Ketika itu senja
Dibawah payungan langit jingga dengan merah muda merona
Aku terus membenarkan anak rambut yang menggelitik pelipisku sesekali malah menusuk mata. Pedih.Kamu?. Kerjamu cuma melempar batu pada lautan. Yang aku tahu kau sedang menahan semua kegugupan,resah,atau amarah?. Aku tidak tahu. Menanyakanya sekarang bukanlah hal yang tepat juga.
Yang aku tahu semilir angin pada sore ini bukan saksi kebahagiaan kita. Bukan juga tambahan koleksi kenangan indah pada senja milik kita.
Kamu ingin mengungkapkan sesuatu. Dan sesuatu itu sedikit membuatku gelisah. Menilik sikapmu yang seolah berat menuturkanya. Aku sungguh benci menunggumu selesai dengan kegugupanmu. Hal itu membutuhkan waktu lama. Seperti yang sudah-sudah
Surya sudah tenggelam separuh. Kamu masih betah dengan kerikilmu. Laiknya kamu berkata "aku tidak akan berhenti sampai semua kerikil ini karam di dasar laut." Aku memejamkan mata menikmati melodi lautan. Debur ombak dan gerincing air memenuhi pendengaranku. Tenteram.
Kulihat kamu sudah selesai dengan pelampiasanmu. Kamu berdiri di bibir pantai. Retinamu terkunci padaku. Menatapku dengan...
Pandangan itu terlihat berbeda. Tidak dapat kutebak apa yang ada disana.sas
KAMU SEDANG MEMBACA
seribu senja satu rasa
Romantizmsenja... kali ini bukan keindahanya yang ingin kubahas melainkan keajaiban yang tersirat dalam waktu singkat itu waktu yang hanya beberapa jam itu mampu membawa kita ke dimensi lain memang, hanya jingganya yang nampak di mata namun seribu rasa hing...