Part 3

5 1 0
                                        

Mungkin dengan mencintai yang lain aku dapat mulai lupa bahwa kau yang kucinta dengan paling
-Natasya Cinta-

Entah suasana malam seperti apa sekarang,  tiba-tiba aca tidak bisa menyelamkan diri kedalam alam mimpinya,  justru tetap terjaga dan membiarkan pikirannya berkelana,  seperti saat ini aca tengah asik termenung melihat sang rembukan dan ribuan bintang tewat balkon kamar.

Aca sadar dirinya bukan lah wanita paling baik untuk menjadi sahat stephani,  dia sadar diam diam dia munafik,  menyimpan rasa pada orang yang takan bisa menjadi miliknya.

"loh sayangnya bunda belum tidur? " entah mengapa Rini bunda aca ingin melihat putrinya dan ternyata putri kesayangannya itu masih terjaga di balkon kamarnya.

"iya bunda" aca sebisa mungkin menyembunyikan kegundahan hatinya,  namun bukan Bunda aca namanya jika tidak mengetahui apa yang dirasakan putri tunggalnya itu.

"sini cerita ke bunda,  kan bunda sahabat terbaik aca" Bunda aca memang paling menyayangi aca,  bagi aca Bunda nya lah sumber kebahagiaan dan tempat mengadu.

"Bun,  aca bingung harus gimana. Aca cinta sama orang yang dicintai fani" akhirnya aca melontarkan kegundahannya kepada Bunda tercinta,  mengakui sebuah oengakuan yang tidak akan ernah aca lontarkan selain pada bundanya,  malam ini.

"oh,  masalah cinta,  sini sini" akhirnya bunda aca pun memposisikan diri duduk di kursi dan aca duduk dilantai sambil menyenderkan kepalanya ke pangkuan ibundanya.

"anak bunda yang baik, cinta itu memang tidak bisa kita paksa,  cinta itu datang dengan sendirinya,  aca tidak salah mencinta dia,  namun jika aca mengutarakannya setelah fani bercerita kepada aca itu salah namanya. Aca tau?  Kalau bulan itu tidak pernah memilih harus dekat dengan bintang yang mana,  namun takdirlah yang membuat salah satu bintang dapat lebih dengan dengan sang rembulan daripada yang lainnya.  Jadi cintailah dia sewajarnya,  takdir tuhan tidak ada yang bis menebaknya". Bunda aca berucap sambil mengelus kepala anak semata wayangnya itu dan mencoba merasakan apa yang aca rasakan.

"hemmm,  jadi aca harus apa bunda? " ucap aca sambil mendongakan wajahnya memandang sang ibunda yang paling aca cintai.

"aca cintai saja dia sewajarnya,  lebih baik lagi jika aca mengikhlaskan nya,  jika dia jodoh aca maka takdir Allah yang akan bekerja."

"oke bunda"

"dan bunda berpesan kepada aca,  teruslah tersenyum seperti itu,  aca cantik jika tersenyum dan Bunda senang jika kamu bisa tersenyum". Entah mengapa Rini merasa senyum aca sebentar lagi akan tiada entahlah.

"iya bunda, aca mau tidur tapi dengan Bunda" ucap aca sambil menarik lembut ibundanya.

Akhirnya sang rembulan telah berganti dengan indahnya mentari.

Seperti biasa aca berangkat ke sekolah dan ya hari ini aca berangkat siang,  rasanya terlalu malas untuk berangkat hari ini karena hari ini pelajaran olahraga dan yang aca tak sukai adalah kelasnya 1 jam olahraga dengan kak renand dan dengan rendra.

"Pagi fan" ucap aca loyo sambil mnaruh tasnya.

"kenapa si ca pagi pagi bete gitu?  Bukannya harusnya kamu seneng ya nanti ketemu lagi sama ka renand pas jam olahraga? " tentu fani tkan tinggak diam akan terus menggoda sahabatnya itu.

"apaan sih fan?, males ah yuk ke lapangan dan mau dimulai tuh" setelah mengucapkan itu fani mengangguk dan dengan semngat 45 fani menarik tangan aca ke lapangan.

"selamat pagi anak-anak,  karena bu tutik tidak bisa mengajar kalian maka untuk mata pelajaran olahraga ini kelas kalian digbung dengan kelas bapak" ucapan pak abas cukup membuat derita aca bertambah dan kebahagiaan fani meningkat.

"cobaan apalagi ini ya Allah" aca terus menggerutu dalam hati,  apalagi mapel hari ini voli dan ya begitulah aca paling benci berurusan dengan bola.

"ca,  mimpi apa aku semalem,  baru aja pulbar sekarang olahraga juga bareng" mata fani berbinar,  senyum sumringah terpancar,  Fani sangat merasa gembira karena dia bis berolahraga bersama dengan Narendra.

"gausah lebay deh fan" rasanya aca ingin pergi saja, sudah dari tadi ka renand memperhatikan terus,  ditambah harus main voki barengan sama rendra.

"ya silahkan untuk regu berikutnya untuk bermain di lapangan" ucapan pak abas itu membuat aca seketika lemas harus bermain voli dan lawannya kelas narendra?  Sudan pasti narendra akan melihat dia bermain.

"ca,  buruan sana" fani merasa geram dengan aca sudah dipanggil masih duduk aja.

Akhirnya pertandingan itu berjalan dengan penuh candaan, yang benar saja ini permainan bola voli atau praktik service?

Dan sampai akhirnya bola itu melayang mengenai kepala fani dan tiba tiba..

Bughhhh

"Acaaa" Fani langsung berteriak dan lari kearah aca,  ada apa dengan aca?  Yang terkena bola fani kenapa yang pingsan aca?.

Tanpa menunggu aba aba darimana pun akhirnya dia mengangkat tubuh aca menuju UKS diikuti oleh fani dan entah mengapa Rendra tidak terima dengan tindakan nya untuk membopong aca jadilah Rendra mengikuti Fani untuk ikut ke uks.

Setelah sekitar 15 menit akhirnya aca terbangun dari pingsannya.

"ehh,  aku dimana? " dengan oandangan yang masih kabur,  dan kebingungan mengapa aca disini?

"kamu tuh ya aneh banget orang Fani yang kena bola kok palah kamu yang pinsan? " Narendra langsung mendatangi aca yang telah sadar dari pingsannya.

"Rendra?,  Fani mana? "

"Fani tadi ke kelas ganti baju dan mengambil barang barangmu. Kata pak abas kamu lebih baik pulang saja,  dan nanti kamu diantar kak Rendra,  dia sedang mengambil kunci motor dikelas" Narendra begitu senang akhirnya gadis itu bisa sadar juga dari pingsannya.

"ooh" Sebenarnya aca kecewa kenapa tidak Rendra saja yang mengantarnya,  mengapa harus Kak renand?.

"Aca,  kamu ada hubungan apa dengan kak Renand? "

"aku?  Dengan ka Renand kita.. "
Belum sempat aca selesai berucap fani dan renand sudah datang ke UKS.

"yuk ca pulang,  aku antar" Renand pun langsung membantu aca berdiri dan membantu aca untuk menuju ke mobilnya.

"Kak renand bawa mobil? "

"iya,  motornya lagi di bengkel"

"ohh,  yasudah aca pusing mau tidur"

Setelah sampai di Rumah aca renand tak langsung membangunkan gadis itu. Dia merasa tidak tega gadis itu terlalu lelap dalam tidurnya.

"aca,  apa kamu tidak pernah peka kalau Rendra itu menaruh rasa?  Dan apa kamu tidak tau kalau aku juga cinta?

Setelah mengucapkan itu Renand berusaha membangunkan aca dengan mengelus puncak kepalanya dan memanggil namanya.

"aca,  kita sudah sampai"

"eh kak,  udah sampe? " ucap aca untuk menetralisir keadaan yang terjadi.

"udah,  sana turun istirahat"

"iya"

"kak Renand kalau cinta ke Aca, Aca juga" ketika hendak menututp pintu mobil entah mengapa aca mengucapkan demikian, mengucapkan kalimat itu entahlah aca juga masih bingung namun aca dapat melihat senyum renand yang begitu terlihat bahagia,  dan dirinya?  Hanya senyum simpul penuh tanda tanya.

"kakak duluan " Renand seperti kehabisan kata kata atas ucapan aca,  seperti ingin merutuki diri mengapa mengatakan demikian,  dan terbesit pertanyaan apakah aca mendengar kaliamat pertamanya?

(bersambungggg)

TERIMAKASIH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang