Farel terlihat begitu tenang di pinggir kolam renangnya. Bahkan ia tak memperdulikan dinginnya angin malam yang seakan merasuk ke dalam tubuhnya dengan suka rela.
Farel termenung, mengingat kejadian sore tadi di taman bersama Naifa. Ia seakan tidak percaya dengan Naifa yang sekarang. Naifa dulu tak pernah marah atau membentaknya sekalipun. Naifa yang dulu selalu bersikap lembut padanya, walau saat dirinya melakukan kesalahan, Naifa tak pernah menyalahkannya.
Farel bimbang harus melakukan apa. Satu sisi, ia ingin menghargai keputusan Naifa dan melakukan sesuai permintaan Naifa untuk melupakan semua kenanagan semasa dulu, bahkan menjauh dari kehidupan Naifa.
Farel tak mau sampai memaksa perasaan Naifa untuk mencintainya lagi, karna ia takut jika itu ia lakukan, malah akan semakin membuat Naifa bisa saja membencinya.
Namun disisi lain, perasaan untuk Naifa masih terlalu dalam tak berubah sedikitpun. Ia bahkan tidak tau bagaimana caranya untuk menghilangkan rasa cintanya pada Naifa. Ia sudah terlanjur jatuh terlalu dalam pada rasa itu.
Ini semua begitu sulit untuk Farel. Ia tidak bisa memilih salah satunya. Harapannya masih begitu besar untuk mendapatkan Naifa.
" Nai, kenapa kamu bisa menghilangkan rasa cinta itu? Bagaimana bisa? Lihatlah, bahkan aku sekarang sedikitpun tidak bisa melakukan sepertimu. Aku terlalu bodoh, Nai. " Gumam Farel entah berbicara pada siapa.
Salsa yang sedari tadi memperhatikan Farel tidak terlalu jauh mendengar apa yang diucapkan putranya itu. Salsa tersenyum perih, ia sangat tidak tega melihat anak satu-satunya itu terlihat begitu rapuh karna cinta.
" Arghhhhh!!! Salah gue apa sih, Nai. Apa?!! " Bentak Farel meluapkan emosinya, kepalanya terasa ingin pecah hanya karna satu nama. Ya.. Naifa.
" Sayang? " Sentuhan lembut dibahu Farel itu membuat empunya terlonjak kaget. Salsa tersenyum tipis dan duduk disebelah Farel.
" Mama tau apa yang kamu rasain " Ucap Salsa dengan sorot mata begitu dalam seakan ikut bersedih melihat anaknya seperti itu.
Farel diam. Namun sesaat kemudian ia memeluk wanita yang menjadi pintu surganya itu dengan erat. Salsa berusaha untuk tidak menangis, ia membalas pelukan itu sembari mengusap-usap bahu Farel guna menenangkan.
" Ingat sayang, tidak semua apa yang kita inginkan didunia ini bisa kita capai. Berharap boleh, tidak ada yang melarang, tapi kamu juga harus tau, tidak semua harapan kita itu bisa terwujud. Nggak semua orang yang kita suka, kita cintai, kita sayang, bisa membalas dan memberikan rasa yang sama. " Jeda Salsa.
" ... Kamu mencintai Naifa dengan tulus kan? " Farel mengangguk pelan di dalam pelukan Salsa.
" Kalau begitu, kamu juga harus siap dengan konsekuensinya disaat Naifa sudah tak lagi memiliki rasa yang sama lagi. Jika kamu tulus mencintainya, kamu harus mengikhlaskan dia, kamu hargai keputusannya apapun itu jika menurut dia itu bisa membuatnya bahagia, kamu harus rela mengorbankan hati kamu. " Jelas Salsa perlahan dan lembut.
Farel melepaskan pelukannya. Ia menatap ibunya itu sendu. " Berat ma, ini berat banget buat Farel. Farel bahkan nggak yakin bisa melakukan ini. Farel aja nggak tau apa kesalahan yang Farel buat sampai membuat Naifa berubah seperti ini. " Ujar Farel.
Salsa tersenyum lembut, ia mengusap lengan Farel. " Lakukan apa kata hatimu. Untuk hasilnya? Serahkan semua sama allah. Allah lebih tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya. " Ucap Salsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dilangit Messir 2 [ END ]
General Fiction" Semenyakitkan ini mencintai seseorang yang telah berubah karna waktu? " _Farel_ Jangan takut mengawali kisah baru dengan orang yang sama meski pernah mengores sedikit hatimu dengan sebuah luka. Itulah prinsip yang gue pegang...