TUJUH (TI)

37 10 16
                                    

' oh.... Gitu ya mode dua muka' batin Fery.

Tak lama kemudian, handphone Fery berbunyi, menandakan ada seseorang yang tengah menelfon nya sekarang. Nomor yang bertuliskan Kaka Akmal, yaitu Kaka kandung Fery sendiri.

" Dimana kamu" ujar Akmal

" Tau.." jawab Fery singkat.

" Aku jemput ni, nungguin lama tau!" Kata Akmal sambil berteriak.

" Aku jalan-jalan" jawab Fery santai.

" Dimana!"

" Gak tau! "

" Dasar adek lucknut kamu ya, dah di baik-baikin malah gitu!"

" Aku share lock, jemput aku tunggu"

" Hey....."

Sebelum Akmal selesai melanjutkan perkataannya, sambungan sudah diputus sepihak oleh Fery. Yalah Fery sekarang entah merasa apa, bingung?, Marah?, Atau perasaan lainya.

" Sudah makan berdua diganggu Ama senior, diturunkan ditengah jalan gak tau dimana, dibentak Abang lagi.... Dueh emang lagi apes hari ini" kata Fery pada dirinya sendiri.

___________-____-_______-_____
_____-_____-_____-_____-___

SKIP........

Beberapa bulan pun berlalu, senang semuanya baik-baik saja, ya... Meskipun banyak hal yang kadang-kadang tak bisa kita harapkan.

Dalam apartemen yang sepi, Vivi terus memandang keluar jendela, menikmati malam tanpa bintang digantikan oleh cahaya lampu di setiap bangunan. Entah mengapa Vivi baru menyadari keindahan kota. Kini dia teringat kata mamanya keindahan sesungguhnya adalah ketika kita bisa mensyukurinya.

" Mama......" Gumam Vivi sambil terus memandangi pemandangan di luar jendelanya.

Dalam kesunyian, terdengar suara handphone yang berdering. Memecah sunyi dan lamunan Vivi.
Terlihat suatu nama seseorang yang sangat Vivi sayangi, senyum simpul tercipta saat Vivi mengangkat telepon tersebut.

" Halo assalamualaikum, neng gimana kabarnya" ucap pria dalam telepon tersebut.

" Wa'aikumsalam mas baik, mas Deni gimana baik juga kan?" Jawab Vivi.

" Ya Alhamdulillah baik juga, gimana kuliah nya, aman kan?"

" Aman-aman, emang ada apa Sampai gak aman"

" Iya... Iya..., Ni kamu mau pulang gak, liburan tahun baru kan. Masa gak mau pulang, mama dah kangen loh"

Mendengar perkataan tersebut Vivi diam seketika, dia bingung apa yang harus dia ucapkan. Vivi rindu tapi..... Vivi tidak ingin bertemu dengan Kaka perempuan.

" Gak dulu ya mas, masih mau kejar materi" bohong Vivi kepada Deni.

" Oh... Ya udah, jaga kesehatan terus ya, jangan lupa telepon mama juga, udah kangen katanya, kasian oke"

" Iya mas"

" Udah dulu ya neng, wassalamu'alaikum"

" Iya wa'aikumsalam"

Jujur Vivi merasa sangat senang saat dia di telepon oleh Kaka kesayangannya, tapi saat Deni mengatakan bahwa kapan pulang, moodnya berubah seketika. Vivi masih tidak bisa melupakan bagaimana Yeshi Kaka perempuannya sangat menentang Vivi untuk kuliah, bahkan dia mengatakan bahwa perempuan tak seharusnya mempunyai pendidikan yang tinggi, karena dianggap hanya membuang uang untuk biaya sekolah nya.

THIS ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang