LIMA (TI)

43 9 13
                                    

" Wah... Sepertinya ada bohong ke senior ni..." Menepuk punggung Vivi dari belakang dan memasang muka yang menyelidiki.

"Ha?!.............."

" Tegang amat Vi ekspresinya, nyantai dikit napan" kata Fery sambil menepuk-nepuk punggung ku

Aku hanya tersenyum kepada Fery, tapi tau lah orang yang kita benci saat sudah bicara seperti itu pastinya lain dimuka lain dihati pula.
' ya Allah sungguh jika membunuh bukanlah suatu keburukan maka aku pasti akan melakukan nya sekarang' ucapku dalam hati, sambil terus tersenyum sebisaku.
_____________________________________
________-_-_____________

'akhirnya hari ini selesai juga.....fyuh...... Kalo gini aku bisa lanjut semangat materi lagi' ucapku dalam hati sambil menyemangati diri sendiri.

Hari ini memang hari terakhir ospek dan... Ya sudah berakhir tentunya.

" Hah...!!!? Duar.. ehem cieeeeee yang seneng banget dari tadi senyam senyum sendiri" kata Fery yang tanpa undangan tanpa harapan mengikutiku.
Bukan pasal dikira ge-er tpi, Mana ada coba anak yang kek Fery tiba-tiba ngikutin jalan.

'ya elah ni anak ngapa ngikut juga' batinku sambil pura-pura menatap bingung ke arah Fery.

" Vi laper gk, makan yok" tanya Fery langsung
To the point tanpa adanya basa-basi terlebih dahulu.
Ya memang hari ini vivi sedikit lapar sangat lapar bahkan, tapi sekarang Vivi tidak memikirkan mau makan apa tapi siapa yang mengajaknya makan. Ya Fery itu fery, membuat Vivi sedikit menyesali kenapa harus Fery.

" Gk fer maaf aku mau pulang" jawab Vivi ingkat dan pergi meninggalkan Fery.

" Ya........ apakah aku juga harus merangkulmu, dan menarikmu ke arah mobil agar mau makan denganku, tapi sayang aku gak punya mobil jadi mungkin aku akan menyeretmu sepanjang jalan" timpal Fery sambil terus mengikuti Vivi

Vivi sedikit kaget apa yang dikatakan Fery, Vivi sadar sepenuhnya, dan mendengar apa yang Fery ucapkan. Vivi diam seketika mengingat kejadian yang dia alami kemarin bersama Mumtaz.
' apakah kemarin Fery melihat aku dengan kak mumtaz' batin Vivi yang masih terkejut.

" Fer..... Mana kau tau" tanya ku lirih sambil tertunduk karena malu.
" Ya ya ya mungkin bisa anggap aku adeknya dilan sehingga bisa meramal" jawab Fery menatap Vivi sambil tertawa dan meletakkan kedua tanyanya di kepala seperti orang yang sedang meramal.

" Ferr!!!" Seruku dengan wajah yang sedikit serius menatap ke arah Fery.

Aura Fery berubah seketika, kini ekspresinya menjadi datar, senyuman yang tadi terukir jelas kini hilang entah kemana. Fery terus menatap Vivi dan mulai berjalan mendekati Vivi dan menatap mata Vivi tajam. Kini tangannya ada di kepala Vivi sambil terus menatap mata Vivi.

" Aku tau kemaren kamu dihukum gara-gara salah papan warna, aku juga tau kamu kamu bersihin ruangan BEM sampai sore, aku tau karena aku tunggu kamu disini, terus aku tunggu Ampe aku balik buat liat kamu, tapi apa aku liat, aku dah terlambat, kamu malah lagi dirangkul Ama senior, aku tau itu salah aku dari awal, harusnya emang aku gk biarin kamu sendirian" ucap Fery lembut dengan penuh kehangatan.

Pipi Vivi memerah mendengar ucapan lembut dari Fery, dengan tatapan tajam dan perilaku yang hangat membuat Vivi merasa agak canggung.

' apa ini apa Fery sudah berubah, rasanya hangat sekali' ucap batin Vivi sambil berkecamuk antara malu dengan cemas.

Fery melihat perilaku Vivi yang canggung membuat Fery sedikit kesal, kenapa dia bisa tersenyum bahkan tanpa canggung saat berangkulan dengan senior tapi mengapa tidak dengannya, apakah dia dan senior terlalu berbeda?.

Fery langsung saja menarik tangan Vivi dan mulai membawanya berjalan dengan cepat. Vivi sontak merasa terkejut dengan apa yang tengah dilakukan oleh Fery, tarikan tangan Fery sedikit kuat membuat Vivi meringis kesakitan, tapi Fery tak memperdulikannya dan terus membawanya jalan begitu saja.

" Ferr!!!!!!! Sakit" teriak Vivi sambil menarik tangannya dari genggaman Fery.

Saat melihat ekspresi Vivi membuat Fery sadar, ya mungkin kini dia sudah berlebihan.

Fery terus menatap Vivi dan mulai memiringkan kepalanya, dan melakukan senyum tanpa rasa bersalah. Dia senyum benar-benar tersenyum, dengan senyum yang manis, ibarat anak kecil yang tangah senyum kepada ibunya.

" Vi..... Maafin Fery ya, makan yuk aku dah laper" kata Fery sambil menatap dan mengulurkan tangannya ke Vivi.

Vivi hanya diam, dia kini benar-benar bingung. Dia ingin makan tapi tak mau dengan fery, bagaimana menolaknya, dan mengatakan dia ingin makan sendirian saja.

" Oke...... Nanti aku traktir kamu makan sepuasnya, Ama beliin escream choco magma yang saat kamu gigit keluar semua isinya, pluzz tambahan puding rasa coklat yang melumer di dalamnya" ujar Fery sambil nada yang sedikit cepat.

Gimana gak ada yang nolak coba, apalagi tawarannya enak-enak semua dengan traktiran penuh dan rasa coklat tentunya. ' duh kampret ni anak, tau aja kalo aku lagi laper, dah tawarannya menggoda semua lagi' batin Vivi sambil terus memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang.

" Gimana Vi.... Dah pegel ni.... Ayo.." kata Fery sambil terus menggerakkan tangan yang ia ulurkan sedari tadi.

Vivi memang tak menjawab, tapi dia sekarang menganggukkan kepalanya pelan. Hal itu dirasa cukup sebagai jawaban iya bagi seorang Fery, diapun menarik lengan Vivi, yang jelas tidak sekeras tadi ya.

" Gitu dong Vi.... Dari tadi napan, kan gampang"

_______________&-_____________
_________?_-__________

TEMPAT MAKAN
MANA AJA..........

Fery melihat cara makan Vivi yang cepat, jelas dia terlihat sangat lapar dan melahap semua yang ada di meja sekarang, untung juga dia masih manusia kalo gak kali mejanya sekalian Vivi lahap.

" Jangan kek gitu ferr" ujar Vivi di sela-sela aktivitas makanya.

" Kek gimana" jawab Fery pura-pura bodoh. Jujur Fery tau apa yang sedang Vivi rasakan gugup, canggung, tapi sungguh Vivi benar-benar manis saat makan.

Vivi hanya mendengus kesal dan mulai melanjutkan makanya. Fery yang melihatnya pun tertawa geli saat tau Vivi sangat merasa tidak nyaman saat diperlakukan seperti ini, apalagi ditambah dengan pipi merah yang menggelembung karena penuh dengan makanan pasti menjadi adegan yang seru saat terus di goda seperti tadi.

Hening seketika di antara mereka....
Tak ada yang mengatakan apapun, mereka berdua hanya sibuk makan, hingga......

" Aku kira kamu suka diperlakukan seperti ini, perilaku yang sama saat senior mengajakmu pergi, sungguh aku melakukan hal yang sama karena ingin merasakannya juga"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HALOO SEMUANYA......

GIMANA CERITANYA ...........

MAAF YA KALO AJA KURANG NYAMBUNG AMA BAGIAN YANG KALI INI🙏🙏🙏........

JIKA KALIAN SUKA JANGAN LUPA KLIKK ICON BINTANG YA 🤗🤗........

AND..... JANGAN LUPA JUGA, CERITAKAN PESAN DAN KESAN KALIAN DENGAN KRITIK DAN SARAN DI KOLONG KOMENTAR 😁😁..........

SEE YOU NEXT PART READERS.....
LOVE YOU ALL 🥰 🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰




THIS ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang