INSIDEN CAFE

17 3 0
                                    

Bagi sebagian orang kopi memang memberi kenikmatan dan ketenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi sebagian orang kopi memang memberi kenikmatan dan ketenangan. Rasanya yang sedikit pahit membuat penikmatnya agar tetap diambang waras. Mengapa seperti itu? Bisa dibilang ada filosofi hidup yang tersirat didalamnya. Seperti halnya kebahagiaan, tak serta merta kita akan sesalu merasa bahagia. Kesedihan, tak selamanya kita akan terus dalam kubangan derita. Layaknya kehidupan yang tidak akan tetap dititik konstan yang sama.

Seperti halnya seorang gadis yang kini sedang menikmati secangkir kopi sembari menunggu sahabatnya datang. sembari menunggu ia juga  berusaha menyelami kehidupan yang akhir-akhir ini ia jalani.

"Ria!," panggilnya saat melihat sahabatnya itu terlihat bingung mencarinya di depan pintu cafe. Ria yang mendengar teriakan Mala langsung menghampiri sahabatnya yang tak tahu malu itu.

"Ngapain lo panggil pake teriak, norak tahu ngga diliatin sama seisi cafe," kata Ria. Memang benar saat tadi mendengar teriakan Mala seluruh lirikan mata langsung menatap. Sedangkan Mala terlihat tak peduli.

"Biarin aja sih," katanya acuh. "Norak, gue ini!" Sambil berusaha menyindir orang-orang yang tadi menatapnya aneh.

"Lagi sensi ya bu?," kata Ria melihat wajah BadMood Mala. "Tumben ngajak main di kafe," Tanyanya penasaran.

"Lagi gabut,"

"Engga gangguin Brahma lo ghari ini?" Tanya Ria.

"Engga bisa dihubungin Brahmanya." Ucap Mala lesu.

"Jadi gue cuma dijadiin sebagai pelarian lo nih, karena Brahma ngga bisa lo hubungi ya." Kata Ria dengan nada gurauannya. Mala pun menjawab dengan anggukannya.

"Dasar lo ya," geram Ria. Walauoun sebenarnya Ria tahu kalo pengakuan yang diberikan Mala hanyalah gurauan saja.

"Sebenernya gue lagi bingung, sebenrnya ngajak ketemu disini juga pengin sambil cerita," terang Mala pada Ria.

"Cerita apa?" Ucap Ria antusias.

"Sebenernya gue bingung sama Brahma, dia tuh asli ngga sih ngajak pacaran gue. Menurut lo gimana?" Meminta pendapat pada Ria.

"Ya beneran kali," katanya. "Lagian lo aneh giliran sekarang kaga yakin, waktu awal-awal yakin banget tuh. Emang kenapa sih?".

"Gue ngerasa kaya aneh aja sih, masa tiba-tiba nembak gue terus kita jadian kaga jadian sih. Akhir-akhir ini doi baik sih berubah perhatian gitu. Tapi, beberapa hari ini kagak bisa dihubungi," jelas Mala.

"Ya mungkin doi lahi sibuk kali. Positif thinking aja lah, lagian udah sejauh ini masa lo nyerah sih." Ucap Ria. Mala yang mendengar nasihat sari Ria langsung berusaha meyakinkan dirinya untuk percaya.

"BTW kita udah nhomong ngalor ngidul lo ngga mau makan apa? Gue laper nih Mal." Kata Ria. Mendengar ocehan Ria, Mala pun langsung memanghil waiters untuk memesan makan. Sambil menunggu pesanan datang, Mala meminta izin terlebih dahulu untuk pergi ke toilet.
Sedangkan dilain sisi ditempat yang sama terlihat tiga orang cowo yang sedang bersenda gurau. Hari weekend memang menjadi salah satu ajang untuk anak muda nongkrong di kafe.

"Kayanya lo mulai menikmati peran ya Bra?" Kata Arka.

"Kagak ngerti gue lo ngomong apa?" Kata Brahma ketus, sudah berkali-kali Brahma mengatakan pada kedua sahabatnya untuk tidak memanggil dengan sebutan itu. Tapi, sifat keduanya yang jahil tetap mengunakan nama tersebut untuk menggolok-olok dirinya.

"Jangan pura-pura ngga ngerti lo," sangkal Deri cepat.

"Emang kagak ngarti gue." Ujar Brahma Lagi karena memang tak tahu apa yang dibicarakan oleh kedua sahabatnya.

"Lo mulai nyaman kan sama peran lo sebagai pacar taruhan lo sama Mala?," kata Arka. "Lo suka kan sama dia?" Tanyanya penasaran.

"Kagak lah," ujar Brahma cepat.

"Lah kagak usah bohong lu sama kita," kata kedua orang tersebut sambil menelisik kedalaman mata Brahma. Mencari kebenaran dari ucapan Brahma.

"Napa lo berdua ngeliatin gue gitu banget," kata Brahma jengan melihat tingkah sahabatnya yang menjengkelkan. "Lagian kagak mungkin lah gue suka sama tu orang, lo berdua kan tahu ini cuma taruhan. Kalo bukan karena ide gila kalian juga gue kagak mau," jelasnya.

Dan tanpa diketahui oleh Brahma, Mala tepat berada di belakangnya. Mendengar apa saja uang baru saja keluar dari mukut Brahma. Mala tak menyangka jika selama ini ia hanya dijadikan bahan taruhan oleh Brahma. Oleh seorang yang selama ini ia percaya.

Sedangkan kedua orang sahabat brahma yang tepat bersebrangan dengan Brahma tentu saja melihat kehadiran Mala disana.  Mereka pun sama dibuat terkejut dengan kehadiran gadis tersebut.

"Mala," lirih Arka sambil tatapan terus  kedepan.

Brahma yang mendengar apa yang diucapkan oleh arka hanya mampu menyeringat bingung. "Maksudnya?," tanyanya pada keduanya. Lantas kedua orang tersebut langsung mengode dirinya untuk menoleh ke arah belakang. Sesaat setelah itu, tiba-tiba Brahma merasakan uforia berbeda, perasaanya mulai tak nyaman. Dan saat Brahma membalikan diri ke arah belakang disana terlihat Mala yang berdiri dengan sedikit mata yang berembun.

Baru saja mata mereka bersitatap, Mala langsung mengalihkan pandangannya. Saat Brahma akan menghampir Mala ditempat berdiri. Mala sudah terlebih dahulu pergi dari sana. Brahma yang melihat hal tersebut langsung berjalan menyusul kepergian Mala. Sebelum pergi dari kafe Mala terlebih dahulu untuk mengirim pesan pada Ria bahwa ia pulang terlebih dahulu.

"Mal, tunggu gue mau ngomong,"  ujar Brahma sambil berhasil mencekal tangan Mala. Mala yang berusaha melepaskan tangnannya dari cekalan Brahma namun tidak berhasil juga. Akhirnya Mala menyerah dan membiarkan Brahma untuk berbicara.

"Masalah tadi yang gue omongongin di dalem itu.." ucapan Brahma terjeda karena Mala terlebih dahulu mengintrupsi.

"Iya tau kok yang didalem itu bener kan? Gitu kan maksud kamu," ucap Mala sarkas. "Emang segitu benci kamu sama aku, segitu ngga pantes kah aku buat bahagia." Terang Mala. Niat Brahma yang akan menjelaskan kejadian di dalam cafe pun sedikit terjeda. Ia akan membiarkan gadis tersebut untuk meluapkan emosinya terlebih dahulu.

"Apa sih salah aku sama kamu Brama Dipta? Kamu jahat Brahma" ucap Mala tak terasa kini bulir bening yang ia bendung lolos juga.

"Maksunya ngga gitu? Dengerin dulu," tegas Brahma mencoba ingin menjelaskan.

"Apa lagi sih," kesal Mal.

"Aku tahu Brahma,pasti disini aku yang salah kan karena udah suka sama kamu. Brahma, awal hubungan ini salah, Kalau nantinanti diterusin pun akan salah. Jadi lebih baik jika kita akhiri kisah cerita ini sampai disinya," lirih Mala sambil meninggalkan Brahma dalam keterpakuan, tanpa mendengar sedikit pembelaan yang akan Brahma berikan. Bagaimanapun Brahma sadar semua awal dimulai dari dirinya. Saat ia berusaha untuk memperbaiki semuanya terlambat. Kini Brahma hanya mampu melihat kepergian Mala yang semakin tak tergapai.















Tb:
Semoga bisa sedikit mengusir kegabutan. Memberi sedikit hiburan dikala sepi. Jangan lupa vote, komen, dan jangan lupa follow my akun ya😆. Terimakasih.

Salam hangat,
Penulis♡

BRAHMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang