Part 5

5 1 0
                                    

Aku rela kamu mencintainya
Tapi aku tak rela
Kamu menangis karna nya.
-Renand-

"rumah? "... Ucap aca sambil menampakan wajah bingungnya.

"iya rumah,  aku cuma anak angkat dan ini dulu rumah ku,  yang kutempati selama 14 tahun lamanya,  dan saat ulang tahunku ke 14 tiba tiba bu maryam bilang bahwa aku akan diangkat menjadi anak dari keluarga pengusaha kaya raya di ibu kota"

Aca merasa sangat tak percaya karena beberapa kali aca bertemu dengan ayah kak renand dan menurut aca mereka mirip namun ya sudah lah aca pun tak mempermasalahkan latar belakang renand untuk menjadi temannya.

"gausahhh bengong aja dongg" ucap Renand sambil menarik hidung aca sampai sampai menyebabkan gadis itu sulit bernafas. Karena tak terima maka aca pun mengejar Renand berharap dapat membalas kekesalannya,  akhirnya mereka berlarian mengelilingi pohon itu, tertawa lepas sampai akhirnya Aca tersungkur ke rerumputan.

"aww, sakit" rengek aca pada renand

"eh,  aca mana nya yang sakit? " renand merasa khawatir pada aca yang tersungkur,  jadilah dia berjongkok di depan aca berniat untuk membantunya tapi ternyata.

"rasain makanya gausah jail" ucap aca sambil menarik hidung mancung milik renand dengan sangat semangat.

"aaaaw, ohhh jadi mau mainan jail jailan?" ucap renand sambil mengangkat sebelah alisnya,  dan menggelitiki Aca

Aca pun tertawa sambil berguling guling di rumput tanpa bisa membalas kejailan renand sampai akhirnya aca menyerah akan tindakan kejam renand.

"udahhh ah ka,  aca capeee" ucap aca sambil terus tertawa.. Dan memposisikan diri duduk di rerumputan sambil mengusap keringatnya.

" naik keatas yuk" Bukannya menyuruh aca beristirahat justru renand mangajak aca untuk naik ke rumah pohon. Dengan malas aca pun mengangguk saja sambil mengikuti renand untuk menaiki rumah pohon itu.

"dulu,  kalau aku lagi sedih ataupun banyak tugas,  jengkel dan sebagainya aku pasti kesini" mata Renand menerawang ke masa masa dimana dirinya masih berada di tempat ini.

Aca mendengarkan penuturan renand dengan mengedarkan tatapan takjub kesekelilingnya,  hamparan lapangan hijau dan kebun sayur mayur  ditambah dengan udara yang segar membuat wajah aca semakin berbinar dan melupakan tentang kelelahan yang aca rasakan akibat ulah renand.

"kamu percaya ngga kalau banyak perasaan yang terpendam, berteriak diatas ketinggian dapat meredam? " ucap Renand dengan memandang mata aca lekat.

"seperti ini,  aaaaaaaaaaaa" aca pun berteriak sangat keras seperti benar benar melepas segala perasaan yang banyak dipendam oleh aca, melepasnya ke udara,  dan memberi ruang kepada hatinya untuk sedikit lega.

"aaaaaaaaaa" Renand pun mengikuti aca berteriak,  sama seperti aca Renand merasa beban mulai reda.

Setelah kedua anak manusia itu berteriak mereka pun tertawa bersama sambil menikmati hembusan udara dan menikmati moment yang tercipta.

"apakah kamu benar benar bahagia ca? " ucap Renand dalam hati sambil melihat manik mata aca yang berbinar dengan indahnya.

"kenapa kak? " ucap aca dengan kening yang berkerut bingung dengan seniornya ini mengapa tiba tiba menatapnya begitu lekat.

"engga,  engga papa"

Akhirnya mereka berdua kembali hening,  kembali asik dengan pikiran masing masing.

"kak renand" aca kali ini memilih memulai pembicaraan daripada harus terus dalam situasi diam.

"ya? "  renand pun menolehkan wajahnya menatap aca dengan penuh tanya.

"emm,  nanti temani aca ke toko buku dulu bisa? "

"bisa,  kemana pun kamu mau pergi aku siap" ucap Renand dengan ditambah tawanya.

"yaudah ayo turun"

Akhirnya mereka menuruni tangga rumah pohon itu hingga tak sengaja aca menoleh ke batang pohon yang terdapat ukiran huruf N&R.

"sepertinya ini tidak asing,  tapi kan aku belum pernah kesini,  ah sudahlah" aca merasa ukiran itu tidak asing di benaknya,  dan entahlah aca tak peduli.

"bu, Renand dan aca pamit " ucap renand dilanjutkan dengan menyalami wanita yang merawatnya dulu.

"iya, ngga mau makan dulu? "

"ngga usah bu,  kami langsung aja" kini gantian aca yang menjawab.

"acanya udah ngga sabar beli buku nih,  renand harus cepet cepet nurutin bu hehe" Renand pun mengucapkan demikian hanya untuk sebatas candaan namun ternyata aca bereaksi malu sedemikian dan menurut Renand itu menggemaskan.

"adik adik mana bu?" ucap renand

"sekarang jam tidur siang,  pulang sajalah lagian kalau mereka tau pasti mereka akan menangis dan menyuruhmu untuk main lagi pekan depan"
Ya begitulah polah anak anak panti terhadap renand,  mereka menganggap renand itu kakak yang sangat baik,  makanya mereka tak rela jika harus menyaksikan Renand pergi pulang.

"yasudahlah,  Assalamulaikum, salam juga buat adik adik ya bu"

"waalaikumsalam, iya"

Akhirnya Renand dan Aca pun meninggalkan Panti itu.

Diperjalanan tanpa suara hanya bunyi mesin motor dan hiruk pikuk jalanan, sampai akhirnya mereka tiba di Toko buku.

"yuk masuk" ajak aca dengan mata berbinar

"ngga deh ca,  aku pusing kalo bau buku baru banyak gitu,  aku tunggu di depan toko aja ya" Renand memang sebenarnya sangat benci dengan bau buku baru oleh karena itu dia tidak mau masuk menemani Aca dan karena Renand melihat motor itu terpakir juga disini.

"yaudah,  aku masuk dulu"

"iya"

Baru mata aca melihat lihat buku di rak depannya tiba tiba dia melihat ada sepasang remaja yang sedang asik bercanda di ruang baca,  dan saat aca mendekati,  ternyata...  fani dan Rendra.

"jadi,  jadi ini maksud fani nelfon aku semalam,  jadi fani mau pergi dengan Rendra,  kenapa sekarang mereka sudah pegang pegangan tangan dan bercanda sebegitu asiknya ? Apakah Fani dan rendra sudah menjadi sepasang kekasih? Ah sudahlah aca memang mereka cocok " tentu saja gerutuan ini aca ucapkan dalam hati,  rasanya lidah aca terlalu kelu untuk menyapa fani,  dan juga kaki aca serasa dingin dan kaku, daripada terus menyakiti diri lebih baik aca pergi dari sini.

"kak,  kita pulang" tanpa membeli 1 pun buku akhirnya aca memutuskn untuk keluar dari toko itu dan mengjak Renand pulang.

"loh ngga jadi? "  ucap Renand bingung.

"engga"
Nampaknya Renand faham aca sedang badmood kali ini tapi karena apa Renand belum tau.

Akhirna Renand pun menyetujui ajakan aca dan membawa gadis itu pulang dengan dirinya, sepanjang perjalanan hanya keheningan yang ada,  Renand memikirkan apa yang terjadi dengan aca,  sedangkan aca sedang benar benar mengontrol emosinya,  karena aca sadar aca buka bagian hidup dari seorang rendra,  jadi apa berhak dia marah? Tentu tidak.

Keheningan itu berlangsung sampai tiba dirumah aca, bukannya langsung masuk aca justru terus memandang Renand,  membuat renand bingung sendiri,  apa yang sebenarnya terjadi terhadap gadis dihadapannya itu.

"kenapa?" akhirnya Renand memilih turun dari motor dan menatap Aca.

Bukannya menjawab justru aca memeluk renand dan menenggelamlan wajah nya di dada bidang milik Renand,  renand bingung bukan main apa yang terjadi dengan aca sebenarnya, dan akhirnya renand ingat bahwa dia melihat motor Rendra terparkir di Toko buku yang tadi mereka kunjungi.  "mungkinkah aca menangis karena rendra" ucap renand dalam hati. akhirnya dia pun membalas pelukan aca dan mengusap punggungnya.

"ka,  maaf dan terimakasih" setelah mengucapkan itu acapun melepas pelukannya,  tersenyum seperti biasa dan memasuki halaman rumahnya...

"kenapa kamu terlalu pintar dalam melakukan sandiwara peran? " ucap Renand setelah aca tak terlihat lagi di jangkauan matanya,  setelah itu diapun memilih meninggalkan rumah aca dan menuju ke rumah nya...
.
.
.
.
.
.
.
(Bersambunggg)

TERIMAKASIH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang