Reasons Why

310 29 0
                                    

Tidak ada banyak hal yang bisa kau lakukan di penghujung masa sekolah menengah atas. Semuanya hanya dipenuhi dengan ujian, ujian, dan ujian. Beberapa anak yang mengejar universitas ternama, mungkin akan stress jika di ujian berikutnya nilai mereka turun.

Hal itu tidak terjadi pada, Jane. Di penghujung masa ini, banyak sekali kejadian yang menurutnya di luar dugaan. Ketika dia beranggapan bahwa masa-masa SMA tidak ada yang indah sama sekali untuk dikenang, membuatnya menarik ucapannya tersebut.

Eits, kita belum akan menceritakan bagaimana masa-masa itu. Kita akan mundur 2 tahun ke belakang. Dimana Jane masih menduduki bangku kelas 10. Dimana semuanya hal di luar dugaan tersebut terjadi.

Dan, semua alasan tersebut muncul.















"Kalau sudah pulang, jangan lupa kabari kakak. Nanti kakak jemput, oke?" Ucap Johnny. Kakaknya Jane.

"Aku bahkan bisa pulang pakai bis umum." Jawab Jane membantah permintaan kakaknya itu. Siapa yang tidak iri pada Jane yang memiliki seorang kakak laki-laki tampan dan perhatian.

Jane hanya tinggal bersama kakaknya, Johnny yang bekerja sebagai polisi bagian tim investigasi. Pekerjaan berat seperti itu kadang membuat Johnny jarang pulang ke rumah, bahkan bisa sampai lupa makan dan juga mandi. Dan untungnya Jane ditemani Kiki, kucingnya. Orang tua mereka sudah meninggal sekitar 6 tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan. Jane tidak tau pasti apakah itu murni sebuah kecelakaan atau memang sebuah pembunuhan yang sudah direncanakan. Sering kali tiap malam, Jane mendapati kakaknya sedang membuka beberapa berkas tentang kecelakaan orang tua mereka.

"Oh, ayolah. Pulang nanti kita makan es krim, gimana?" Rayu Johnny.

"Yaudah. Tapi jangan batal lagi lho ya?."

"Deal!"

"Ok. Yaudah bye!" Jane langsung saja turun dari mobil kakaknya dan segera menuju sekolahnya.

Baru saja berjalan beberapa langkah, seseorang sudah menaruh tangannya pada pundak Jane.

"Ah pagi ini cerah sekali ya?" Tanya Ryujin pada Jane sambil tersenyum.

"Mungkin akan lebih baik jika nanti kita makan pizza di rumahku!" Tambah Yeji yang muncul dari sebelah kiri Jane.

"Ryujin! Rambut kamu diwarnain?" Tanya Yeji yang kaget melihat warna rambut Ryujin berubah menjadi biru.

"Gak akan ada yang marahin dia, Yeji. Jadi biasa aja lagi." Jawab Jane pada Yeji. Wajar jika tidak akan ada yang memarahi Ryujin, karena dia anak dari pemilik sekolah. Dan beruntungnya lagi, Jane berteman dengannya. Ryujin anak yang tomboi, tidak suka aturan, dan berani. Terkadang, dia memanfaatkan yang dia miliki untuk memunculkan keberaniannya.

"Bener juga. Ngapain aku pikirin." Yeji lalu melihat ke arah jam tangannya. Yeji ini punya kembaran, namanya Hyunjin. Famous abis, katanya sih dia lagi ikutan audisi buat jadi Idol, anak kelas sebelah. Biasanya mereka selalu datang berdua lalu berpisah ketika sudah sampai di depan kelas, tapi jika Yeji sudah muncul di hadapan Jane itu tandanya Yeji dan Hyunjin sedang berantem. Ya, berantem seperti saudara kebanyakan pada umumnya.

Mereka bertiga sampai di kelas yang sama. Sekelas dengan sahabat adalah hal terindah. Sekolah mereka menerapkan untuk duduk sendiri-sendiri, Ryujin duduk di belakangnya, lalu Yeji di samping kanannya. Dan Jane juga sekelas dengan seorang laki-laki bernama Jung Jaehyun. Siapa yang menyangka kalau laki-laki paling tampan di sekolah, sekelas dengannya dan duduk di samping kirinya. Membuat siswi-siswi seluruh kelas heboh, ya tidak ada yang bisa menolak ketampanannya. Biasanya saat jam istirahat begitu guru selesai mengajar dan membuka pintu, siswi-siswi sudah berdiri dibaliknya dan langsung menyerobot untuk masuk. Dan untungnya ketua kelas mereka, Winwin, selalu sigap dan tegas.

Contohnya, pagi ini.

"Hentikan kelakuan kalian, atau kalian tidak akan bisa menemuinya lagi besok." Ucapan datar Winwin membuat siswi-siswi itu langsung berdecak dan pergi meninggalkan kelas.

Rawoon yang duduk di belakang Jaehyun langsung angkat bicara, "kenapa tidak kita manfaatkan saja ketampanan pangeran kita yang satu ini, 1 kali tatap muka 20 ribu? Handshake 50 ribu?"

"Gila ya?!" Rawoon langsung saja menerima pukulan di kepalanya dari Jaehyun. Sedangkan Yeji sudah menggelengkan kepalanya.

"Hei Jaehyun! Kalau kau tidak bisa mengatasi para fansmu itu, lebih baik kau pergi saja dari sini. Apa kau tidak kasihan dengan telinga teman-temanmu ini yang setiap hari harus mendengar jeritan mereka? Mereka menjerit seolah-olah sedang di neraka saja, cih." Ryujin tersenyum miring sambil memasukkan permen ke mulutnya.

"Ryujin! Kau tidak boleh berbicara seperti itu!" Ucap Yeji yang terdengar seperti berbisik.

"Um, Jaehyun, maafkan Ryujin. Ucapannya jangan kau masukkan ke dalam hati ya? Kau tau sendiri kan kalau dia memang suka seperti itu." Ucap Jane kepada Jaehyun yang merasa tidak enak kepadanya.

Jaehyun benar-benar tidak mengambil pusing perkataan Ryujin, yang ada didalam pikirannya hanya wajah bersalah Jane yang terus terbayang hingga esok, esok, esok, dan esok. Jaehyun bahkan tidak tau kenapa hal itu bisa terjadi.

Dan Jane, mengakui bahwa dirinya sudah terpesona dengan Jaehyun meski itu hanya 10 detik.




















Hai! Selamat datang lagi di ceritaku:)))
Ya beginilah, aku kangen banget nulis cerita lagi, ya emang kemaren2 nulis sih, tapi di word, males copas ke wp:(((
Yaudah di vote aja biar kita next

Thank u, next

Reasons Why: I Love You • jung jaehyun [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang