Bersembunyi itulah yang sering dilakukan kebanyakan orang ketika ia merasa tidak mampu atau takut menghadapi segala kenyataan yang akan menyakitinya, atau tepatnya lebih menyakiti. Elea merupakan salah satu dari sekian juta manusia yang seperti itu. Ia masih tetap bersembunyi ketika bayangan kelam itu kembali menghantuinya, meskipun berulang kali ia mengingat kan dirinya untuk memberanikan diri menghadapi rasa takutnya, namun sampai saat ini tidak ada satupun yang mampu memberinya kekuatan agar ia mampu melawan rasa takut yang terus menggerogoti jiwanya.
Mendengar percakapan antara Aksa dan seseorang di seberang sana membuat rasa kantuknya hilang begitu saja, bahkan ia enggan kembali ke tempat tidurnya dan memilih keluar kamar, menuju kamar kedua orang tuanya.
Rasanya tidak sopan mengunjungi kamar Ibunya, karena mungkin saja Ibu dan juga Daddy nya sedang istirahat, atau mungkin yang lainnya. Awalnya Elea ragu, namun seperti sudah merasakan kehadiran putrinya tiba-tiba pintu kamar Ibunya terbuka.
"El, ada apa nak? Kok disini?" Tanya Kanaya, merasa aneh karena Elea tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Tadi El dari dapur, habis ambil minum. Pengen tidur bareng Ibu sama Daddy." Balas Elea, ia berbohong karena tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya.
"Suamimu bagaimana?"
"Dia sudah tidur,"
"Ayo masuk. Kebetulan Dad sama Ibu belum tidur." Kanaya melebarkan pintu kamarnya, mempersilahkan Elea masuk.
"Loh El, kenapa sayang?" Tanya Revan, yang tengah memainkan ipadnya.
"Kangen, mau tidur bareng kalian." Balas Elea, ikut bergabung bersama Revan dan masuk kedalam selimut menutupi tubuhnya.
"Suamimu?"
"Dia udah tidur Dad. Lagipula setiap malem aku tidur bareng dia, jarang banget kan aku tidur bareng kalian." Rajuk Elea sambil meletakan kepala di pangkuan Revan.
Revan pun akhirnya meletakan ipad dari tangannya dan meletakkannya di nakas sebelah tempat tidur. Ia mengusap lembut kepala putri sulungnya dengan penuh kasih sayang, membuat Elea menikmati sentuhan sang ayah sambil memejamkan matanya.
Tidak berselang lama Kanaya pun ikut bergabung setelah menutup pintu kamar.
"Kamu yakin Aksa tidak akan mencarimu?" Tanya Kanaya.
"Nggak, Bu. Dia kalau tidur udah kayak kebo." Kekeh Elea, meski sebenarnya ia tidak pernah sekalipun melihat Aksa tidur, itu hanya hanyalannya saja.
"Kalian gak lagi mesra-mesraan kan? Ingat ya, aku gak mau punya adek lagi."
Revan dan Kanaya sama-sama tertawa,
"Kami sudah tua sayang, gak mungkin juga Ibu hamil lagi."
"Meskipun udah tua, tapi Ibu masih sangat cantik. Iya kan Dad?" Tanya Elea, menatap Revan.
"Iya, Ibu masih tetep cantik seperti dulu. Mirip banget sama kamu." Balas Revan sambil terus mengusap lembut rambut panjang Elea.
"Bukannya aku mirip Daddy? Danisa yang lebih mirip Ibu, wajahnya cantik dan disukai banyak orang." Balas Elea tenang, namun kedua orang tuanya bisa melihat raut sedih di wajah Elea.
"Jadi kamu mau bilang Dad jelek?" Goda Revan, sambil berpura-pura marah.
"Nggak gitu! Dad ganteng kok, kayak artis thailand Mike Angelo," balas Eela sambil terkekeh melihat Revan pura-pura marah.
"Kamu dan Danisa, dua wanita paling cantik di dunia ini. Kalian sama-sama istimewa untuk kita berdua," Kanaya mengusap punggung Elea, ia mencoba lebih hati-hati setiap kali ia membahas Danisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara untuk Elea
RomanceWARNING!! MATURE KONTEN! BUAT DEDEK-DEDEK GEMAY DI LARANG MENDEKAT! Bijak dalam pilih bacaan, jika terjadi baper dan halu berkepanjangan, harap tanggung sendiri! Berkisah tentang Aksara dan Elea yang harus terlibat dalam sebuah perjodohan. Awalnya...