CHAPTER 22 ~ RUANGAN HAMPA

114 13 5
                                    

-Author Pov-

Karena mereka kelamaan bacot, mereka sekarang melihat mobil yang sedang melaju kencang mengarah kepada Thia dan menabrak Thia, sungguh sekarang mereka semua kaget setengah mati.

"Thiiiaaaaaaaa." Teriak mereka bertiga, emang ya cewek tuh kerjaannya teriak doang, pergi dorong Thia kek apa kek, ngelakuin hal yang berguna kek eh malah teriak aja.

Bughh...

-Thia Pov-

Gue ngerasa inilah akhir hidup gue, sekarang gue udah ga bisa apa apa lagi karena sekarang semuanya gelap, ga ada cahaya sama sekali.

Gue mencoba berlari dan berlari sampai gue dapetin cahaya itu, tapi semakin jauh gue berlari semakin jauh juga cahaya yang gue kejer.

Sekarang gue ngerasa, gue lagi ada di ruangan hampa, dimana gue berlari seakan gue tambah menjauh kedalam, sekarang gue sendiri, ditemani gelap.

•••
-Author Pov-

"Huwaa gimana ini hiks Thia belum bangun bangun jugaa hiks hiks." Ujar Caca, ya diantara persahabatan mereka berempat yang paling cengeng adalah Caca, kalau ada dari salah satu mereka yang terluka biarpun luka itu hanya kecil pasti si Caca bakal nangis kejer kek sekarang.

"Ish gausah nangis Ca, kita semua disini juga khawatir dengan keadaan Thia, tapi sekarang kan bukan waktu yang tepat untuk nangis, mending sekarang kita doain aja semoga Thia gak kenapa napa." Gumam Manda, yaa sifat dewasa Manda keluar, dan memang diantara mereka Manda lah yang paling dewasa pada saat keadaan begini, karena memang umur Manda yang paling tua diantara mereka.

Manda cuma ngerasa dia adalah kakak dan harus menjaga adik adiknya dalam keadaan apapun, dalam keadaan suka maupun duka.

"Betul tuh kata Manda, kita doain aja Thia semoga dia gak kenapa napa, Thia pasti sedih liat lo nangis gini." Kata Alena membenarkan kata kata Manda.

Saat ini Caca dalam keadaan kalut dan tidak fokus menganggap kalau sahabatnya ini tidak mengkhawatirkan Thia padahal Thia kan juga salah satu dari mereka. "Ih kalian ga kasian apa liat Thia yang lagi terbaring di sana, tapi sekarang kalian malah nyantai aja, dasar sahabat apaan kalian." Ujar Caca lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Tuhkan sifat kekanakan si Caca keluar, males deh gue kalau gini keadaannya." Gumam Alena lesuh.

"Yaudah gapapa, kita biarin Caca sendiri dulu, dia mau nenangin diri dia, kita tunggu Thia aja dulu sampai dia siuman." Ujar Manda lembut, dia sangat menyayangi sahabat sekaligus adik adiknya.

"Hmm iya deh, semoga ga terjadi apa apa sama Thia Aamiin." Doa Alena.

"Aamiin." Ujar Manda mengaminkan.

•••

Sekarang si Caca lagi duduk sendirian di kursi rumah sakit.

"Hiks hiks huwaa gue gak mau kalau Thia sampe kenapa napa hiks." Nangis mulu dah si Caca, ga cape apa (Author berkata)

"Punten slur ngapain nangis disini maneh." Teriak seorang lelaki, kalian bisa tebaklah siapa lelaki di cerita ini yang hobinya teriak dan pastinya berbahasa sunda (cluenya banyak amat. Biarin buat pembaca author tercayangg luv).

"Ish ngapain lagi si tuh si bebek kesini nyebelin banget." Gumam Caca bermonolog sambil menghapus air matanya, tapi masih bisa di dengar oleh sang empu yang diejek.

"Apa maneh bilang tadi, maneh bilang aing nyebelin." Ujar Baekhyun dengan nada marah.

"Iya emang kenapa, lo emang nyebelin dari dulu." Kata Caca tak mau kalah.

One Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang