bag 5 "flashback 2"

88 37 4
                                    

aku ga ada jadwal update ya

Entah gimana. Sekarang aku tengah menikmati es kelapa muda ditengah teriknya cuaca Jogja dan point pentingnya bersama dengan cowok bewajah tampan yang aku incar sedari tadi. Merasa diatas awan?. Iyalah orang bisa kayak gini aja aku harus merendahkan diri,pake bohong juga. Yang penting bisa dua-duaan sama abang ganteng. duilah Rasi.

Mata dari tadi ga kekontrol sumpah. Pengenya liatin ciptaan Allah yang masyaallah sempurnanya ini. Ngeliat dari samping aja bikin sejuk hati. Bulu matanya yang lentik hidung super mancung dan bibir kissablenya. Aku menggelengkan kepala keras-keras saat terpikir yang terakhir. Sadar deh Ras,lu siapa dia siapa.

Sebuah telapak tangan melambai-lambai didepan mukaku. "kenapa menggeleng seperti itu?. Ada yang salah?." Tanya seorang yang kulamunkan sedari tadi. Awwww suaranya membuatku gila. Andai tadi sempat kurekam. Akan kudengar suara indah itu setiap waktu. Cengiranku mengembang  lebar. Membayangkanya saja sudah seuwwu ini. Bagaimana jika
itu menjadi kenyataan?. Rasanya hidupku sudah melebihi kata sempurna apalagi...apalagi bila seorang Garda Alvian ini menyandang status sebagai pacar. "aaaa...uuuhhuu." Anjirrr...tanpa sadar aku menjerit penuh semangat. Lelaki disampingku kembali bertanya lewat raut mukanya. Dan aku cuma menyeringai dan menggeleng pelan.

Kata Garda aku harus menunggu di dekat lobi. Supaya jika 'keluargaku' yang mencariku tak kesusahan untuk menemukanku. Aku hanya patuh. Tapi hatiku terus memperhitungkan. Rugi ga sih bohong-bohong dan mempertaruhkan statusku di KK
keluarga Ahmad hanya untuk duduk minum air kelapa di warung ini. Bibir manyun memikirkan misi untuk menghabiskan hari bersama pria tampan ini. kerja otakku berhenti saat Garda tiba-tiba beranjak dari duduknya. Aku mendongak. "Kira-kira kita enaknya ngapain sambil nunggu keluarga kamu jemput kamu?."

Tahu diri ga sih kalo bilang aku jodoh sama dia?. Bisa kompak gitu ya pikiranya. Aku tersenyum padanya. Ehh kok langsung mau. Aku menurunkan sudut bibirku lalu bertanya. "lahh trus klo gue pergi mereka kesini?." Haha you're a great actrees Ras. Smirk kecil muncul dibibirku. "Nihh...aman kok. Emang kamu mau nunggu disini mulu. Enggak bosen?." Garda menunjukkan benda kotak berantena. Ahh iya namanya walkie talkie kalo ga salah. Aku tersenyum,lalu berlagak seperti menimbang. Langsung mau ntar murah banget kesanya.

Garda masih menatapku menanti keputusan aku menyetujui idenya atau tidak. Aku mengangguk. Dan selanjutnya aku seperti disiram seember air dingin. Karena apa?. Si cowok misterius ini dengan tiba-tiba mengangkat kedua sudut bibirnya tinggi-tinggi. Menyebabkan puluhan kupu-kupu diperutku beterbangan. Yaampun enggak senyum aja gantengnya kebangetan apalagi senyum coba. untung ga pake pingsan tadi liatnya. "yukk.."

Aku pun mengikutinya. Garda terus berjalan menjauhi arah lobi. Tanpa kuduga ia membawaku keluar. Ia kemudian mengajaku ke dalam sebuah kedai kopi. Baguslah daripada di candi terus kan. Kami memilih meja outdoor. Sekalian memanjakan mata dengan cantiknya jalanan Jogja serta teriknya matahari siang. "suka kopi?." Aku mengangkat wajah. Dahiku bergelombang memikirkan jawabanya. "ga tau. Tapi gue masih bisa minum kalo kopi susu,cappucino misalnya. Itu masih aman." Garda memanggil waitress. Ia menyebut pesanan kami. Dua cappucino dan beberapa  snack. "cappucino juga?."

Garda mengangguk. "sebenarnya saya ga suka kopi yang pahit. cuma bakpia disini enak keripik belutnya juga." Mata membelalak. Belut?. Kok aku ga denger dia tadi pesen belut. Iyuhhh aku membayangkan mahluk panjang berlendir berwarna cokelat itu. Jijik. Gimana bisa orang-orang memakanya. Tak berapa lama waitress datang membawa pesanan kami. " nihh cobain...." Garad menyodorkan keripik cokelat dengan bentuk tak beraturan itu kearahku. "itu belutnya?." Tanyaku.

"iya. Kamu harus cobain. Ini enak,saya bisa jamin. Gihh dicoba."
Aku menelan ludah. Cobain ga ya?. Tapi liat ekspresi kembaran Manu Rios ini aku jadi tak tega menolak. Dihh mana kebayang mulu lagi bentukan versi hidupnya. Ahh elah ga enak tinggal mutahin kan. Tanganku terjulur mengambil keping keripik belut. Belut woyy!!. Garda mengangguk meyakinkan saat aku hendak memasukan keripiknya ke dalam mulutku. "Kalo gue ga suka hukumanya lo nemenin gue seharian ya!." eww modus gue udah kaya fakgirl lagi mencari mangsa aja. Lagi-lagi Garda mengangguk.

Mataku memejam saat keripik itu menyentuh permukaan lidahku. Satu gigitan, kresss. hmm gurih,crispy. Kok enak sih. Garda menaikkan alis. "gimana?. Masih mau bilang jijik." Malu-malu aku mengangguk. Dihh aku tanpa rasa malu menyomot keripik itu lagi. Garda tergelak. Image Rasii,halah bodo. Orang enak gini kok.

" Lain kali kalo belum coba jangan bilang ga enak dulu. Kan jadi malu mau makan banyak. Haha." Bibirku mengerucut. Setan emang ni cowok. Dari tadi ga berhenti ketawain,salah aku sih brutal banget tadi makanya. Ampe rebutan sama dia. Tapi udah kali ngetawainya malu tau. Anjirr emang. Untung ganteng kalo kafak mah udah gua tendang tuh masa depanya. *ehh alay ya

Kami beralih tempat ke Candi lagi. "lo itu guide disini?." Garda menggeleng. "saya itu cuma tamu." Aku menoleh padanya. Cowok ini apa/siapa kalau bukan seorang guide?. Tak terasa kami sedang menaiki puncak candi. Jalan kaki sama cowok ganteng ga kerasa ya capeknya. "Saya dari kecil disini. Hidup dan tumbuh disini. Rumah saya deket sini,tapi udah pindah sih sekarang." Oh i see. Tapi perlakuan orang di Candi beda banget tahu. Yang kaya respect gitu.

Saat tiba di puncak Candi Garda duduk ditepi Candi. Kakinya dijuntaikan. Aku mengikuti arah pandangan cowok itu. Pemandangan pelataran candi langsung memanjakan mataku. Jingga cerah menyilaukan mata terpampang di atap bumi. Cantik. Selama ini aku kemana aja sih,kenapa bisa ga sadar kalo langit bisa seindah ini pas warnanya jingga keemasan gini. "bagus kan?. Baru sadar kalo Jogja ga semembosankan itu kan?." Aku tak mendengar dengan jelas omongan lelaki disampingku ini. Aku seperti terhipnotis dengan fenomena bernama senja ini. Damai rasanya walau hanya dengan menatapnya. "bentar lagi pak Ahmad mau kesini Ras." Lagi-lagi kupingku seperti sedang absen mendengar. Moment didepanku sayang untuk dilewatkan meski hanya beberapa detik. "Dasar anak Sma baru." Yang ini aku mendengarnya. Aku tertegun. Kok dia tau sih?. Belum kagetku hilang tiba-tiba Kak Farel mendekat kearahku dengan smirknya. "bro...makasih ya udah jagain bentar ni tikus satu?." what the?.apa apan si nih.

Garda memeluk bahu Kak Farel akrab. Adoohh ada yang bisa jelasin ga sih sama Rasi. Adek bingoong ini. Mana Kak Farel melotot lagi. Pasti bentar lagi bakal tausyiah 4 jam. Papa juga ntar ikut2an marahin. Double kill ini mah.

seribu senja satu rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang