Myungsoo dan Suzy mendarat di Seoul pukul 2 siang. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, untung saja Suzy dan bayinya dalam keadaan sehat sehingga bisa menaiki pesawat. Awalnya Suzy dan Myungsoo tidak ingin pulang sebelum Suzy melahirkan, tapi dinegara yang mereka jauh dari keluarga membuat mereka berpikir ulang hingga akhirnya mereka memutuskan kembali ke negara mereka.
Sohee dan Jinwoon yang bertugas menjemput mereka melambaikan tangannya saat melihat pasangan ini keluar dari pintu penerbangan.
"Kalian lama sekali? Bahkan ibu terus menelponku sejak aku sampai disini sejam yang lalu" ucap Sohee.
"Di bagasi lama sekali Sohee saat kami mau mengambil koper kami. Maaf ya Sohee" ucap Suzy merasa bersalah.
"Tidak apa eonni? Bagaimana kabarnya keponakanku? Dia baik-baik sajakan setelah menempuh perjalanan yang lama diatas langit" ucao Sohee lagi mengelus perut Suzy.
"Aku sehat bibi, jangan khawatir." ucap Suzy menirukan suara anak kecil sambil mengelus perutnya yang sudah berusia 7 bulan.
"Ayo kita pulang. Ibu akan terus menelpon jika kita tidak segera bergegas." kini Jinwoon yang mengintruksi sambil berjalan duluan.
"Oppa, lihat adikmu satu itu. Tetap saja menyebalkan" lapor Sohee cemberut.
"Sudah wataknya Sohee, dia memang menyebalkan haha" balas Myungsoo.
"Kau dan dia sama saja datar dan menyebalkan. Ayo eonni" ucap Sohee menarik tangan Suzy untuk berjalan bersamanya, Myungsoo hanya geleng-geleng melihat adik bungsunya.
Mereka masuk mobil, Sohee memaksa duduk dibelakang dengan Suzy jadilah Myungsoo mengalah duduk didepan bersama Jinwoon. Myungsoo hanya tersenyum melihat keakraban Suzy dengan Sohee yang terus berceloteh banyak hal hingga mereka sampai dirumah besar Myungsoo.
Malam hari,
Ditaman belakang Myungsoo dan Jinwoon duduk menikmati kopi mereka. Lama mereka tidak bercengkrama berdua seperti ini, karena Myungsoo maupun Jinwoon sibuk dengan kegiatan masing-masing dari dulu. Saat kecil Myungsoo sering bermain dengan Suzy, sedangkan Jinwoon sibuk dengan temannya. Jarak mereka berdua hanya terpaut 3 tahun saja."Apa menikah merubahmu menjadi gila, hyung. Kau tersenyum terus dari tadi" ucap Jinwoon.
"Kau akan merasakannya saat sudah menikah nanti. Merasakan bahwa hidupmu sempurna" Balas Myungsoo.
"Aku dan Sira pasangan yang saling cinta hyung pastilah saat menikah kami akan saling cinta dan bahagia. Nanmun kau dan Suzy noona bukankah hanya Suzy noona yang mencintaimu, kau mencintai Doyeon noona hingga salah paham terjadi karena dibuat Suzy noona. Tapi kenapa kau yang tidak mencintainya rela datang ke negara yang tidak kau ketahui hanya untuknya? Kini bahkan kau menikah dengannya dan akan punya anak? Bagaimana anak kalian nantinya jika tumbuh bukan dari cinta"
"Cinta ya. Aku rasa kebersamaan kami sejak sekolah dasarlah yang menuntun kami akhirnya bisa bersama, mungkin memang bukan cinta yang menggebu sepertimu dan Sira. Aku rasa aku memang tidak mencintainya sepertimu tapi aku bisa gila jika dia tidak berada dalam jarak pandangku. Aku bahkan tidak tahu jika yang kami lalui membuatku slalu merasa nyaman, sedangkan Doyeon aku rasa hanya cinta sesaatku saat SMA karena saat dia pergi rasanya tidak sesakit saat Suzy menghilang dari hidupku. Makanya saat aku menemukan dia di Berlin aku berjanji pada Tuhan akan menyerahkan hidupku pada Suzy yang sudah menyerahkan hatinya padaku sejak kami tumbuh bersama"
"Ku rasa Suzy noona berhasil merubahmu sehingga dari es balok kau berubah menjadi air yang hangat. Hahaha"
"Cepatlah menikah, jangan bermain cinta karena kau playboy sejak dulu. Agar anakku punya teman bermain. Bukankah kau sudah berjanji membawanya pulang"
KAMU SEDANG MEMBACA
I did Wrong, I was Wrong - Myungzy √
RomanceArea dewasa 21+ berisi pengalaman hidup seseorang, harap bijak dalam memilih bacaan 😉 Aku bersalah, aku melakukan kesalahan. Aku memaksanya mencintaiku. -Suzy- Aku tidak tahu sejak kapan, namun tanpanya aku merasa bisa menjadi orang gila. -Myungsoo-