Aku mulai resah. Tatapanmu malah kian basah. Aneh lelakiku menitikan air mata dan jelas hal itu tak biasa. Kakimu bergerak kearahku. Seulas senyum kau berikan sedikit menenangkanku.
"Garda...jujur saja sikapmu membuatku takut hari ini.". Tuturku seraya membalas senyumnya. Kemudian ia duduk disebelahku dan kembali memandang semburat jingga keunguan di ujung sana. "Kau tahu Rasi?...senja ini harusnya menyenangkan seperti biasanya." Ia memberi jeda. Aku diam menyimak dan bersiap atas apapun yang akan ia sampaikan nanti.
"Maaf,aku harus merusaknya sekarang."
"Apa maksudmu?. Bicaralah jangan bertele - tele. Aku sudah terlalu lama menunggu jangan buat aku menunggu lagi."
Seharusnya dia tahu aku tak pernah suka dibuat menanti. Karena hal itu adalah pekerjaan yang sangat aku benci.
Garda mengangguk,tanda ia akan mengabulkan kemauanku untuk tidak berbasa - basi lagi.
Aku menggosok lenganku. Udara sudah semakin dingin saja. Di depan sana surya sudah tenggelam sempurna. Menyisakan gelap dan angin kencang menerpa. Aku menoleh padanya,masih betah menanti sesuatu yang hendak ia sampaikan.
"Rasi...ini adalah senja terakhir kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
seribu senja satu rasa
Romancesenja... kali ini bukan keindahanya yang ingin kubahas melainkan keajaiban yang tersirat dalam waktu singkat itu waktu yang hanya beberapa jam itu mampu membawa kita ke dimensi lain memang, hanya jingganya yang nampak di mata namun seribu rasa hing...