P.5

22 5 0
                                    

Pagi harinya Cia bangun dengan mata sembabnya. Rambutnya pun acak acakan, wajahnya pun tampak lelah. Dengan gontai ia melangkah kan kakinya menuju kamar mandi setelah itu ia menuntaskan kegiatan mandinya.

Kini ia telah selesai mandi dan ia juga sudah memakai seragam lengkapnya. Ia memastikan sekali lagi pantulan dirinya dicermin lalu setelah itu ia mengambil tasnya dan berjalan turun ke bawah.

Ia benar benar tak bersemangat pagi ini rasanya, "non ada yang mencari non diluar" ucap bi Surti saat Cia berjalan menuju meja makan. "Siapa bi?" Tanya Cia acuh, "tidak tahu non sepertinya orang baru sebab bibi baru pertama kali melihatnya datang kemari" ucap bi Surti lagi.

Cia terdiam sejenak sebelum akhirnya melangkah ke pintu depan untuk melihat siapa orang yang dimaksud bi Surti itu. Namun saat ia membuka pintu ia terkejut karna Evan yang berdiri diambang pintu dengan kaos putih dan juga celana hitam pendeknya yang memberikan ia kesan tampan.

'Astaga Cia otak lo harus dicuci tau gak sih?! Bisa bisanya lo bilang di tampan?!' Teriak batinnya marah. Kemudian ia membukakan pintu untuk berbicara dengan Evan.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Cia sedikit gugup karena tadi ia sempat mengagumi lelaki dihadapannya ini. "Enggak saya cuman mau mampir sebentar sambil memberikan kamu ini" jawab Evan sambil menyodorkan sebuah kotak berlian, Cia pun menatap kotak tersebut dengan pandangan aneh.

"Ambil" ucap Evan lagi, "isinya apaan didalem?" Tanya Cia masih enggan mengambil kotak tersebut. "Liat aja sendiri terus dipake" jawab Evan sambil menggoyang goyangkan tangannya agar Cia cepat mengambil benda tersebut dari tangannya.

Dengan ragu Cia mengambil kotak berlian tersebut, ia membuka kotak itu dan betapa terkejutnya ia bahwa didalam kotak tersebut ada sebuah cincin permata yang begitu indah, "maksud lo apa ngasih gue cincin ini? Gue kemarin gak bilang kan kalo gue mau dijodohin sama lo" ucap Cia sambil menatap wajah Evan. Evan pun tersenyum menanggapi ucapan Cia, "itu cincin dari nenek saya, katanya saya harus memakaikan itu dijari kamu Cia" balas Evan masih dengan senyuman dibibirnya.

"Lo mau nyoba nyogok gue ya?! Tapi sorry gue gak bisa disogok sama kaya beginian. Nih ambil lagi" ucap Cia sambil menyodorkan kembali kotak berlian tersebut. Evan menggeleng gelengkan kepalanya, "itu dari nenek saya Cia, dan dia ngasih ke kamu dengan tujuan baik bukan buat menyogok kamu. Jika kamu tidak suka kamu boleh untuk tidak memakainya tapi jangan dibalikin lagi" ucap Evan mendorong kembali tangan Cia yang menyodorkan kotak berlian tersebut.

"Kamu mau berangkat sekolah ya? Sini biar saya antar" ucap Evan memberi tawaran. "Gak usah gue punya supir pribadi ko, kalo udah gak ada urusan lo bisa pergi kan? Gue masih mau siap siap" ucap Cia mengusir Evan.

"Iya urusan saya sudah selesai, yaudah kalo gitu saya pamit ya. Kamu belajar yang bener" ucap Evan sambil mengacak poni Cia. Cia terpaku ditempatnya "ap-apaan sih lo, berantakan rambut gue! Udah ah sana lo" usir Cia lagi, Evan pun terkekeh dan kemudian ia berpamitan.

Setelah Evan pergi Cia masuk dan kembali keruang makan, diatas meja makan sudah disediakan segelas susu dan nasi goreng untuk sarapannya. Namun sebelum ia makan ia mengeluarkan cincin yang sangat cantik itu dari kotak berlian tersebut.

 Namun sebelum ia makan ia mengeluarkan cincin yang sangat cantik itu dari kotak berlian tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Captain, I Love You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang