bag 1

190 73 6
                                    

Ketika itu senja
Dibawah payungan langit jingga dengan merah muda merona
Aku terus membenarkan anak rambut yang menggelitik pelipisku sesekali malah menusuk mata. Pedih.

Kamu?. Kerjamu cuma melempar batu pada lautan. Yang aku tahu kau sedang menahan semua kegugupan,resah,atau amarah?. Aku tidak tahu. Menanyakanya sekarang bukanlah hal yang tepat juga.

Yang aku tahu semilir angin pada sore ini bukan saksi kebahagiaan kita. Bukan juga tambahan koleksi kenangan indah pada senja milik kita.

Kamu ingin mengungkapkan sesuatu. Dan sesuatu itu sedikit membuatku gelisah. Menilik sikapmu yang seolah berat menuturkanya. Aku sungguh benci menunggumu selesai dengan kegugupanmu. Hal itu membutuhkan waktu lama. Seperti yang sudah-sudah

Surya sudah tenggelam separuh. Kamu masih betah dengan kerikilmu. Laiknya kamu berkata "aku tidak akan berhenti sampai semua kerikil ini karam di dasar laut." Aku memejamkan mata menikmati melodi lautan. Debur ombak dan gerincing air memenuhi pendengaranku. Tenteram.

Kulihat kamu sudah selesai dengan pelampiasanmu. Kamu berdiri di bibir pantai. Retinamu terkunci padaku. Menatapku dengan...
Pandangan itu terlihat berbeda. Tidak dapat kutebak apa yang ada disana.

                            sas

seribu senja satu rasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang