Banyak yang Anan tidak ketahui dari Aldi. Entah itu, keluarganya, temannya, dan masa lalu Aldi. Anan hanya orang baru di kehidupan Aldi. Bagaimana bisa? Aldi malah menyukainya?
Memang. Anan itu gadis yang cantik, walau terkesan agak lebay, tapi sikapnya ... memang tidak dibuat-buat. Tidak heran jika Aldi, bisa tertarik dengannya.
Malam hari.
Anan merenung di kamarnya, Aldwin bilang. Anan harus banyak-banyak istirahat, dan tidak boleh banyak pikiran. Setelah kejadian tadi sore, Aldwin memutuskan untuk mengawasi Anan. Dia tidak mau terjadi sesuatu pada adiknya itu.
Anan 'dikurung' di kamarnya. Ponselnya disita oleh Aldwin. Ingin rasanya dia melawan, tapi sampai Bundanya pun melarang Anan untuk keluar rumah. Takut jika Anan seperti kemarin, seharian tanpa kabar, lalu pulangnya sudah dalam kondisi yang menyedihkan.
Merasa bosan. Anan beringsut turun dari ranjangnya, kakinya bergerak menuju jendela. Perlahan, Anan membuka jendela kamarnya, membiarkan angin malam menerpa wajahnya.
Anan menatap kebawah, hanya ada cahaya lampu jalan, dan pemandangan rumah tetangganya. Huh, andai Aldi ada disini, tapi sayangnya lelaki itu sedang dirawat di rumah sakit.
Anan memejamkan matanya, menautkan kedua tangannya dan meletakan di depan dada. "Tuhan, Anan pengen Aldi cepat sembuh. Biar kita bisa sama-sama lagi, amin."
Anan membuka matanya. Dia tersenyum kecil, tangannya bergerak untuk menutup kaca jendela. Namun ada sesuatu yang mencurigakan, seperti suara motor seseorang. Anan mengurungkan niatnya, dia melihat-lihat kebawah.
Benar saja. Ternyata memang ada orang.
"HAI!!" Pemuda itu berteriak, dia melambaikan tangannya ke arah Anan.
Anan tersentak. Matanya membola tanda dia kaget. Tangannya bergerak memberi isyarat pada pemuda yang kini tersenyum lebar ke arahnya. "Jangan berisik!"
Dia menggeleng, "GUE KESINI BUAT NYARI LO! SINI TURUN!" teriaknya.
Anan mendadak gelisah. Bagaimana si 'aneh' ini bisa ke rumahnya? Padahal harusnya dia di rumah sakit sekarang. Tidur cantik, dan banyak istirahat.
Aldi. Dia Aldi
Jadi tadi sore, orang tuanya datang menjenguk. Tapi, karena dirasa sudah baikan. Aldi bersikeras untuk pulang. Tentu saja orang tuanya melarang, mereka menyuruh Aldi untuk dirawat semalam lagi. Aldi menolak, dia tetap ingin pulang. Dasar batu! Akhirnya mereka pasrah, dan membiarkan putra mereka untuk pulang. Padahal wajahnya masih pucat, dan banyak luka lebam.
Anan hanya bisa geleng-geleng kepala. Dia menyuruh Aldi untuk menunggu sebentar. Anan tampak kebingungan, bagaimana dia bisa keluar dari kamar sekarang? Pintunya dikunci Aldwin. Tidak mungkin 'kan? Dia harus lompat.
"Aldi bikin susah aja ih!" Anan menggerutu. Dia menggigit jari-jarinya. Hah ... dia harus apa?
Kunci cadangan. Iya, Anan baru ingat dia punya kunci cadangan yang ditaruh di laci. Dengan sigap Anan mencari kunci tersebut sampai dapat.
***
Perlahan namun pasti, Anan keluar menuju pintu depan. Untungnya orang-orang di rumah sudah tidur semua. Jika tidak, mungkin Aldwin akan mengurungnya lagi.
Setelah itu, Anan membuka pintu gerbang dengan hati-hati. Dia langsung menghampiri Aldi
"Kenapa kesini? Udah sembuh? Lo balik deh, nanti kalo ada kenapa-kenapa gimana?"
Aldi tersenyum kecil. "Gue udah sembuh kok. Tadi Mama sama Papa dateng ke rumah sakit, tapi gue maksa buat pulang. Hehe, ada sesuatu yang mau diomongin sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT ANANDHITA
Ficção Adolescente[REVISI] Ananditha gadis cantik yang bingung pada perasaannya sendiri sejak ia bertemu dengan cowok yang menurutnya aneh, bernama Aldi sedangkan Aldi sendiri sudah menyimpan rasa padanya *** "Jadi, lo emang beneran-" "Iya! Gue suka sama lo!" pungkas...