukan dia orangnya gimana, cerewet minta abis, berisik banget dah pokonya apalagi sikap manjanya,” Ucap Brahma dengan tampang memelasnya.

“Bilang aja lo ngga berani,” Tantang kedua temannya.

“Gue berani,” Ucapnya tak terima.

“Deal,” Ucap temanya lalu mereka bersalaman.

“Lo harus nembak tepat di acara pensi sekolah besok, lo ngga bisa nolak karena tadi udah deal. Kita tunggu kabar bahagian, Bye Brahma,” Kata Deri dan Arka sambil berlalu pergi dari kantin. “ Oh Iya Bra, makanan kita sekalian bayarin ya!” Teriak Arka dari kejauhan

“Dasar temen sialan, nama gue Brahma!” Teriaknya sambil menyusul kedua temannya.

BRAHMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang