Part ini aku usahain panjang ya gess, karena menuju ending : )
-----
Dengan pandangan tertunduk dan segenap rasa bersalahnya yang begitu besar pada Melisa, di sinilah Farel, ia tak tau mengapa dirinya bisa sebodoh itu, bisa-bisanya ia dengan mudah percaya pada seseorang yang menyebabkan istrinya kritis seperti ini. Bahkan untuk mengabari keluarga di Mesir pun, Farel sama sekali tidak berani.
Ceklek
Farel langsung berdiri saat mendengar pintu ruangan ICU itu terbuka.
" Gimana, Dok? Gimana keadaan istri saya? " Tanya Farel dengan wajah paniknya.
" Istri anda belum sadar bahkan keadaannya lebih buruk dari sebelumnya. " Jawab Dokter itu.
Farel langsung mengusap wajahnya kasar.
" Terus gimana, Dok? Istri saya akan baik-baik saja kan? " Tanya Farel lagi.
" Saya belum bisa memastikan, kita tunggu saja perkembangannya besok. " Ujar Dokter itu.
" Baiklah, kalau gitu saya permisi! " Lanjutnya.
Farel kembali terduduk, ia mengacak rambutnya frustasi. Ia sangat menyesal telah percaya pada Thalia, jika saja ia tidak menemui Thalia, Melisa tidak akan seperti ini, pikirnya.
" ARGHHHHH!!! "
Brak!
Farel memukul kursi yang ada di sampingnya bermaksud melampiaskan kekesalannya. Ia merasa menjadi laki-laki paling bodoh, ia yakin jika Gibran tau hal ini, dirinya tidak akan mungkin selamat dari kakak iparnya itu.
" Maafin aku, sayang. " Gumamnya dengan air mata yang berhasil lolos dari pelupuk matanya.
-----
Tangis itu semakin menjadi saat dirinya ingin berusaha menghubungi Farel namun sayang, nomor ponselnya sudah terblokir. Thalia sama sekali tidak menyangka semuanya akan berujung seperti ini. Ia tidak tau apa penyebab Farel bisa menuduhnya jika dia sengaja menjebaknya di Restoran itu agar tak kunjung menemukan Melisa.
Padahal niat awal Thalia memang ingin memberitahu di mana keberadaan Melisa sebab sebelum ia memutuskan untuk menghubungi Farel, ia melihat Melisa tengah duduk dan melamun di sebuah Taman. Awalnya ia tidak tau jika itu adalah istri Farel, namun mengingat saat itu Leon pernah memberitahu fotonya, Thalia jadi yakin jika itu istri Farel.
Dan tujuannya untuk membuat Farel menemaninya, bukan untuk mengulur waktu, ia hanya ingin mengulang masa-masa indahnya bersama Farel dulu. Ia tak ada niat buruk lain selain ia hanya ingin bersama Farel malam itu saja. Ia tau keputusannya itu tak sepenuhnya benar, tapi apalah daya jika sudah menyangkut tentang cinta.
Saat Farel tiba-tiba menggebrak meja dan memarahinya dengan kata kasar, Thalia merasa bingung dan takut secara bersamaan sampai ia tak bisa mengatakan sepatah katapun hingga Farel pergi. Ia yakin, ada sebuah kesalahpahaman yang terjadi.
" Sebenarnya apa yang dilihat Farel sampai Farel semarah itu sama gue? " Gumam Thalia.
Tring!
Thalia langsung menundukkan kepalanya saat mendengar suara notifikasi pada ponselnya.
' Gimana? Sakit kan? Itu yang gue rasain saat gue selalu ngalah buat lo, Thal. Tunggu kejutan berikutnya! '
Thalia mengernyitkan dahinya bingung apa maksud dari pesan yang dikirimkan oleh nomor tak dikenal itu.
" Apa maksudnya? " Gumam Thalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dilangit Messir 2 [ END ]
General Fiction" Semenyakitkan ini mencintai seseorang yang telah berubah karna waktu? " _Farel_ Jangan takut mengawali kisah baru dengan orang yang sama meski pernah mengores sedikit hatimu dengan sebuah luka. Itulah prinsip yang gue pegang...