tamu tak diundang

30 5 0
                                    

"seharusnya jika ingin bertamu, anda tidak perlu membawa jamuan yang tak seharusnya di bawa. Sehingga tak perlu repot repot menunggu balasan"

Sesampainya di 'rest cafe'  lora turun terlebih dahulu dengan membawa sebagian buku dan disusul oleh dika di belakangnya,*krincing~~ suara khas pintu cafe tersebut dibuka. Tapi tak mengefekkan bagi pengunjung karena terlalu penuh dan ramai

"langsung ke atas aja yuu" ucap dika di sebelah lora,

karena setelah lora masuk ia sangat terkejut dengan keadaan pelanggan yang banyak sekali sehingga ia terdiam di depan pintu masuk itu dan akhirnya dika pun menariknya untuk menemui rani dan laura

☁️☁️☁️

Mereka berempat sedang berada di kantor, yang dimana rani dan laura sudah selesai menata dan memperkirakan tempat untuk perpus mininya

"buku apa aja yang udah kalian beli?" tanya rani

"ini" jawab lora yang langsung mengangkat kresek yang berisi buku lama itu

"ini buku lawas, tapi sedikit. Karena emang udah jarang ada yang jual" lanjut lora yang di angguki oleh dika

"sisanya ini ada buku novel, syair syair sama motivasi gitu" lanjut dika

Rani dan laura mengangguk dan langsung melihat satu persatu buku yang sudah dibeli oleh lora dan dika

"wihh mantep nii, masih nemu juga buku karangan Sapardi djoko darmono" ujar laura

"siapa yang nemuin deh?" tanyanya

"gue, kenapa?" ucap lora

"bagus juga selera lu ra, tapi ga cocok sama lu nya dududu" ujar laura sembari melihat lihat lagi buku yang lainnya

"malah itu lebih ga cocok sama orang lemot kek lu lau, ga bakal ngerti lu sama kata katanya. Yang ada lu kejang kejang nanti" ujar dika membela

"diem deh luu dikadut, gua sumpel juga lu mulut lu make kain kapan" jawab laura

"bacot" ucap lora tiba tiba,

Semua mata tertuju pada lora, menatap aneh dan meminta penjelasan tentunya. Tapi lora tak ambil pusing, ia malah melanjutkan membereskan buku buku itu sesuai genrenya dan bersikap bodo amat atas tatapan mereka

☁️☁️☁️

Rani dan lora duluan ke atas untuk menyusun beberapa buku yang ia bawa, sedangkan laura dan dika masih di bawah untuk menyusun buku buku yang tersisa

Tiba-tiba ada pegawai cafe itu yang bernama ilma memanggil lora

"maaf mba jia" ucap ilma sopan

"kenapa ma?" jawab rani, karena lora hanya menjawab dengan diam maksudnya dengan mendengarkan

"itu mba rani, ada tamu yang menunggu mba jia di bawah diruang khusus" jelas ilma

Lora yang tadinya sedang menyusun buku di rak, seketika kegiatannya terhenti mendengar tuturan ilma

"siapa ma? Yang nyari jia?" tanya rani,

belum sempat ilma menjawab lora sudah beranjak pergi turun ke bawah begitu saja meninggalkan rani dan ilma.

Lora sampai didepan pintu ruang khusus yang tersedia di cafe kecilnya itu, ia melihat dari luar bahwa ada seorang lelaki agak tua dengan lelaki muda yang berdiri membelakangi pintu masuk

Lora sudah mengenal hanya dengan melihat orang tersebut dari belakang, dia ayahnya Priya dengan ditemani seorang sekretaris yang berdiri disamping ia duduk

Ragu itulah yang ia rasakan saat ingin masuk ke dalam. Padahal seharusnya, jika sebagai lora, lora harusnya senang karena setelah sekian lama ia tak bertemu dengan sang ayah yang di karena sibuk bekerja dan dia pun yang tak pernah pulang ke rumah utama

Tiba-tiba ada tepukan dibahu lora yang sedikit mengejutkan lora, sehingga ia harus berbalik dan melihat siapa yang berani mengagetkannya

"masuk, ngobrol gih. Anggep aja temu kangen, lupain yang kemarin dulu" ucap rani,

lora hanya bisa menjawab dengan senyuman terpaksa dan anggukan kecil

Lora akhirnya masuk, dengan berjalan perlahan nan elegan tentunya. Ia langsung di sambut oleh sang ayah yang ingin menjabat tangannya lalu memeluknya, tapi nyatanya lora hanya memberika salam sedikit membungkuk kepada ayahnya

Sang ayah sempat tertegun melihat anak putrinya yang sudah beranjak dewasa dan tetap belum berubah sifat yang tak dikenal olehnya

"ayah tau kamu ga suka basa basi ra, jadi ayah ke sini mau menawarkan sebuah pilihan dan kesepakatan" ucap priya

☁️☁️☁️

Setelah priya—ayah lora berpamitan kepadanya, lora masih duduk di ruang khusus itu. Pikirannya kacau, bingung, takut dan risau. Ia butuh teman curhat dan tempat pelampiasan

Lora akhirnya keluar setelah pikiran agak tenang, lalu dia beranjak ke atas untuk membantu rani lagi membereskan buku yang sempat ia tinggal tadi. Tapi, ternyata rak perpus itu sudah rapih dan sudah dibilang selesai

Lora pun turun ke kantor untuk mencari keberadaan teman temannya itu. Tapi sesampainya di kantor, nihil. Mereka tak ada ditempat

Calling~~

"halo ra" ucap rani diseberang telpon itu

"kalian kemana? Ko ga ada di kantor?" tanya lora

"oh maaf ra, engga sempet bilang ke lu. Gua sama dika lagi beli keperluan yang kurang buat itu perpus mini" jawab rani

"oh, oke"

"eh ra, laura ada disitu ko. Dia tadi emang engga mau ngikut, katanya takut lu nyariin. Dia adakan ra?" tanya rani

"dia ga ada di kantor, tapi tasnya ada. Nnti gua cari" ujar lora dan di jawab 'oke' oleh rani dan sambungan pun diputus oleh lora

Laura, anak itu emang juara buat ilang ilangan batin lora

Lora pun akhirnya memutuskan untuk pergi mencari udara segar, tapi baru saja dia sampai di ambang pintu kantor untuk keluar, tiba tiba laura jalan tanpa liat kedepan dan akhirnya mereka bertabrakan

"ih si monyed, ngapain si lu di depan pintu ginii. Pamali  kata emak gua mah, takut jodohnya kesangkut" cerocos laura

"bangsat, lu jalan ga pake mata!" bela lora yang nambah badmood setelah bertemu dengan ayahnya itu dan ditambah pesan singkat itu

"dih si siti, dimana mana jalan make ka..."

belum selesai ucapan laura, lora sudah berjalan keluar lebih dulu. Namun tangan lora buru buru di tarik oleh laura

"apaan sih?!" lora membentak sekaligus marah

"itu gua mau tanya, payung item punya siapa dah? Pegawai yang dateng pagi nemuin tu payung di depan pintu cafe" tanya laura

"au! Punya gelandangan kali! LEPAS" lora sedikit berteriak,

sehingga beberapa pasang mata dari pegawainya melihat ke arah mereka

"ckk, yeelah emosi bae lu kerjaannya" ucap laura sambil melepaskan tangan lora

"eh mau kemana lu ra!" teriak laura ketika melihat lora pergi meninggalkan 'rest cafe'

☁️☁️☁️

Terimakasih yang hanya mampir bahkan yang memasukkannya dalam perpustakaan kalian. Tapi berilah sedikit kesan untuk setiap kalimat dan partnya. Komentar dan pemberian bintang kalian sangat membuat gua semangat meneruskan cerita ini dan jangan lupa share juga cerita gua ke temen, sanak tetangga, sanak keluarga, sanak saudara❤

Bagi kalian yang mau bercerita boleh langsung dm gua aja di ig gua
@nskurniasih_

"diri ini tak bisa terus menerus menyimpannya sendiri, ceritakan saja. Jangan membuat jiwa ataupun raga luka"

Salam hangat,
Ansk

LIFE TO HEALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang