ENAM (TI)

28 11 8
                                    

" Aku kira kamu suka diperlakukan seperti ini, perilaku yang sama saat senior mengajakmu pergi, sungguh aku melakukan hal yang sama karena ingin merasakannya juga"

"Uhuk...uhuk....." Suara tersedak Vivi saat Fery mengatakan hal yang tentu saja sangat mengejutkan.

" Duh Vi.. aku tau kamu itu laper banget tapi pelan-pelan makanya, noh kan jadi tersedak" kata Fery sambil menyodokkan minuman kepada Vivi.

' dih kebangetan banget ni orang tadi aku kesedak aj gara-gara omongannya, dikiranya aku yang gak sabaran' batin Vivi sambil meminum minuman yang disodorkan Fery tadi.

" Eh..... Vi.... Kamu disini" kata seorang laki-laki yang sontak membuat Vivi langsung menoleh ke arah sumber suara.

" Ah.... Iya kak, ni lagi diajakin makan, Kaka mau?"

Setelah tawaran Vivi Mumtaz langsung menatap anak laki-laki yang tengah makan bersama Vivi, yang bukan lain adalah Fery. Tatapannya seperti tidak suka dengan Mumtaz, dan mungkin rasa risih juga. Tanpa diizinkan duduk Mumtaz langsung duduk di sebelah Vivi.

" Mau, sini coba Kaka suap" kata Mumtaz sambil mendekatkan kepalanya kepada Vivi.

" Mau ... Ni coba enak tau" Jawab Vivi singkat, sambil menyodorkan garpu yang berisi daging kepada Mumtaz.

Sebelum sempat menyuapi Mumtaz tangan Vivi dipegang oleh Fery yang berada di depannya.

" Dia bisa pesen sendiri, kenapa kamu suapi" tanya Fery sambil terus memegangi tangan Vivi.

" Gak apa-apa fer, lagian aku pesen banyak, toh aku juga gak enak Ama kamu, dah bayarin aku masa mau bayarin kak Mumtaz juga" jawab Vivi yang membuat Fery diam seketika.

' yang peka dong Vi.. ni aku cuma traktir kamu gak ada niatan traktir senior ini' batin Fery sambil terdiam dan memikirkan cara untuk berganti topik.

Keheningan seketika reda saat Mumtaz memakan daging yang Vivi sodorkan sedari tadi.
" Emm, enak Vi biar aku pesen sendiri aja" kata Mumtaz sambil mengunyah daging tersebut.

" Gak, gak usah biar aku bayarin sekalian" jawab Fery seketika. Fery yang saat ini masih mementingkan egonya, tidak ingin terlihat buruk dihadapan Vivi karena dianggap pilih kasih.

" Ah, benarkah?, Tapi aku tak ingin merepotkan"

' tau diri sendiri merepotkan masih tidak sadar' batin Fery . " Tentu saja tidak akan, kecuali kamu tidak mau" kata Fery dengan sebisa mungkin tidak menampakkan wajah kesalnya.

" Mau lah dek, siapa sih yang gak mau, tapi Kaka gk maksa ya, kamu yang tadi nawarin" kata Mumtaz.

Kata-kata tersebut sangat membuat Fery muak, lebih baik dia diam dan membicarakan senior yang satu ini dalam hati. ' dasar gak punya malu dah tiba-tiba datang ganggu aja, minta traktiran lagi' umpat Fery dalam hati.

_____&&&&_______
"Vi, nanti pulang nya gimana" tanya Mumtaz.

" Pulang?" Jawab Vivi singkat sambil terus memasukan makanan dalam mulutnya.

" Iya, pulang bareng mau" tawar Mumtaz.

" Eeummm ( berhenti sebentar dan menatap Fery ), gak kak tadi Vivi berangkat bareng Ama Fery masa pulang mau Ama Kaka" lanjut Vivi.

Terlihat senyum simpul di bibir Fery, menandakan rasa puas dengan jawaban Vivi, ya ada rasa memenangkan lotre gitu.

" Emang pulang pake apa" tanya Mumtaz tak mau kalah.

" Jalan lah biar romantis menikmati pemandangan, emang harus selalu pake mobil mewah nambah polusi aja" gumam Fery sedikit keras dan cepat.

"Ha?!" Jawab Mumtaz dan Vivi bersamaan.

THIS ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang