Prolog

1.6K 155 14
                                    

Semua Karakter Naruto milik Masashi Kishimoto

Saya cuma numpang pinjam

Happy Reading Minna-san 🤗

.
.
.
.
.


Bel sekolah terakhir sudah berbunyi lebih dari sepuluh menit, keadaan sekolah juga sudah mulai sepi hanya ada segelintir murid yang masih berada di ruang kelas mengerjakan tugas piket atau mengikuti pelajaran tambahan dari Sensei karena mendapat nilai jelek saat ulangan.

Sekilas memang tak ada hal aneh di sekolah semuanya tampak biasa seperti hari-hari sebelumnya. Namun sore ini bagi gadis bersurai indigo panjang dengan mata seindah bulan bernama Hinata Hyuga, salah satu murid kelas 2-A merasa ada hal istimewa juga penting karena hari ini akan bertemu sekaligus mengungkapkan perasaannya pada pemuda yang sudah lama ditaksir.

Menghela nafas cepat Hinata berusaha menenangkan debaran jantungnya yang sejak tadi berdebar keras, menunggu cemas sekaligus gugup di belakang gedung sekolah sesuai dengan tempat janjian yang di tulis di dalam surat.

Sambil terus mendekap erat tas sekolah di depan dada. "Ya, ampun! Belum juga aku bertemu dengan Inuzuka-san tapi jantung ku terus berdebar cepat." Keluhnya.

Hampir lima belas menit Hinata berdiri menunggu bahkan mulai merasa cemas juga takut kalau pemuda pecinta hewan itu tidak akan datang menemuinya hari ini padahal dia sudah sangat berharap kalau pernyataan cintanya akan diterima.

Asik sendiri dengan lamunannya Hinata sampai tak sadar kalau seorang pemuda bersurai oranye dengan wajah serta kuping penuh tindik, seragam yang di kenakan juga sedikit berantakan menandakan jelas kalau bukan murid biasa.

Kedua bola matanya yang aneh menatap penuh arti tubuh Hinata dari atas sampai bawah.

"Oi!" Teriak pemuda ini.

Deg'

Jantung Hinata berdegup kencang saat di panggil, masih di penuhi perasaan gugup namun penantiannya tidaklah sia-sia. "Te-terima masih sudah datang menemuiku Inuzuka-san." Kata Hinata gugup masih membelakangi tak berani menatap wajah pemuda yang dipikirnya adalah Inuzuka Kiba salah satu anggota klub sepak bola di sekolah.

Pemuda yang di panggil Inuzuka oleh Hinata terdiam tanpa kata tak membalas atau menyahut sama sekali malah asik menikmati permen Lolipop rasa buah yang tinggal sedikit.

"Maaf jika sudah membuat mu marah Inuzuka-san." Cicit Hinata tak enak hati.

Pemuda penuh tindik ini mengangkat kedua ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman sinis, merasa geli sendiri oleh sikap Hinata yang dianggapnya lucu. "Siapa yang kau panggil Inuzuka-san, manis." Ujarnya dengan suara bariton miliknya, menegaskan kau dia bukanlah pemuda yang sejak tadi terus dipanggil Hinata.

Kedua mata Hinata langsung melebar sempurna dengan mulut sedikit terbuka membalikkan tubuh cepat, dan menatap horor pemuda di belakangnya dimana sosoknya lebih menyeramkan dari hantu manapun yang pernah ia tahu.

Ekspresi terkejut dari Hinata sama sekali tidak bisa di tutupi bahkan tubuhnya gemetar ketakutan.

Dalam hati Hinata terus mengumpat kenapa bisa se sial ini dan mimpi apa semalam.
Kenapa juga yang datang pemuda penuh masalah ini bukan Inuzuka Kiba, salah satu anggota tim sepak bola seperti harapan Hinata.

Padahal sebelum pergi sekolah tadi pagi Hinata berdoa terlebih dahulu pada Kami-sama agar pernyataan cintanya hari ini sukses. Namun kenapa yang datang bukan seorang Pangeran tampan berkuda putih melainkan iblis kejam nan menyeramkan bernama Pein Yahiko dari kelas 2-F.

"K-kau?!" Seru Hinata kaget seraya menunjuk takut ke arah pemuda di hadapannya.

Pemuda bersurai oranye ini menatap datar Hinata lalu membuang cepat batang permen ke samping, tangannya merogoh sesuatu di kantong celana sekolahnya. "Bukankah ini milik mu?" Tanyanya memperhatikan surat cinta berwarna ungu polos yang di bawahnya tertulis jelas Hinata Hyuga kelas 2-A.

Dan detik berikutnya Hinata merasa rohnya keluar dari tubuhnya sesaat.

Kenapa surat cinta miliknya yang seharusnya untuk Inuzuka Kiba malah nyasar dan ada pada si berandalan itu, padahal Hinata sangat yakin kalau suratnya di masukkan ke dalam loker sepatu milik Inuzuka Kiba.

Apakah mungkin matanya sudah mulai rabun tidak bisa membaca nama Inuzuka Kiba dengan benar hingga salah loker.

"Ba-bagaimana bisa surat itu ada padamu?" Tanya Hinata heran sekaligus penasaran.

"Bukankah kau sendiri yang memasukkannya ke dalam loker ku." Jawabnya santai.

"Tidak mungkin!" Bantah Hinata keras.

Pemuda ini mendecih pelan. "Surat mu ada padaku. Dan kau masih saja mengelak." Ucapnya dengan nada dingin.

Detik itu juga Hinata langsung terdiam, tak bisa membalasnya.
Jika saja saat ini dirinya sedang berada di alam mimpi dia berharap seseorang segera membangunkannya karena apa yang sedang di alaminya sungguh mengerikan.

Pemuda bersurai oranye itu melirik sebentar ke arah surat cinta di tangannya lalu berjalan mendekat pada Hinata yang langsung reflek berjalan mundur menghindar mungkin merasa takut tapi hal itu wajar bukan hal aneh mengingat reputasi yang dimiliki pemuda itu di sekolah.

"Aku sudah membacanya dan tak keberatan jadian dengan mu." Katanya santai memberikan jawaban sekaligus membalas perasaan Hinata yang dituangkan ke dalam surat cinta dimana sangat menyentuh perasaan.

"Hah?!" Hinata terbengong sesaat dengan mata melebar sempurna mendengarnya.

Jantung Hinata serasa copot dari rongganya dan apa yang di katakan Pein benar-benar membuat kaget juga luar biasa syok.

Tak pernah sekalipun Hinata memikirkan apalagi membayangkan untuk dekat dengan Pein apalagi sampai menjadi kekasihnya. Sungguh ini adalah musibah besar dan bencana bagi kehidupan tentram Hinata di sekolah.

"Ck!" Pemuda bertindik ini mendecih kesal melihat reaksi Hinata yang terbengong kaget. "Apa perlu aku katakan sekali lagi, agar kau paham." Dengusnya.

Hinata menelan ludah perlahan disertai keringat dingin sebesar biji jagung membasahi dahi. Hinata benar-benar takut mencari masalah dengan Pein, mengingat sudah banyak murid baik disekolah ini maupun sekolah lain yang di kirim Pein ke rumah sakit untuk menginap di sana selama beberapa hari entah itu patah tulang, tangan atau kaki terlilit, wajah babak belur dengan beberapa gigi lepas atau lecet-lecet akibat di hajar Pein, karena ulahnya itu semua Sensei angkat tangan bahkan Kepala sekolah pun demikian tak bisa berbuat apa-apa dan hal ini membuat Pein menjadi bebas melakukan apa pun di sekolah.

"Mulai hari ini dan selamanya, kau adalah kekasih ku." Ucapnya mendeklarasikan hubungan tanpa meminta persetujuan ataupun jawaban dari Hinata.

"Hah?!" Hinata terlonjak kaget.

Namun saat hendak menolak Pein sudah pergi meninggalkan Hinata tanpa sempat mendengarkan penjelasan Hinata.

Kedua kaki Hinata teras lemas seperti jelly lalu perlahan jatuh terduduk di atas tanah sambil merutuki kebodohannya sendiri.

Saat ini Hinata merasa menjadi gadis paling malang, impiannya untuk mendapatkan pacar tampan, baik hati juga keren harus pupus. Kenapa juga Tuhan memberinya seorang iblis kejam dalam bentuk pemuda tampan bernama Pein Yahiko.

"Ya Tuhan!!!!" Jerit Hinata frustasi.

Bersambung

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang