Saat ini Cia tengah sibuk menonton film kesukaannya dilaptop hingga sebuah pesan masuk terus menerus mengganggunya yang sedang asik menonton film, dengan kasar ia menutup laptopnya tersebut tanpa memperdulikan filmnya yang masih berputar. "Kenapa sih ni orang maksa gue banget!" Gerutu Cia saat melihat bahwa notifikasi tersebut berasal dari Deni yang memintanya untuk datang kerumah Evan malam ini.
Tak berapa lama handphonenya berdering menandakan adanya panggilan masuk dari Deni. Dengan mendengus malas ia mengabaikan telfon tersebut, namun panggilan tersebut tak kunjung berhenti akhirnya dengan jengkel ia mengangkat panggilan Deni papahnya itu.
"Ada apa?" Tanya nya to the point ketika sambungan telfonnya ia angkat. "Gak mau! Anda siapa menyuruh menyuruh saya ha?" Tanya Cia lagi "haha itu urusan anda bukan urusan saya. Sekali saya bilang gak mau ya saya gak akan datang" tegas Cia lagi. "Poko-.." sambungan telfon diputus oleh Deni secara sepihak. Cia hampir menangis sekarang, ia benar benar tidak suka dengan cara Deni yang memaksanya untuk datang kerumah Evan nanti malam.
"Make segala ngancem mau nyita apartemen gue pula, arghhhh!" Teriak Cia frustasi. Ia benar benar tidak ingin datang, tapi Deni tidak pernah main main dengan ucapannya. Sebenci apapun Cia dengan Deni atau pun Fitri namun semua barang barang yang dimiliki olehnya saat ini adalah milik kedua orang tuanya bukan miliknya sendiri. Maka dari itu orang tuanya kerap memaksa ia untuk melakukan perintah mereka dengan sebuah ancaman terutama Deni yang suka sekali memaksanya.
Tok..tok
"Non, kenapa teriak non? Non gak apa apa didalem?" Tanya bi Surti dengan khawatir diluar pintu kamarnya. "Ehh gak apa apa ko bi! Cuma tadi tuan Deni nelfon" jawab Cia dari dalam. Bi Surti hanya mengangguk mengerti, memang jika sehabis ditelfon dengan papahnya itu Cia sering kali mengeluarkan emosinya dengan berteriak jadi bi Surti dan pak Supardi sudah paham, setelah memastikan Cia baik baik saja bi Surti pun kembali ke dapur.Pada malam harinya Cia berdiri didepan cermin walk in closetnya ia menatap pantulan dirinya dicermin yang sedang menggunakan blouse berwarna navy 'gak cocok terlalu pendek, ganti deh..' gumamnya sambil berjalan kembali kelemari pakaiannya. Ia mencari cari baju yang sekiranya sopan untuk ia pakai kerumah Evan. Fyi, Cia memang tidak terlalu menyukai blouse atau celana yang terlalu pendek itu terlalu mengumbar aurat menurutnya jadi ia biasa memakai baju atau pun celana yang sedikit lebih panjang.
Akhirnya ia mengambil blouse berlengan balon berwarna lilac, ini merupakan blouse yang jarang sekali ia pakai bukan karena blousenya jelek ataupun terlalu pendek, tidak! Namun karena keindahan blouse ini akan ia tunjukan kepada siapa? Bahkan orang tua yang ia harapkan akan memuji dirinya ketika memakai blouse ini pun tidak ada, jadi dengan alasan apa ia akan memakai blouse ini?
Namun sekarang karna kata Deni bahwa acara yang diadakan dirumah Evan merupakan acara yang formal maka ia dilarang untuk memakai kaos ataupun kemeja gaya andalannya seperti biasa.
Rambut panjangnya ia curly bawahnya saja, tak lupa ia memakai jepit rambut untuk menjepit poninya menyamping. Ia memoleskan make up tipis tipis diwajahnya yang tirus itu setelah merasa selesai ia mengambil tas tangan bermerk channel kesukaannya yang ia beli dua bulan yang lalu.
Setelah memastikan sekali lagi tampilan dirinya dicermin ia mengenakan high heelsnya lalu keluar mencari pak Supardi. "Non rapih banget mau kemana toh non?" Tanya bi Surti yang sedang mengelap meja dapur. "Mau kerumahnya Evan bi, Cia berangkat ya bi" pamit Cia terburu buru sebab jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas sedangkan acaranya dimulai dijam tujuh dua puluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain, I Love You!
Teen FictionBagi Alicia didunia ini tidak ada yang namanya cinta ataupun cinta sejati, sebab sedari ia kecil ia tidak pernah mendapatkan rasa cinta dari orang orang terdekatnya. Rasa trauma membuatnya berubah menjadi seorang Alicia yang sulit untuk digapai. Nam...