Kini sudah jam istirahat, Lisa sangat antusias karena akhirnya ia merasa bebas dari pelajaran yang membuatnya pusing tujuh keliling.
"Ci ayoo gue udah gak kuat ada dikelas" ucap Lisa sambil berdiri dari duduknya.
"Gue nitip aja deh Sa, gue lagi mager" balas Cia hal itu pun mendapat pelototan malas dari sahabatnya itu. "Ish males banget masa gue sendiri? Ayoo lo ikut aja ke kantin" ucap Lisa sambil menarik - narik lengan kiri Cia.
Cia menarik nafas panjangnya sebelum akhirnya ia menepis pelan tangan Lisa yang berusaha menarik dirinya. "Kalo lo gak mau gue titipin yaudah gak apa - apa, lo ke kantin aja sanah. Gue lagi males" ucap Cia sambil mengeluarkan earphonenya yang tadi sudah dikembalikan oleh Lisa.
"Yaudah lo mau nitip apa? Jangan baperan gitu ah lo. Kebiasaan banget kalo udah badmood kebawa - bawa kesemua" gerutu Lisa yang masih dapat didengar oleh Cia. "Jus jambu tapi gak manis" ucap Cia sambil menyumbat telinganya dengan earphone miliknya itu.
"Okee, gue ke kantin ya" pamit Lisa dan mendapat anggukan dari Cia. Ia sendiri pun kini tengah asik mendengarkan musik - musik dengan mata terpejam.
Tiba - tiba ia merasakan seseorang mengguncang tubuhnya pelan. "Taro aja disitu Sa, nanti juga gue minum" ucap Cia yang ia fikir bahwa itu adalah Lisa yang telah kembali dari kantin. Namun guncangan tersebut tidak kunjung berhenti, dengan malas ia membuka kedua kelopak matanya itu, ternyata bukan sahabatnya yang ia lihat melainkan teman kelasnya Mira.
"Ada apa Mir?" Tanya Cia menatap Mira sebentar. "A-anu Ci maaf kalo gue ganggu lo, tapi lo tadi dipanggil ke ruang kepsek" ucap Mira sambil menunduk. "Thanks" hanya itu balasan dari Cia, kemudian ia bangkit dari kursinya keluar dari kelas.
Ia berjalan santai menuju ruangan kepala sekolah, ia tahu betul siapa yang memanggilnya. Saat sudah sampai diruangan kepala sekolah ia langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Ciaa sayangnya mamah, akhirnya mamah bisa ngeliat kamu lagi nak. Mamah udah kangen banget sama kamu" ucap Fitri Anggraeni- mamahnya. Cia mendengus sinis menatap Fitri.
"Kangen? Hah gak usah basa - basi! Cia udah bukan anak kecil lagi. Cia udah ngerti semuanya! Kenapa anda yang katanya 'mamah' untuk Cia gak pernah ada untuk Cia, gak pernah ngeliat gimana perkembangan Cia, gak pernah pengen tau gimana hari - hari yang Cia lalui, dan yang paling ironisnya anda gak pernah perduli dengan Cia! Pokonya Cia benci dengan anda!" Ucap Cia santai namun menohok, ia mati - matian menahan air matanya agar tak jatuh.
Sedangkan Fitri sudah menangis tersedu - sedu ditempatnya. "Saya pamit" ucap Cia lagi karena ia rasa Fitri sudah tidak akan mengucapkan apapun lagi. "Tunggu dulu nak, dengerin penjelasan mamah dulu.." ucap Fitri sambil menangis. Cia tidak perduli dengan ucapan Fitri kemudian ia berlari keluar dari ruangan kepala sekolah dengan beruraian air mata.
Ia mengunci dirinya disalah satu bilik kamar mandi. Disitu ia menumpahkan semua air matanya, ia benar - benar rapuh, ia butuh tempat untuk bersandar. Ia benci saat ia harus menjadi rapuh seperti ini, menangisi hal yang sudah tak pantas untuk ditangisi.
Namun sebuah keluarga yang seharusnya menjadi tempatnya untuk mengeluh kesah kini menjadi penyebab utama mengapa air matanya keluar. Tidak ada lagi sapaan 'morningg' disetiap paginya, tidak ada lagi ucapan 'ayo sayang, papah antar' setiap ia akan berangkat sekolah. Semuanya sudah sirna dari sepuluh tahun yang lalu, namun bodohnya ia, ia masih mengharapkan bahwa keluarganya akan menghangat kembali seperti dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain, I Love You!
Teen FictionBagi Alicia didunia ini tidak ada yang namanya cinta ataupun cinta sejati, sebab sedari ia kecil ia tidak pernah mendapatkan rasa cinta dari orang orang terdekatnya. Rasa trauma membuatnya berubah menjadi seorang Alicia yang sulit untuk digapai. Nam...