TIGA BELAS (TI)

12 2 0
                                    

BRAKKK.....

" WOYYYYYYYYY ngapain kamu disini ha?!!!"

"Mba..mba Yeshi?.." ucap Vivi lirih, saat melihat Yeshi masuk rumah dengan sangat kasar.

"Kau tak seharusnya kembali!!, Mau ngapain kamu ha!!!" Teriak Yeshi pada Vivi sambil terus melangkah maju.

Vivi ketakutan seketika, dia tak pernah tau bahwa Yeshi sebenarnya sedang berada di rumah. Dia terus saja mundur saat mba Yeshi terus melangkahkan kakinya maju.

"Anu...anu mba.." ucap Vivi gugup karena ketakutan.

PLAK....
Sebuah tamparan yang melayang dari Yeshi ke pipi nya Vivi.

Vivi hanya terus meringis kesakitan sambil terus  memegangi pipinya yang sakit karena tamparan tadi. Vivi benar-benar ketakutan dia tak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya diam, gemetar, dan..... Ketakutan.

"Kamu mau apa balik ha!!!, Kau tak seharusnya balik, andaikan kamu tau!!!, Kamu itu pembawa sial!!" Kata Yeshi sambil memegangi bajunya Vivi.

"Kamu tau gak, kamu yang bikin Mama sakit!!!, Kamu yang bikin bapa meninggal, aku gak tau bagaimana Deni bisa begitu baik sampe mau menguliahkan kamu!!!, Kamu tau gak, kamu harusnya meninggal pas kamu mau bunuh diri, harusnya tak perlu ada yang peduli, kamu itu harus-"

"Mba Yeshi...., Tak seharusnya berkata seperti itu" kata Rendy menyela perkataan Yeshi tadi.

Hening...
Diam.....

"Heh.... Bagus sekali, mungkin saja  sebenarnya kalian memang bersodara, satunya anak sial dan satunya lagi anak tak di inginkan sungguh cocok sekali" kata Yeshi pelan, kemudian melepaskan tangannya dari baju Vivi dan mulai pergi keluar dari rumah.

Vivi hanya melihat Rendy kosong, tak tau apa yang harus di bicarakan. Vivi sudah terbiasa dengan sebutan anak sial, tapi Rendy.... Apa masalah nya?.
Vivi tau Rendy adalah anak broken home. Dimana ayah dan ibunya bercerai, kemudian menikah lagi , tapi.. tak ada satupun mau menerima Rendy. Jadilah Rendy di urus oleh uti hingga besar.
Tapi... Bukankah kata-kata Yeshi tadi terlalu kasar?.

"Udah selesai?" Tanya Rendy memecah lamunan Vivi.

Vivi hanya mengangguk pelan.

"Ayok pergi" kata Rendy sambil menarik Vivi pergi.

VIVI PROV.....

Sepanjang perjalanan, Rendy hanya diam. Dia dan mengatakan apapun. Aku jadi merasa tak enak kepada Rendy. Boleh saja mba Yeshi mengatakan apapun hal buruk tentangku, tapi Rendy....

"Ren..." Ucapku lirih memecah diam diantara kami.

"Gak perlu rasa gak enak Vi, dah biasa" ucap Rendy sambil terus menatap ke depan.

Rasanya Rendy kadang-kadang bisa bersikap dewasa juga, ya  seperti sekarang. Tapi sungguh dia rasa tak enak.

"Dah lah jngn dipikir jelek tau" katanya kembali.

Hening....
Diam.......

Hingga kami sampai di rumah sakit, Rendy tetap saja diam. Setelah beberapakali bertanya kepada resepsionis Rendy langsung saja membawaku pergi ke tempat mama.

Jujur aku merasa gugup, sudah lama aku tidak melihatnya, apakah dia juga berpikir hal yang sama seperti mba Yeshi?.

"Dah tenang aj, sana masuk aku mau keluar sebentar" ucap Rendy padaku sambil terus mendorong ku untuk masuk.

" Tapi..." Kataku menggantung.

"Hpmu mana?" Tanya Rendy.

"Buat ap-"

"Mana!"

Langsung saja aku memberikan hpku, sungguh kelihatan seperti orang jahat. Aku juga tak tau kenapa Rendy bisa berubah-ubah, apa yang terjadi?.

" Aku kasih nomerku, kalo butuh apa-apa tinggal calling aj" kata Rendy santai sambil memberikan hp ku kemudian pergi begitu saja.

Ada apa dengan dia?.....

Aku masih terdiam kaku, aku terkejut dengan perilaku Rendy, aku harus apa?, Dia meninggalkan ku sendiri?. Ya Allah jahat sekali.

Aku mulai mondar-mandir di depan pintu ruangan mama, masih meyakinkan diri bahwa aku bisa. Tapi aku juga ragu untuk masuk, jadi... Apa yang harus aku lakukan???.

Tapi aku mulai sadar, mama di dalam sendirian dan harus ada yang menjaganya. Apakah mama masih ingat aku?, Tanyaku ragu pada diri sendiri.

"Yosh" ucapku menyemangati diri sendiri.

"Ma....." Kataku sambil masuk ke ruangannya.

THIS ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang