"Peluk bayi beruang!....ahahaha."
Garda tertawa keras setelah memelukku. "Ekspektasinya mau kek difilm ily itu jadinya awkward gini yah.." Garda menertawai dirinya lagi. Ia berharap dengan lelucon tadi aku akan menghentikan tangisku. Tapi malah semakin kuat saja isakanku Ia menangkup pipi chubby milikku. Ikut memajukan bibirnya,cemberut. Ahh siall. Ekspresinya membuat aku gagal menahan tawa. Ayolah semudah ini aku membiarkanya menang. Rajukanku seketika terlupakan. Aku memeluknya untuk menyembunyikan pipi tomatku. Ia akan pergi meninggalkanku. Rasanya sulit untuk menerima pamit-nya. Walaupun kemarin kemarin aku sudah menyetujui kepergianya.Lelakiku ini harus berjarak denganku karena ia dibutuhkan di Jogja. Aku tak paham,tapi ada kendala yang mengharuskanya turun langsung ke workshop pada salah satu pabrik Batik milik keluarganya. Ingin sekali aku ikut,aku merutuki diriku yang harus telat lagi sidang semester ini. Hingga aku harus terpisah dengan Garda. "Kamu bisa menyusul saat liburan....Ras,kamu tau kalo kamu kaya gini aku susah ninggalin kamunya. We'll be okay,you'll be fine. Oke,ga ada yang perlu kamu risaukan. Got it?."
Aku mengangguk. Aku tahu,tapi tetep berat saat melihatnya berjalan membelakangiku di bandara. Ada perasaan takut kehilangan. "Kamu janji akan terus hubungi aku?. Kamu mau janji akan terus kabari aku?." Garda senyum lalu mengangguk kuat-kuat. Aku menatapnya lama. Aku menggeleng. Sulit. Lagi setelah sekian lama aku merutuki takdir. Garda meraup tanganku yang meremas kain yang melekat dipinggangya. Dan yang terjadi air mataku tumpah sekali lagi. Walau kemarin sudah kuhabiskan banyak untuk menangisinya. "Aku tunda saja ya,besok atau lusa aku baru berangkat.... Kan aku bilang kamu ga usah ikut nganter. Sedih lagi kan kamunya. Ayokk pulang aja."
Aku menahan tanganya yang membawaku membelakangi tempat check in. "No...you have to go....ill try to be okay."
Sebenarnya saat dirumah ia sudah memutuskan untuk membatalkan penerbangan karena tangisku yang tak kunjung henti. "Kamu berangkat besok pun aku pasti susah nglepasnya...udah sana,ntar waktu check innya abis." garda menngangkat daguku. Netraku otomatis terarah padanya. "Udah dong nangisnya,ga sakit matanya dari tadi ngeluarin air mata mulu. Kalo kamu gini aku khawatir Ras." aku mengangguk dan menyeka air mataku. Mencoba untuk tak mengeluarkan air mata lagi. Tersenyum sedikit lalu membalik badan kekar Garda untuk mendorongnya.Aku masih menemaninya saat akan boarding. Lensa kami selalu bertemu. "Aku ga akan bosan bilang kita akan baik-baik aja Ras,aku bersumpah ga mau kalah sama jarak. Ini cuma masalah waktu, when i've done with my bussiness there,i swear you are the first place i will go to stay. Aku minta tolong sama kamu untuk berjuang demi kita. Bertahan buat aku. Oke." lagi,cairan asin ini menuruni wajahku. Kami memang sedikit drama,tapu sungguh berjarak setelah 7 tahun lekat sangat menyesakkan. Aku menatap sebuah kotak cokelat yang ia letakan ditelapak tanganku olehnya. "Aku ga kasih apa-apa. Karena aku tahu terlalu banyak kenangan kita untukmu ingat jika rindu. Aku pesen sama kamu buat tetap habiskan senja seperti biasa karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Baik-baik bintangku. Semoga semesta menemanimu mesra saat aku tiada." garda melangkah menjauhiku,semakin deras saja air keluar dari kelopak mataku. Ia merengkuh punggungku,mengecup keningku lama. "Udah Garda..."
Aku membelalanginya. Kurasakan sebuah telapak tangan mengusap bahuku. "Aku pergi....dan pasti aku kembali." sumpah aku takkan kuat melihatnya melangkah menjauhiku. Saat kurasa punggungnya jauh aku membalik badan. Ternyata Garda juga menatap kearahku. Matanya juga berderai air mata. Tuhan betapa egoisnya aku hingga tak kusadari bahwa perpisahan ini juga menyakitkan untuk lelakiku itu.
Aku menjalankan mobil audi milikku kearah pantai. Pukul 15.00 wib. Mungkin aku bisa menghabiskan senjaku disini. Kehempaskan pantatku kepasir putih. Rasanya lelah,sesak,lemas. Tak terkatakan. Menatap langit berjam jam kedepan sepertinya dapat sedikit meredam remuknya hatiku kini. Karena saat bola mataku menyapu langit rasanya masalahku juga ikut mengangkasa membentuk apa saja dan bummm berserak,terpecah lalu hilang terganti biru atau jingga di langit.
Pipiku menggembung bersiap menghembuskan nafas kencang-kencang. Sedikit lega,optimis Rasi kau pasti bisa menghadapi ujian ini. Aku bisa mengalahkan rasa geramku pada menunggu. Aku bisa meniti jarak ini pelan-pelan. Aku bisa. LDR ill win this time. Seperti orang gila aku mengepalkan tangan lalu dengan suara nyaringku aku berteriak.. "LDR MAHH KECIIIILL SEUPILL .. .hahahaha tapi kok nyesek gini sihh." sudahlah. Huffffttt
Saat menoleh dan melihat sebuah kotak kecil seukuran ponsel yang diberikan Garda tadi. Buka jangan ya,ntar dibuka makin sedihh. Ga dibuka penasaran. Oke,dibuka aja. Aku tersenyum ketika mendapati liontin berbandul bintang. Padahal aku punya tiga dirumah. Ada note warna pink yang dikaitkan pada kalung itu
Yang dirumah kan udah lusuh,warnanya udah ga bagus. Ini kamu pake terus ya. Love
Romantis banget sihh. Lalu tanganlu tergerak untuk mengambil kertas dibawahnya.
Surat? Lucu bangettt,pake surat-suratan.Dear,
Kau hadir saat ku cari makna tentang indah
Temani diriku yang merasa kalah,patah dan payah
Dikau bisikan bertahan jangan patah arangTak terasa kau betah dan ramah
Buatku nyaman tak ingin kau hilang
Kita sama,ikrarkan cinta muncul setelah sukaLalu kita bersama arungi hal-hal tak terduga
Canda,gelak,bahagia mewarnai hari kita
Kadang muram,gundah dan air matapun datang ramaikanTapi kita kuat
Kaki kita dalam menapak
Halau semua rasa yang tak harus adaTerimakasih cinta,
Juang kita berhasil kokohkan hubungan dengan seribu senja milik kitaBolehkah aku meminta?
Berjuanglah lagi kali ini
Jangan menyerah sampai nantiBetul kita berjarak
Tapi usah sampai berserak
Boleh nanti kau bosan
Tapi usah sekali melupakan kesanJanjiku bisa kau pegang
Tak akan ku hilang
Sebab kau adalah tempatku pulang.Garda
Yang selalu mencintaimuAku memeluk kertas itu erat dengan senyum lebar. Lelakiku tak pandai mengolah kata setahuku. Tapi ia membuatkan kata-kata ini buatku. Terimakasih sayang,hatiku membaik sekarang. Aku menatap keatas. Lelakiku juga pasti menghadap ke langit pada jendela pesawat. Kami menikmati senja yang sama,dengan rasa yang sama. Hanya saja tempat kami berbeda.
____________________________________
Tau deh gaje. Ga tau mo nulis apa.
Lanjut minggu depan yah..
KAMU SEDANG MEMBACA
seribu senja satu rasa
Romancesenja... kali ini bukan keindahanya yang ingin kubahas melainkan keajaiban yang tersirat dalam waktu singkat itu waktu yang hanya beberapa jam itu mampu membawa kita ke dimensi lain memang, hanya jingganya yang nampak di mata namun seribu rasa hing...